Powered By Blogger

Sunday, July 31, 2011

Bienvenue Ramadhan! Ahlan wa sahlan...

Bismillahirahmaanirrahiim..

In The Name Of Allah, Most Gracious, Most Merciful…

 

Bienvenue Ramadhan! Ahlan wa sahlan!

Selamat datang bulan suci Ramadhan! Welcome home…

Dengan izin-Nya. Dari tahun ke tahun kita bertemu ^^

Sungguh bulan ini merupakan kebahagiaan besar bagi semua umat Islam… betul tidak? ^^

Inilah…

Bulan ramadhan…

Bulan maaf-memaafkan…

Bulan penuh berkah…

Bulan lailatul qadr…

Bulan anjuran banyak beramal …

Bulan anti neraka…

Bulan peluang surga…

Bulan ganda pahala…

Bulan penuh laba…

Bulan upin-ipin bercerita…

Bulan masjid penuh sesak…

Bulan bisa makan enak…

Bulan panen timun suri…

Bulan ketupat jadi tradisi …

Bulan nan suci…

Bulan yang setahun sekali …

Bulan pacu silaturahmi…

Bulan redam dendam & dengki…

Bulan semangat berbagi…

Bulan rajin memberi…

Bulan sehat jasmani…

Bulan bugar rohani…

Bulan yang dinanti-nanti…

Bulan yang pergi ditangisi…

 

Banyak sukacita di bulan ini. Bulan suci Ramadhan!

Apalagi keindahannya yang kau rasakan? J

Selamat berbagi rasa bahagia…

Mohon maaf atas segala salah lisan, perbuatan, dan raut wajah yang menjengkelkan…

Pardonez mes erreurs, mes amies! Je t’aime parce qu’Allah…

Au revoir!!!

Friday, July 29, 2011

"Orang yang lebih tampan dari dirimu, belum pernah mata ini melihatnya. Orang yang lebih sempurna darimu, belum pernah dilahirkan wanita. Engkau diciptakan bersih dari semua cacat dan noda. Seolah kau dicipta, seperti yang kau suka" ('Aisyah, RA)

Sejarah dan Proses Pembuatan Kiswah (Kain Penutup Ka'bah) SHARE!

Pada ka'bah kita sering melihat adanya Kiswah (kain/selimut hitam penutup ka’bah). Tujuan dari pemasangan kain itu adalah untuk melindungi dinding ka’bah dari kotoran, debu, serta panas yang dapat membuatnya menjadi rusak. Selain itu kiswah juga berfungsi sebagai hiasan ka’bah.

Menurut sejarah, Kabah sudah diberi kiswah sejak zaman Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Namun tidak ada catatan yang mengisahkan kiswah pada zaman Nabi Ismail terbuat dari apa dan berwarna apa. Baru pada masa kepemimpinan Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, disebutkan kiswah yang melindungi Ka’bah terbuat dari kain tenun.

 

Kebijakan Raja Himyar untuk memasang kiswah sesuai tradisi Arab yang berkembang sejak zaman Ismail as diikuti oleh para penerusnya. Pada masa Qusay ibnu Kilab, salah seorang leluhur Nabi Muhammad yang terkemuka, pemasangan kiswah pada Kabah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy.

Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah memerintahkan pembuatan kiswah dari kain yang berasal dari Yaman. Sedangkan empat khalifah penerus Nabi Muhammad yang termasuk dalam Khulafa al-Rasyidin memerintahkan pembuatan kiswah dari kain benang kapas.

Sementara itu, pada era Kekhalifahan Abbassiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi  memerintahkan supaya kiswah dibuat dari kain sutra Khuz. Pada masa pemerintahannya, kiswah didatangkan dari Mesir dan Yaman.

Menurut catatan sejarah, kiswah tidak selalu berwarna hitam pekat seperti saat ini. Kiswah pertama yang dibuat dari kain tenun dari Yaman justru berwarna merah dan berlajur-lajur. Sedangkan pada masa Khalifah Mamun ar-Rasyid, kiswah dibuat dengan warna dasar putih. Kiswah juga pernah dibuat berwarna hijau atas perintah Khalifah An-Nasir dari Bani Abbasiyah (sekitar abad 16 M) dan kiswah juga pernah dibuat berwarna kuning berdasarkan perintah Muhammad ibnu Sabaktakin.

 

Penggantian kiswah yang berwarna-warni dari tahun ke tahun, rupanya mengusik benak Kalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah, hingga akhirnya diputuskan bahwa sebaiknya warna kiswah itu tetap dari waktu ke waktu yaitu hitam. Hingga saat ini, meskipun kiswah diganti setiap tahun, tetapi warnanya selalu hitam.

Pada era keemasan Islam , tanggung jawab pembuatan maupun pengadaan kiswah selalu dipikul oleh setiap khalifah yang sedang berkuasa di Hijaz, Arab Saudi pada setiap masanya. Meskipun kiswah selalu menjadi tanggung jawab para khalifah, beberapa raja di luar tanah Hijaz pernah menghadiahkan kiswah kepada pemerintah Hijaz.

Dulu, kiswah yang terbuat dari sutera hitam pernah didatangkan dari Mesir yang biayanya diambil dari kas Kerajaan Mesir. Tradisi pengiriman kiswah dari Mesir ini dimulai pada zaman Sultan Sulaiman yang memerintah mesir pada sekitar tahun 950-an H sampai masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an. 

