Powered By Blogger

Wednesday, November 14, 2012

Belajar kultur

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Tentang budaya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.

Bahasa, budaya, dan saya.
Sebagai insan yang lahir di Indonesia, tentu diri saya sarat akan kultur Indonesia. Mulai dari makanan, attitude, style pakaian, dll. Tapi kini saya juga mulai tertarik dengan kultur asing yang sedang saya pelajari. Kultur Prancis.

Ada beberapa hal yang terekam dalam pikiran saya ketika dosen saya bercerita, bahwasanya orang Prancis sangat menghargai waktu. Mereka disiplin dan bekerja tepat waktu walau terkesan arogan dan terburu-buru.. Selain itu mereka juga sangat CINTA membaca, sangat cinta dan bangga ketika menunjukkan betapa banyaknya tumpukan buku yang telah habis mereka baca. Sangat senang mendiskusikan buku-buku dengan teman seperkumpulannya. Ya mereka terkenal dengan keintelektualitasannya, luas wawasannya. “Terbalik dengan kultur Indonesia yang  kini generasinya ‘miskin bacaan’. Sekalinya membaca ya paling teenlit” kata dosen saya. Saya cukup tersindir saat itu, oh ya benar saja saya mengakui bahwa saya kurang mengasah keintelektualitasan dalam hal literatur apalagi professional literature. Saya tidak ingin menjadi bagian dari generasi yang ‘miskin bacaan’ tadi..
Selain itu saat belajar bersama native dari Prancis, ia banyak bercerita tentang budaya negaranya (tentu juga banyak bertanya tentang budaya di Indonesia). Dalam hal attitude, mereka sangat terbuka  sehingga mudah bertengkar. Jika memang pro atau kontra pada suatu hal mereka pasti mengutarakannya, saking terbukanya ya itu tadi, sering terjadi pertengkaran antar mereka. Namun luar biasanya, kata si native, setelah bertengkar ya lima menit setelah itu sudah lupa. Yang penting sudah saling jujur. Tidak ada pembicaraan di ‘balik layar’.
Itu positifnya:) ada juga pasti negatifnya.. Ini hanya stereotip saja, katanya orang Prancis itu arogan, individual, malas (tapi disiplin, hayo?), modern (tapi sangat menjaga budaya tradisional?). Ya ada beberapa paradoks, entahlah.
Inilah gambaran singkat kultur Prancis, kata orang kalau sudah belajar budaya asing bisa jadi terbawa. Well, mungkin. Tapi entah berpengaruh pada saya atau tidak. Bahkan kalau kata dosen saya, “Ada beberapa orang yang ketika mempelajari kultur asing bisa langsung ‘nyampur’, tapi tidak dengan saya” tegasnya. Saya hanya tersenyum dan mengiyakan dalam hati. Walau belajar bahasa dan budaya asing, tapi bahasa saya tetap satu, bahasa Indonesia. Budaya saya hanya satu, budaya Indonesia. Tidak semudah itu mengubahnya..

Referensi
Ø  Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi
Ø  Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
Ø  Dosen jurusan bahasa Prancis, FBS - UNJ

Ma nouvelle expérience inoubliable!

Bismillahirrahmaanirrahiim


Aujourd’hui, j'ai passé le test du DELF A2! Alhamdulillah...
Qu’est-ce que c’est DELF?? Apa itu DELF??
C’est Diplôme D’étude En Langue Française, semacam TOEFL tapi untuk bahasa Prancis..
Terdiri dari beberapa tingkatan, yang saya tau tingkatannya adalah A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Nah untuk lulusan dijurusan saya minimal harus mempunyai sertifikat B2. Dan hari ini, kawan-kawan dan saya mengikuti DELF tingkat A2. Hm hm masih jauh rupanya. Smangatlah! 

Agatha, ramsey, et moi, on a étudié ensemble hier,  le soir jusqu’au minuit je pense. Oh là là c’était trop fatiguant. Mais ça va, je dois faire le mieux, n’est-ce pas? :D
Disurat ujian tulis tertera bahwa test berlangsung pada pukul 09.00 tapi peserta harus hadir 30 menit sebelumnya, saya berangkat pukul 07.00 dari jalan Pemuda bersama agatha dan ramsey, kami jalan kaki ke BNI Rawamangun, kemudian kami naik metromini nomor 49 untuk sampai di Institut Français l’Indonésie di Salemba. Diluar dugaan, macet bangeeeeet. Sampailah kami sekitar pukul 08.15 dan alhamdulillah kami sampai SEBELUM waktunya, masih ada waktu untuk bernafas lega walau tetap saja ritme jantung saya berdetak begitu cepatnya. Untunglah saya cukup mampu untuk mengabaikan itu, berharap rasa gugup tidak membatasi gerak saya dalam berpikir diujian nanti. 