Setiap tahun, kiswah-kiswah indah yang dibuat di Mesir itu diantar ke Makkah melewati jalan darat menggunakan tandu indah yang disebut mahmal. Kiswah beserta hadiah-hadiah lain di dalam mahmal datang bersamaan dengan rombongan haji dari Mesir yang dikepalai oleh seorang amirul hajj.

Amirul hajj itu ditunjuk secara resmi oleh pemerintah Kerajaan Mesir. Dari Mesir, setelah upacara serah terima, mahmal yang dikawal tentara Mesir berangkat ke terusan Suez dengan kapal khusus hingga ke pelabuhan Jeddah. Setibanya di Hijaz, mahmal tersebut diarak dengan upacara sangat meriah menuju ke Mekkah.

Pengiriman kiswah dari Mesir pernah terlambat hingga awal bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi beberapa waktu setelah meletusnya Perang Dunia I. Keterlambatan pengiriman kiswah terjadi akibat suasana yang tidak aman dan kondusif akibat Perang Dunia I. 

Melihat situasi yang kurang baik pada saat itu, Raja Ibnu Saud (pendiri Kerajaan Arab Saudi) mengambil keputusan untuk segera membuat kiswah sendiri mengingat pada tanggal 10 Dzulhijjah, kiswah lama harus diganti dengan kiswah yang baru. Usaha tersebut berhasil dengan pendirian perusahaan tenun yang terdapat di Kampung Jiyad, Mekkah.

Setelah Perang Dunia I berakhir, Raja Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan kiswah ke tanah Hijaz. Namun melihat berbagai kondisi pada saat itu, pemerintah Kerajaan Arab Saudi dibawah Raja Abdul Aziz Bin Saud memutuskan untuk membuat pabrik kiswah sendiri pada 1931 di Makkah. Hingga akhirnya kiswah dibuat di Arab Saudi hingga saat ini.

Kain kiswah memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri. Pintalan-pintalan benang berwarna emas maupun perak bersatu padu merangkai goresan kalam Ilahi. kiswah menjadi sangat berharga, bukan hanya karena firman-firman Allah SWT yang suci yang dipintal pada kiswah, tetapi juga karena keindahan dan eksotisme pintalan benang berwarna emas dan perak pada permukaannya.

 

Perpaduan warna emas dan perak pada kaligrafi yang menghiasi kiswah tersebut memiliki nilai seni yang luar biasa. Sebab pembuatannya membutuhkan skill dan bakat yang luar biasa karena tidak semua orang mampu membuat seni seindah itu. Kiswah merupakan simbol kekuatan, kesederhanaan, juga keagungan.

 

Proses Pembuatan Kiswah

Kiswah pertama kali dibuat dibuat oleh seorang pengrajin bernama Adnan bin Ad dengan bahan baku kulit unta. Namun dalam perkembangannya, kiswah dibuat dari kain sutera. Untuk membuat sebuah kiswah memerlukan 670 kg bahan sutera atau sekitar 600 meter persegi kain sutera yang terdiri dari 47 potong kain. Masing-masing potongan tersebut berukuran panjang 14 meter dan lebar 95 cm.

Ukuran itu sudah disesuaikan untuk menutupi bidang kubus Kabah pada keempat sisinya. Sedangkan untuk hiasan berupa pintalan emas diperlukan 120 kg emas dan beberapa puluh kg perak.








Sejak 1931, kiswah untuk menutupi Kabah diproduksi di sebuah pabrik yang terletak di pinggir kota Mekkah, Arab Saudi. Dalam pabrik tersebut, pembuatan kiswah dilakukan secara modern dengan menggunakan mesin tenun modern. Di pabrik kiswah yang areanya seluas 10 hektare itu dipekerjakan sekitar 240 perajin kiswah.

Dalam pabrik tersebut, kiswah dibuat secara massal. Di sanalah semuanya disiapkan dari perencanaan, pembuatan gambar prototipe kaligrafi, pencucian benang sutera, perajutan kain dasar, pembuatan benang dari berkilo-kilo emas murni dan perak hingga pada pemintalan kaligrafi dari benang emas maupun perak, lalu penjahitan akhir.

 

Meskipun kiswah tampak hitam jika dilihat dari luar, namun ternyata bagian dalam kiswah itu berwarna putih. Salah satu kalimat yang tertera dalam pintalan emas kiswah adalah kalimah syahadat, Allah Jalla Jalallah, La Ilaha Illallah, dan Muhammad Rasulullah . Surat Ali Imran: 96, Al-Baqarah :144, surat Al-fatihah, surat Al-Ikhlash terpintal indah dalam benang emas untuk menghiasi kiswah.

Kaligrafi yang digunakan untuk menghias kiswah terdiri dari ayat-ayat yang berhubungan dengan haji dan Kabah juga asma-asma Allah yang dimuliakan. Hiasan kaligrafi yang terbuat dari emas dan perak tampak berkilau indah saat terkena cahaya matahari.

Karena menggunakan bahan baku dari benda-benda yang sangat berharga seperti sutera, emas, maupun perak, harga kiswah ini menjadi sangat mahal sekitar Rp 50 miliar.

Sehingga setiap tahun Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi harus menyediakan dana sekitar Rp 50 miliar untuk pembuatan kiswah. Menurut sejarah, tradisi penggantian kiswah yang dilakukan setiap tahunnya sudah ada sejak masa Khalifah Al-Mahdi yang merupakan penguasa Dinasti Abbasiyah ke-IV.

Tradisi tersebut bermula ketika, Khalifah al-Mahdi naik haji kemudian penjaga Kabah melapor kepadanya tentang kiswah yang pada saat itu sudah mulai rapuh dan dikhawatirkan akan jatuh. Mendengar laporan yang memprihatinkan itu, Al-Mahdi memerintahkan agar setiap tahun kiswah diganti.

Sejak saat itu, kiswah untuk Ka’bah selalu diganti setiap tahun pada musim haji dan menjadi sebuah tradisi yang harus selalu dijalankan. Dengan demikian tidak ada lagi kiswah yang kondisinya memprihatinkan.

Pasalnya, setiap kiswah hanya memiliki masa pakai Ka’bah selama satu tahun. Bahkan, kiswah bekas dipakai Ka’bah ada yang dipotong-potong kemudian potongan tersebut dijual sebagai penghias rumah maupun kantor.

Briefing MPA (Masa pengenalan akademik)

Start:     Aug 10, '11
Location:     UNJ

Wednesday, July 27, 2011

Allah sudah mempunyai rencana indah di mana masa depan kita berada. Tinggal kita yg bergerak sebagai arsitek dan kuli bangunan. Arsitek yg mendesain masa depan, juga kuli yg membangun masa depan. Ma'annajah!

Ahmad Fairuz Abadi :)

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Apa yang kalian lakukan pada pekan terakhir di bulan juli ini??? Apa…? Aku? #ceritanya ada yang nanya# Ya, kalau aku menghabiskan waktuku di rumah nenekku… apa karena? Karena, eh karena di sana ada adik sepupuku yang ayahnya sedang pergi ke pulau Sumatra bagian barat. Dan ibunya juga bekerja, berangkat pagi hari dan pulangnya ba’da Isya. Sehingga akulah yang diberi tugas menjaga bocah lelaki berumur 6 tahun itu.

            Adik sepupuku itu baru masuk Sekolah Dasar di SDIT Amalia :D ihiiiiiiiiiiiiiw perasaan kemarin baru TKIT, eh sekarang sudah SD :’) biasanya waktu TK ia pulang ke rumah pukul 10 pagi, namun kini sekolahnya menganjurkan untuk pulang ba’da shalat dzuhur… ^^ tapi, katanya itu baru berlaku ba’da bulan ramadhan. Jadi sekarang-sekarang ini jam 12 teng do’i sudah ada di rumah. Naah, dari pukul 12 teng itulah tugasku mulai berjalan hingga ibunya pulang nanti.

            Sesampainya di rumah, yang do’i rindukan bukanlah kami yang berada di rumah, bukan aku, adiknya, ataupun nenek. Tapi sepedah kesayangannya. Aku mulai membuka suara, “Abaaang ayo,ayo ganti baju duluuu.” #Abang: Panggilannya di rumah.#

Do’i: “Iyaaa sebentar aku main sebentar duluu…”

Tanpa banyak bicara lagi aku datang menghampirinya dengan perbekalan kaus dan celana rumah. “Abang ayo ganti baju.”

Do’i: “Iyaaaaaa.” #Taro sepedah#

            Dikira main hanya berhenti sampai di situ, ternyata di ambil mobil-mobilan dan banyak beralasan menunda-nunda untuk mengganti bajunya. Aku: “Tuh kan abang belum ganti baju juga, anak esde kan udah pinter nggak usah disuruh-suruh lagi… Mau uni yang pakein hayo?” #Uni: Panggilan kakak bahasa padang#

Do’i: “Iya,iya aku pake sendiri, kan aku udah esdeeeeeeeeeeeeeeee…” #GR udah esde#

Aku: “Naah, gitu donk. Abis ini minum susu trus bobo siang yaa...”

            Menjelang tidur siang do’i malah main game komputer pemirsa. Itu lho yang game tentang hamster di dalem bola trus digelindingin sampe ke kotak GOAL. Karena gamenya itu mudah tinggal menggelindingkan bola, jadi do’i selalu berhasil! daaaaaaaaaaaaaan nggak berhenti main. Aku: “Bang yok tidur siang.”

Do’i: “Iya sebentar aku main duluuu…”

Aku: “Abis menang satu lagi udah ya.”

Do’i: “Iyaaa…”

Dan voila! Thank You Allah, do’aku terkabul. Gamenya berakhir juga, “Naah, udahan kan bang. Ayo Shut Down dulu…” lucunya, tiba-tiba do’i pura-pura amnesia gimana cara QUIT dari game tersebut. Tanpa perlawanan di atas tangannya aku taruh tanganku, lalu kami menggerakkan mouse menuju kata QUIT, dan ketika si game menanyakan apakah kami yakin akan meninggalkan games tersebut? Tanpa basa-basi kupilih ‘YES’ dengan mantap. Ya, Allahu Akbar! Hidup tidur siang!