Untuk ujian Réception Orale, Réception Écrite, dan Production Écrite (Listening, Reading, dan Writing) saya berada di ruang 06 dan Production Orale (Speaking) saya berada di ruang 04. Saya masih bisa mengatasi rasa grogi saat ujian di ruang 06 (walau sempet ngantuk abis, but it’s not a big deal  i think, cause i’ve passed it, rite? :D).

Tapi saat ujian di ruang 06 alias Speaking. Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm.... dalam ruangan itu kita hanya ditest sendiri dengan dua orang l’éxaminateur (penguji). Test berlangsung dari pukul 11.00 dan saya kebagian test pukul 13.00, Alhamdulillah persiapan 120 menit.. saya dan fitri latihan apapun, dari monolog sampai dialog. Awalnya kami hanya menunggu tanpa aktivitas, dan rasanya kami kepo sekali dengan mereka yang sudah keluar dari ruang ujian dengan wajah sumringah. Bertanya bagaimana rasanya? Siapa pengujinya? Apa testnya? Dll. Tapi akhirnya malah jadi tambah grogi pas dengar cerita mereka, so saya dan fitri memutuskan untuk ikhtiar dulu saja, tidak ingin menikmati rasa gugup yang hinggap.
Pukul 13.00, giliran saya. Ada tiga test, yang pertama memperkenalkan diri selama 1 menit, kemudian dilanjut dengan monolog selama dua menit (tema sudah ada), dan terakhir dialog (jeu de rôle) bersama penguji. Huuuuuuuh :D Untuk monolog dan dialog kami dipersilakan mengambil tema secara random dan mempersiapkan apa yang ingin dikembangkan dari tema tersebut selama 10 menit. Alhamdulillah penguji saya tidak lain dan tidak bukan adalah dosen saya sendiri hehe, dosen linguistique I dan II, il s’appelle Monsieur Sakirin. Penguji yang satunya lagi adalah alumni dari jurusan saya, kak Sridepi (Bahasa Prancis 2008), dia cantik-baik-pintar, je l’aime!
Tema monolog saya adalah tentang kegiatan olahraga, padahal saya bukan penggiat olahraga, apapun itu. :( tapi disitulah letak tantangannya, mengembangkan IDE. Dan tema dialog saya adalah menjadi seorang saksi atas sebuah kecelakaan lalu lintas, dan lawan bicara saya alias si penguji menjadi polisinya. 
Dan, voila! Ujiannya telah berlalu, tinggal tawakkalnya.
Allah ridhoi ikhtiar kami. Aamiin..
:) 
 
Posted 6 november 2012 by

Tinggal jauh

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Bagaimana rasanya tinggal jauh dari orang tua? Tidak enak, sungguh. Bagaimana kau mau menerapkan sikap baktimu jika berada jauh dari mereka, sulit. Selemah-lemahnya iman, ya hanya do’a. Berharap Allah senantiasa menjaga mereka dalam nikmat iman dan nikmat sehat. Aamiin.
Ini hanyalah kata-kata yang keluar dari mulut ia yang orang tuanya masih lengkap, dan masih diberi kesempatan untuk menemui orang tuanya minimal dua minggu sekali. Tidak terlalu menantang jika dibandingkan dengan mereka yang orang tuanya telah pergi ke sisiNya.. Atau dengan mereka yang menemui orang tuanya minimal setahun sekali. Pasti lebih sulit menjalaninya, pasti lebih tegar pribadinya. Membayangkannya saja aku kagum. Jikalau aku yang berada diposisi mereka, entahlah.
Selama dua belas tahun aku menuntut ilmu, inilah tempat belajar terjauhku sampai hari ini. Selama dua belas tahun kemarin, aku hanya membutuhkan waktu lima belas sampai dua puluh menit saja untuk sampai ke sekolah, tapi kini tidak, perjalanan pulang pergi membutuhkan waktu lebih kurang 120 menit –empat jam--. Yang ini wajib tegar, demi menuntut ilmu, bukan?
Kadang aku membayangkan, bagaimana ketika suatu hari nanti ketika usiaku telah menginjak dua puluhan dan aku sudah siap dipinang oleh seorang lelaki pilihanNya yang akan mengambil hak atas diriku secara sah dihadapanNya. Ketika kelak aku menjadi seorang istri, seorang ibu. Aku mulai hidup jauh dari orang tua karena diriku sudah menjadi hak suamiku kelak, siapkah? 
Kini aku tau, ketika aku meminta Allah memberiku sifat mandiri.
Maka Allah menakdirkanku belajar di tempat yang cukup jauh dari rumah orang tuaku.
Segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini pasti mengandung hikmah serta pembelajaran. Ini yang terbaik. Bi idznillah..
*edisi homesick
Posted by