            Maaf MP-ers ternyata tak berhenti sampai disitu, masih ada halang rintang. Dalam sekejap diambilnya motor-motoran kecil trus main asik sendiri, “Ngeeeng… ngeeeeeeng…”

Aku: “Fairuz. Ayok tidur siang.” aku menegaskan.

Do’i: “Iya sebentar aku main dulu…” alasan klasik.

Aku: “Udah bang, sebentarnya udah habis ayo tidur ya anak sholeh…” do’i nggak bergerak, aku pun mulai memutar otak. “Oh iya, uni punya mainan puzzle looooh abang mau gaaaaaaak?” #mainannya sudah kupersiapkan dari rumah sebagai jurus maut penarik hati#












Do’i: “Mana…??? Uni punyaaaa………??” tanyanya mulai tertarik.

Aku: “Punya dooooonk, yok kita main! tapi di kamar nenek ya sekalian tidur siang…”

Do’i: “Iya! Ayok,ayok!” ihiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiy berhasil, berhasil, berhasil, HORRRE!!! :D

 

            Benar saja, dia antusias masuk ke ruang tidur nenek lalu kami main puzzle di atas kasur. “Ayo coba abang bisa gaaaak aturnyaaaa?”

Do’i: “Uni bantu aku doooooong, ini gambarnya apa un? Uni ini darimana pazelnya?”

Uni: “Dapet dari ciki waktu uni masih kecil…”

Do’i: “Ciki apa un? Nanti aku juga mau beli aaah, dulu aku pernah doong uuun dapet dari ciki juga tapi gambarnya upin-ipin…”

Aku: “Upin-ipin? Lucu dooonk. Ha ha kamu mah kalo mau puzzlenya ngga perlu beli ciki dulu bang, sama ayah aja beli puzzlenya langsung…”

Do’i: ”Emang ada? Uni beli di mana???”

Aku: “Di toko mainan juga ada…” kataku sambil terkekeh.

Bermain pun selesai. Waktunya memejamkan mata… “Udah bang yok puzzlenya rapihin…”

“Okke Bossss…” Jawab do’i. Kuberi satu bantal nenek untuk menyangga kepala dan lehernya, kuambil buku gambarku lalu kukipas-kipaskan ke matanya #dengan cara itu ibunya bilang do’i akan cepat terlelap# Benar saja, matanya sudah sepuluh watt! YESSS! Aku juga jadi mengantuk… tanganku mulai pegal, lalu kubiarkan ia tertidur dengan kipas otomatis milik nenek saja. Seketika itu pula ada suara dari jendela yang tiba-tiba dibuka, membuat cahaya matahari masuk dan menyilaukan mata kami. “ABAAAAAAAAAAAAAAANG!!!” teriak anak perempuan berumur 3,5 tahun memanggil kakak kesayangannya. Aku terkejut dan langsung memberi isyarat untuk diam, “Sssst… adeeek  abangnya udah mau bobo, nanti aja ya mainnya…” Alhamdulillah wa syukurillah, teteh pun datang membantu usahaku menidursiangkan bocah lelaki ini, teteh menggendong si adik dengan seketika dan menutup jendela rapat-rapat. Yeah. Tapi karena si abang tak bisa dibohongi dia tiba-tiba sadar dan bertanya, “ih si adek ya un…?”

Aku: “Iya, udah bobo lagi ya uni kipasin.” Agar lebih nyenyak kuputar murottal sebagai pengantar tidur siangnya. Ternyata malah memancing do’i untuk bersuara, “Loh un aku juga mau denger… nggak kedengeran…”,  Aku: “Iya,iya ini uni gedein suaranya…kamu juga sambil bobo…” tanganku pun terus mengipasinya. Beberapa menit kemudian dia berbalik badan lagi dan bertanya, “Uni, uni tau ngga kalau jajan tiga ribu dapet berapa?” #gubrak, pertanyaan penting sekali pemirsa#

Aku: “Hah? Maksudnya…? Udah,udah ntar aja ya ngobrolnya, kamu tidur dulu. Uni juga ngantuk, udah merem yaa…meremmm…” langsung ku-elus rambutnya dan kukipasi lagi agar cepat terlelap. Yippie! Alhamdulillah, diapun akhirnya tertidur.

            And it’s time to makan siang! Sembari nonton huba-huba alias marsupilami, dan A! Football disalah satu stasiun tivi, sang abang kuberi makan siang. Dan lucunya pada stasiun televisi itu disetiap pergantian acara pasti diselingi dengan anak-anak kecil menyanyikan lagu Garuda Pancasila memakai pakaian cita-citanya masing-masing. Ada yang jadi dokter, pilot, polisi, presiden,dsb. Adik-adik sepupuku terlihat antusias saat menyaksikannya sambil ikut bersenandung. Nasinya si abang belum habis tapi ia mau mengajakku bermain, “Uni main kartu Yu-gi-oh yuk…!!!”, Aku: “Ayok, tapi tunggu piring kamu kosong- baru uni mau main…”, Do’i: “Yaaah…kok tunggu piringnya kosong un….?”, Aku: “Kalau mau main nasinya dihabisin dulu pokonya…” sepertinya jurus itu pun berhasil, dia makan lahap sekali, sehingga makannya pun cepat selesai. he heh ^^v

            Pukul 4 sore adalah waktunya mengaji di TPA Ar-royyan. Ibunya bilang kalau tidak diantar dan dipantau hingga masuk ke dalam ruangan bisa-bisa do’i kabur bermain bersama teman. Pada dasarnya Fairuz ini adalah anak yang baik, tapi karena ia takut tidak lancar saat mengaji, ia memilih untuk meninggalkan kelas… Padahal sang ibu telah memberikan pengertian kepadanya bahwa ibu guru tak akan menghukum kalau ia belum lancar, aku pun turun tangan… “Abang, kalau masih ada yang ngga ngerti tanya aja ya sama bu guru, jangan takut. Oke??”, “Iyaa…” Tanggapnya.

Aku: “Kalau gitu uni ikut ya ke TPA kamu.”

Do’i: “Yah.. uni kok ikut?” #merasa gak bisa kabur#

Aku: “Biarin, uni mau lihat TPA abang.” #padahal udah pernah liat#

Do’i: “Tapi aku kan mau samper temenku dulu un…”

Aku: “Yaudah gapapa uni ikuuuut.”

Do’i: “Emang uni tahu rumahnya di mana…”

Aku: “Ya nggak tau, kan kamu yang jadi penunjuk jalaaan. he heh.”

Do’i: “Beneran uni mau ikut? Ya udah deh…”

Aku: “Iya donk mau ikuuut, okee deh…” Alhamdulillah, kuantar do’i dengan selamat sampai tujuan #hanya jalan kaki kok # kupastikan do’i masuk ke dalam kelas mengikuti pembelajaran mengaji…

Subhanallah untuk tiga hari ini, belajar menjadi seorang kakak. :D Walau tidak punya adik kandung, adik sepupu juga jadi, he he. Kami banyak bermain bersama, bertukar cerita. Lucunya banyak hal yang belum ia ketahui dan subhanallah…ia bungkus semua pertanyaan2 itu untuk menjadikannya hadiah-hadiah kecil buatku, aku merasa sangat bermakna ketika bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya, he he ini toh rasanya menjadi seorang kakak. Apalagi ketika aku menceritakan sesuatu hal yang belum do’i ketahui, pasti ia sangat tertarik. Senang sekali melihat ekspresinya… ^^v Tiga hari bermakna karena-Nya, gratis belajar sabar dari-Nya, berbagi ilmu karena-Nya. All Praises to Allah…

Bersama Sobat sepermainan, namanya Raihan. Yang berbaju Abu-abu ^^v

Monday, July 25, 2011

Baiti Jannati. Ya, rumahku surgaku...

Bismillah...

Bulan Ramadhan insyaAllah datang sebentar lagi... Hanya tinggal menghitung hari. Masa pengenalan akademik kuliah pun akan tiba sebentar lagi, tepatnya pekan kedua di bulan suci. Itu artinya, bulan ramadhan ini entah akan berapa lama, aku mulai menghabiskan waktu istirahat dan belajarku di tempat baru. Namun dapat kupastikan bahwa dengan izin-Mu, aku akan sesegera mungkin pulang, tidak ingin ketinggalan merasakan euforia suasana ramadhan di rumah sendiri. Walau sudah enam belas tahun merasakan hangatnya ramadhan bersama keluarga di rumah, namun aku tak pernah dan tak akan pernah bosan untuk menikmatinya lagi. Yang paling membuat hatiku mendung adalah ketika mengingat bagaimana saurku nanti, tarawihku nanti, buka puasaku nanti, jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Tidak lagi sekolah, namun kuliah. Tetap kumpul bersama kawan-kawan. Tapi bukan kawan yang dulu, melainkan kawan-kawan baru. Tahun super mengejutkan, bukan mil? Siapkah diri ini tinggal jauh dari keluarga tercinta, demi menggapai cita? Bismillah, Allah bersama kita. Tanamkan dalam-dalam keyakinan itu dihatiku duhai Rabbi. Aamiin

Wednesday, July 20, 2011

Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Idza shadaqal azmu wadaha sabil. Vouloir, c'est pouvoir. When there's a will, there's a way. Allahu akbar!

Rindu masa itu, rindu dirimu... kawan.