I just can’t do it passionately

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Untuk menjadi tawazun itu tidak mudah. C’est à dire, unggul dalam berbagai hal itu tidak mudah, well, bagi saya. Untuk unggul di satu hal, artinya membutuhkan fokus yang luar biasa dan otomatis mengorbankan keinginan untuk unggul dalam hal lain.
Dijurusan yang saya tekuni di kampus kini saya merasa dituntut untuk menguasai bahasanya (of course) sekaligus mempunyai wawasan yang luas akan kulturnya. Dan untuk itu saya memerlukan banyak waktu untuk membaca buku/majalah/koran Prancis, browsing di internet tentang info Prancis terupdate, menonton film Prancis, mengunjungi perpustakaan Prancis minimal dua minggu sekali, menghafal letak geografis kota-kota di negara Prancis sampai berdiskusi tentang isu hangat dari negara dimana Napoléon pernah berjaya. Layaknya kawan-kawan lain yang begitu antusias mengerjakan itu semua, saya pun mempunyai keinginan yang sama. But, I just can’t do it passionately. Honestly, i’ve another passion beside it. Passion for organization,yeah  i’d loved to organize some event.
Donc, il n’y a personne qui peut m’arrêter pour la faire, sauf mes parents je pense. Parce que j’essaye toujours de faire le mieux pour toutes les affaires dans ma vie. Je crois que je sais ce que je dois faire. Je dois travailler dur pour mes études et mon organisation. Fait le mieux! Il faut que j’étudie bien, il est important que je sois moins paresseuse qu’avant.
Sometimes I feel like I do my work under the pressure. In one side, I’ve to be an academician, and I need more time for that. In another side, I’m keen on organization, so automatically I need more time too for that. C’est assez difficile. That’s why in the beginning of this blog I said that, “To keep your work still balance it’s not easy..”
Pokoknya do the best. À Allah merci.. Grace à Allah, j’ai beaucoup d’occasions pour goûter beaucoup de choses dans ma vie!
 
Posted by

Menjaga Hari

Bismillahirrahmaanirrahiim..
“Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa alasan yang jelas) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.” (Qs. An-Nisa: 95)
Bulan tak nampak indah kala itu, gelisah, ada saja yang mengganggu pikiranku.  Tersadar aku bahwa perjuangan  ini memang tak pernah berada di zona nyaman, terlebih mereka yang biasa menjagaku kini tak selalu memberikan pundaknya untuk kubersandar. Berperang sendiri adalah jalan yang suka tidak suka harus dipilih. Lalu pergilah aku bersama tekad, semangat, dan tujuan yang berarah kepadaNya.  Pergi menjaga hari yang tergambar hitam pekat dipikiranku setahun lalu, hari yang akan selalu hadir disetiap tahunnya. Bagiku hari ini adalah perubahan. Hari ini adalah cermin dihari selanjutnya. Hari penentuan warna, akan tetap gelapkah atau berubah menjadi cerah? “Semoga Allah menjaga, menjagaku, menjaga hari kami dengan rona yang indah disisi dienNya.” 
Sesekali kucoba menarik nafas panjang.. kemudian menghembuskan kembali dengan lembut. “Allah bersamaku, Allah bersamaku” kataku dalam kalbu. Tak sadar malam semakin pekat, kuhentikan kegelisahan dengan menutup mata sejenak, mempersilakan ruh ini untuk beristirahat sebentar saja.
Malam pekat berganti pagi cerah.  Aku mengajak seorang kawan untuk pergi menatap matahari pagi yang sinarnya menentramkan. Kami banyak bercerita, sejenak mengalihkan kegelisahanku. Kegelisahan akan sesuatu yang masih menjadi rahasiaNya. Kira-kira apa ya warna hari ini? Merah muda atau merah marun? Biru langit atau biru pekat? Belum tau.
Hari ini matahari terasa menyenangkan, tidak seperti bulan semalam. Angin berhembus tenang, dan Allah menurunkan berkahNya melalui hujan yang mampir sebentar kemudian pergi lagi. Hari ini cukup bersahabat, berjalan sesuai alur yang kurencanakan. Jika dianalogikan dengan warna, hari ini berjalan dalam warna pastel . Menyenangkan:) Rabb.. Merci.
Namun hidup memang tak pernah bisa seideal yang diharapkan. Hari berikutnya tercium aroma yang tidak bersahabat, aku mulai khawatir. “Jangan, jangan hitam lagi” pintaku dalam kalbu. “Tidak,kali ini  tidak boleh ada lagi warna gelap” ya, aku cukup gelisah.  Sayangnya Allah berkehendak lain, hari itu aku merasa kecolongan warna.  Aku hanya melihat warna gelap saja.
-The End-
 
Dan berakhirlah tugasku dengan hujan tanda berkah dariNya.