Dengan Menyebut Nama-Mu Ya Rahman, Ya Rahim…
            Tiga tahun sudah… Kini telah habis waktuku untuk berada di sana. Tempat di mana aku menimba ilmu, wadah di mana aku mengembangkan bakat, tempatku mendapat banyak pengalaman, maupun mendapat banyak kawan… Ya Allah, dulu kutepis masa itu karena ingin cepat-cepat menyelesaikan studi. Tapi apa yang terjadi kini? Aku merindukannya… sangat. Masa sekolah beberapa bulan lalu, bahkan tahun-tahun yang lalu.
            Guru… aku mengerti mengapa ketika kami tidak paham akan sebuah materi pelajaran kau malah menyuruh satu di antara kami maju untuk mengerjakan sebuah soal, aku kira kau mengerjai kami. Tapi ternyata itu semua karena kau ingin kami lebih cepat paham ketika kami berkonsentrasi di depan kelas tanpa gangguan teman. Guru… kini kusadari mengapa kau meminta kami untuk tampil di depan kelas padahal kami sangat gugup saat itu, baik dalam membacakan sebuah puisi; pidato, menampilkan sebuah drama; teka-teki, dan sebagainya. Aku mengerti itu semua karena kau ingin membentuk kami menjadi generasi yang pemberani, yang percaya diri… Aku percaya semua yang terbaik yang telah kau berikan pada kami akan sangat berguna di masa depan nanti, insyaAllah.
            Sekolah itu… hampir setiap hari kudatangi, setiaaaaaaaaap pagi, lengkap dengan seragam SMA, Putih-Abu. Terkadang kuhabiskan waktu hingga petang menjelang, maka tidak salah jika kunobatkan sekolah itu sebagai rumah keduaku. Segala tempat yang ada di sekolah sangaaat kurindukan, apalagi tempat di mana sumber suara murottal setiap pagi berasal… Masjid tercinta, Asy-syifa namanya. Aku juga rindu pada kelasku, kelas yang menjadi saksi keseharianku di dalamnya. Aku pun rindu pada kantinnya, lapangannya, pohon rindangnya, kolam ikannya, taman bunganya, perpustakaannya, laboratoriumnya, multimedianya, saungnya, ruang gurunya, pokoknya semua-nya nya nyaaa. 
            Tapi lebih dari itu, kawan… dirimulah yang paling kurindukan. Sekolah itu tak berwarna tanpa kalian didalamnya. Karena kalianlah yang dapat kuajak bertukar pikiran, bercanda bersama, belajar bersama, tertawa bersama, beribadah bersama, bernyanyi bersama, berjahil bersama, bermakan bersama, berjajan bersama, pokoknya ber-ber-an bersama. ^^ Rindu sekali padamu Sahabatku, Keluarga Kecilku, Guru-Guruku, Kawan-kawan kelas, Kawan-kawan organisasi (Rohis & Mading), Adik-adik kelas, Kakak-kakak kelas, Uwa’, Pak de, maupun Mamang-mamang yang selalu rajin tanpa keluhan menyempurnakan sebagian dari iman, yaitu menjaga kebersihan.
            Ba’da Isya, dikala hujan turun dengan semangatnya, hawa dingin datang menyelimuti ruang tidurku. Saat itu juga kuputar lagu andalan ketika kumerasa sepi, Zain bikha… Ketika sedang meresapi lagu itu, ada syair yang bunyinya begitu membuatku sedih, When you lose someone close to your heart. See your whole world fall apart. And you try to go on but it seems so hard. Allah knows, Allah knows. Seingatku baru sekali ini aku bersedih mengingat masa itu tak akan terulang kembali. Sedih sampai membuat dadaku terasa sesak, air mata pun akhirnya membantu melampiaskan rasa sedih ini, mereka jatuh bergantian membasahi bantalku. Entah aku yang terlalu acuh atau bagaimana hingga baru sekarang aku sadar bahwa kita BENAR-BENAR telah terpisah jarak. Tempat studi yang aku, kamu, kita tuju kini telah berbeda, bukan lagi di SMA Dua… Tak ada alasan lagi bagi kita untuk tetap berkutat setiap hari di sana, kini kita sudah harus berkemas untuk pindah melanjutkan studi di tempat lain.  Sampai jumpa lagi kawan! Pokoknya Je t’aime mes amies, gue cinta elo sob. 
Hingga akhirnya akan selalu seperti ini… perpisahan akan terjadi. Dan untuk selamanyaaaa hanya Engkau Yang Paling Setia, bahkan lebih dekat dari urat leherku… Je t’adore Allah…
When you feel all alone in this world
And there’s nobody to count your tears
Just remember no matter where you are
ALLAH knows, Allah KNOWS.”




Sunday, July 10, 2011

Ibu. Sulit menggambarkanmu hanya dengan satu kata.

Bismillahirrahmaanirrahiim…

In The Name Of Allah, The Most Gracious, The Most Merciful…

 

            Aku, kamu, kita… punya sebuah malaikat yang Allah turunkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia yang mengajari kita untuk mencintai-Nya, dan kita semua  pernah hidup dalam tubuhnya. Saat pertama kali menghirup udara dunia, yang paling kita rindukan hanyalah pelukannya. Sebagai bentuk rasa terimakasih, karena dengan rasa bahagia justru ia berjuang merasakan sakit yang tak tertahankan, demi keinginan kita untuk keluar dari tubuhnya.

            Ibuku, ah… betapa kasihmu tak dapat terbayarkan dan tergantikan oleh orang lain. Kau mencintaiku dengan tulus dan ikhlas, semua terasa tanpa harus kau ungkapkan. Betapa hebatnya Sang Maha Pencipta menanamkan rasa cinta kasih dalam dirimu, yang mudah terungkap tanpa harus banyak bicara.

            Ibuku, ibumu, ibu kita. Bekerja mengurus rumah tangga, sigap mengatur segala keperluan, pandai mengatur keuangan, detil memperhatikan keluarga, bahkan… banyak diantara mereka yang berjuang mencari nafkah untuk keluarga kecilnya, memenuhi segala keinginan kamu, aku, kita. Tanpa kata lelah, maupun keluhan… memikirkan masalah keluarga, ditambah bonus masalah pekerjaan di mana ia bekerja.

            Ketika kita lapar, ibu memasak tanpa kata ‘ah’. Saat kita meminta, ibu membantu tanpa kata’ duh’. Ibu penuhi kebutuhan kita tanpa meminta imbalan setelahnya. Menolong permintaan kita tanpa raut wajah malas-malasan.

Ia menutupi masalahnya, menyembunyikan air matanya. Ibu… betapa sesungguhnya kami ingin kau membaginya dengan kami, walau sakit hati ini melihat air mata dukamu. Ibu… maafkan diri ini yang kadang lalai terhadapmu. Lupa memperhatikanmu, kebutuhanmu. Tidak sepertimu, yang selalu memperhatikanku, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang kau lontarkan, “Bagaimana harimu nak?”, “Bagaimana kegiatanmu tadi nak?”, “Ada apa dengan raut wajahmu, apa ada yang mengganggumu?”. Terkadang… ketika kau bertanya aku mengulur untuk menjawabnya. Dengan alasan sibuk mengerjakan PR, sibuk dengan kegiatan sendiri. Ibu… maafkan anakmu yang egois ini…

Ketika kita bercerita, mereka akan mendengarkan dengan penuh konsentrasi. Tapi ketika mereka bercerita, apa yang biasa kita lakukan? konsentrasi sering terbagi dengan yang lain. Ibu… tak pernah lalai kau sisipkan nama kami dalam do’amu, kau banjiri do’amu dengan air mata yang tulus… meminta yang terbaik untuk kami. Sungguh, betapa Allah sangat mencintaimu… karena do’amu  yang akan menduduki list pertama dalam sesi pengabulan do’a.

            Ibu… sulit untuk digambarkan hanya dengan satu kata, karena mereka begitu istimewa. Tapi dengan seribu kata, lebih pas rasanya untuk menggambarkan dirimu, apa bila kata itu tak mencapai seribu jumlahnya, aku tinggal mengisi dengan kata yang sama berulang kali. Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, dan seterusnya hingga mencapai seribu kata. He He karena memang rasa itu yang memenuhi dirimu.

            Bahkan ibu mereka, ibu dari kawan-kawanku, yang notabene bukan ibu kandungku. Betapa aku dapat merasakan besar cinta mereka kepada anak-anaknya… Itulah naluri yang sama yang dimiliki oleh setiap ibu, mencintai seorang anak dengan sepenuh hati. Bahkan yang bukan anak kandungnya sekalipun… Seperti ibuku yang menyayangimu kawan, khususnya untuk keluarga kecilku di SMA, Andra, Icha, Sinta 

Mamaku, Bunda dari Andra, Mama dari Icha, dan Mama dari Sinta. Keempat ibu itu sangat menyayangi kita... Aku yakin kalian juga merasakannya.  Subhanallah, semoga rasa cinta ini semakin tebal dan tak kunjung menipis hingga ke Jannah-Nya nanti. Dengan izin-Nya, Amin… Amin Ya Rabb. Sadarkah kita secara tidak sengaja telah membentuk sebuah keluarga besar??? Ibu kita secara tidak sengaja menjadi berteman, karena melihat kedekatan anak mereka masing-masing, mereka pun tidak mau kalah untuk bersilaturahmi. He he…

            Ibu… ajari aku agar jika sampai waktunya, aku bisa menjadi ibu yang super hebat, super rajin tanpa lelah, super perhatian, super penuh cinta, super sabar, super sholeha, supertimu… 

            Well, blog kali ini hanya menguak betapa besar rasa cinta ibu pada kita 

Salut! untuk kalian yang telah pandai menjadi anak yang berbakti. Pertahankan n_n Pokoknya, sebawel-bawelnya ibu… itu pasti karena ia terlalu mencintai kita, mengarahkan yang terbaik untuk kita, tidak mau anaknya mendapat hal yang buruk, dsb… 

 

Aku mencintaimu Ibu. Cinta lebih pas jika tidak diumbar disembarang tempat. Namun untukmu, aku tak malu mengumbar rasa cintaku padamu ibu 

Friday, July 1, 2011

Merci Allah, You created him... a great writer! Ahmad Fuadi. Give him 'i' for 'inspirative!'

Bismillahirrahmaanirrahim…

In The Name Of Allah, The Most Gracious, The Most Merciful…


            Suatu malam, ayah mengganti channel televisi ke acara yang dikomandoi oleh bang Andy F. Noya. Acara Kick Andy. Di sanalah saat pertama kalinya aku mengetahui bahwa ada seorang penulis novel bernama Ahmad Fuadi. Acara promo buku sulungnya berjudul ‘Negeri 5 Menara’. Tadinya ayah mau mengganti channel, tapi segera aku tahan, apa karena? Karena aku sangat tertarik untuk mengenal beliau lebih jauh, ketika beliau menyebutkan sebuah nama tempat. Pondok Pesantren Gontor.

            Yap, Gontor gitu loh! Pesantren yang sedengarku dari kawan-kawan, itu pesantren keren! Bahasa wajib inggris-arab, disiplinnya oke, melahirkan generasi yg balance dalam IMTAQ & IPTEK pula. Ajib! Dalam hatiku. Dan beliau pun mulai bercerita. Mengenai kehidupannya selama di Gontor, yang biasa disebut Pondok Madani. Manis-pahitnya, suka-dukanya, pengalamannya, pelajarannya dan sebagainya. Apalagi ketika beliau mengucap mantra ajaibnya dengan banjir semangat! “MAN JADDA WA JADA! Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses!”  Bulu kudukku berdiri. Ya ampun, merinding disko! Promonya berulang kali menarik hatiku untuk mengisi rak buku di ruang tamu dengan satu novel karangannya. Si N5M. Negeri 5 Menara.

            Hitamnya lagit malam semakin pekat, ibu menyuruhku untuk segera tidur karena besok pagi harus berangkat sekolah. Ketika itu pula aku sudah mengantuk, aku putuskan untuk tidur sembari terbayang-bayang wajahnya, wajah si novel itu. Cover Negeri 5 Menara. Aku ingin beli, ingin punya satu, ingin tahu isi ceritanya, ingin tambah inspirasi…

            Tapi malang, tak cukup uang yang aku punya, harus melewati proses menabung terlebih dahulu. Dan di masa menunggu, aku meminjam novel milik kawanku. Benar-benar penasaran… Tak sempat mebabat habis seluruh isi novel N5M, buku itu tlah kembali pada sang pemiliknya. Hmm, waktu memang tidak mendukungku untuk berleha-leha membaca novel pinjaman itu. Tabungan pun masih jauh dari harapan, aku butuh bantuanmu… Ibuuuuuuuuuuuuuuuu ^^v

Aku meminta ibu untuk membelikan novel N5M, tapi ibu menunda, kata beliau tunggu ada uang lebih… Baiklah! masa menunggu dimulai dari awal.

            Aku lupa berapa lama jaraknya, namun pada tanggal 05 agustus 2010 ibu berhasil membelinya :D bertepatan dengan hari milad uniiiiiiiiiiiiiiiku ^^ Alhamdulillah, sekarang waktunya, membabat habis bacaan yang sempat tertunda! Tapi sampul dulu sebelum dibaca, sudah menjadi kebiasaan aku dan uniku…

            Semangat kembali menyerbu relung hati. ‘Man jadda wajada’  kembali hangat dalam ingatan. Pendeskripsian kehidupan Gontor semakin jelas. Inspirasi dari sang penulis sampai tertanam dalam diri. Aku suka buku ini!

            Bacaan Negeri 5 Menara telah khatam. Semangat hidup semakin membara, apalagi dalam berusaha dan bekerja keras. Karena, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses! Tentu dengan izin-Nya. AllahuAkbar!!!

Tahun berikutnya…

            Telah hadir, buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara. Subhanallah! Keinginan hati itu datang lagi, ingin memiliki lanjutan kisah berikutnya mengenai perjalanan hidup Alif Fikri. A.k.a Ahmad Fuadi. Masa menunggu itu datang lagi, kapan ya bisa beli bukunya. Namun, tak ada pinjam-meminjam karena buku itu sedang sibuk dibaca oleh sang pemiliknya…

            Alhamdulillah, kini aku telah memilikinya, novel ‘Ranah 3 Warna’  yang hadir bersama mantra baru. Man Shabara Zhafira! Siapa yang bersabar akan beruntung!. Cihuuuuuuuuuuuuuuuy! Sampul dulu, baru baca… Lembar pertama, kedua, dan seterusnya ku buka dengan semangat full, untuk mendapatkan inspirasi baru. Untuk menyirami rumput hati yang sering layu.

            Ya Allah, aku baca buku ini sembari koleksi kosa kata, kalimat, atau pun kata mutiara dalam bahasa yang Kau cinta. Bahasa Arab… Subhanallah! Dan ada sesuatu yg tersembunyi di balik makna Man jadda wa jada. Ternyata antara kesungguhan dan kesuksesan ada jaraknya! Apa yang membatasi mereka??? Baca aja bukunya ^^

Ternyata buku ini berisi tentang mimpinya yang diremehkan orang, yang diragukan orang. Namun dengan Man jadda wa jada nya, dengan Man shabara Zhafira nya, mimpi itu menjadi nyata! AllahuAkbar!!! Layaknya mimpiku, cita-citaku untuk bisa berkunjung, belajar, shalat di masjidnya, makan, jalan-jalan, cari pengalaman, pokoknya semua yang baik2 yang ingin aku cari di Benua Eropa, bagian barat, Negara Perancis, Kota Paris… Bismillah… full-in ikhtiar, full-in do’a, full-in tawakal, Man jadda wajada, Man shabara Zhafira…

            Mungkin pikirku, pikirmu, ada yang tidak mungkin di dunia ini. Tapi lain bagi Allah, bagi-Nya tak ada frase ‘Tak Mungkin’. Kun fayakun… Maka terjadilah, apapun itu… bahkan yang aku, kamu, kita bilang, ‘nggak mungkin’. Wallahu’alam…

            Segala puji bagi Allah, Yang telah Menciptakan aku, kamu, kita semua. Menciptakan penulis yang sangat inspiratif! Bang Ahmad Fuadi. Pokoknyo semoga Ambo bisa mancapai cita-cita Ambo, pai ka Negara Perancis. Semoga aku bisa menggapai cita-citaku, pergi ke Negara Perancis. Amin Ya Mujib… 

 

Kegiatan MPA (Masa Pengenalan Akademik)

Start:     Aug 15, '11
End:     Aug 17, '11
Location:     UNJ
Gelombang Pertama