Hikmah:
------------- Ini menandakan kelemahanku sebagai manusia biasa, semua tak bisa ideal seperti yang diharapkan. Terlalu muluk untuk langkah awal dengan hanya membayangkan warna pastel, padahal sejatinya warna-warna gelap juga ikut bermain dalam kehidupan ini. Semua kuanggap sebagai pembelajaran, kedepannya warna-warna gelap harus diganti dengan warna-warna cerah atau softly pastel. Dan warna-warna pastel yang ada harus dipertahankan dan diJAGA.-----------
Laa hawla wa laa quwwata illa billah...
Posted 30 october by

C'est ma première fois d'étudier avec le français. C'est super!

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Grace à Allah, aujourd'hui j'ai etudié avec un prof français! J'étais nerveuse mais aussi contente. Si Je ne suis pas trompée, il s'appelait Eric. On l'appelle Monsieur Eric. Il est amusant, intelligent, tolerant, franche, et souriant. Je suis heureuse de faire la connaisance avec lui. Eric est un prof de Geography -->à une école internationale. Moi, j'étais surprise parce qu'il connaît bien quelques histoires et cultures de l'Indonésie, c'est super non??
Il a parlé beaucoup et un peu vite, mais ça va, ça m'entraîne assez. Grace à lui, aujourd'hui je sais comment on fait le contact avec le français, et je sais le style de la parôle français. Il nous  a expliqué aussi beaucoup de cultures française, il nous a demandé aussi de faire les comparaisons entre la culture d'Indonésie et de français. Il est formidable et génial! Rabb Merci..
 
Posted by

Da'wahmu, da'wahku, da'wah kita.

Bismillahirrahmaanirrahiim..
                Da’wah. Ia tidak eksklusif, tak pandang bulu, semua mu’min memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menyampaikannya. Da’wah bukan hanya milik mereka yang jidatnya hitam-hitam atau yang jilbabnya panjang-panjang (baca: syar’i), melainkan milik kita semua. Sesekali saya sempat berdiskusi dengan kawan-kawan dijurusan tentang banyak hal, membuka topik dan obrolan yang cukup berkualitas daripada hanya obrolan yang kosong makna dan banyak tertawa seperti jaman SMP dulu.
                Tentang kampus, Jakarta, pemerintah, negara, sampai agama. Ramsey, dina, novi, fahmi, eka, agatha, fitri, dengan merekalah biasanya diskusi jadi hangat. Ada wajah penasaran, ada kerutan dahi, ada tanggapan, ada pertanyaan, ada sanggahan, sampai pembenaran. Semua topik berawal dari permasalahan yang ada di dunia ini, seluuuruh dunia, apapun dibahas. Bahkan atas segala masalah yang ada, semua dari kami mengajukan solusinya masing-masing. Diskusi yang jarang-jarang ada ini sarat akan hausnya perbaikan umat. Saya merasakan hal yang sama dengan mereka, ya, perbaikan umat. Mereka  terlihat ingin menunjukkan yang haq dan mencegah yang bathil, sekecil apapun hal itu. Saya memandang bahwa yang ingin mereka lakukan adalah da’wah juga, mereka punya niat menjalankannya, hanya mungkin belum tau apa itu, bagaimana dan kapan melaksanakannya. Ternyata setahun belakangan belum cukup bagi saya untuk menilai dan mengenal mereka, bibit-bibit luar biasa, yang darinya akan terlahir perbaikan umat. Aamiin yaa Rabb..
Karena da’wah ini adalah milikmu, milikku, milik kita semua. Allahu akbar!
 
Posted by

Dehidrasi iman?

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Bermanfaat. Minimal bermanfaat untuk keluarga, kawan, dan orang sekitar. Maksimalnya untuk Agama dan Bangsa. Baik. Minimal baik untuk keluarga, kawan, dan orang sekitar. Maksimalnya untuk Agama dan Bangsa. Kita pasti bahagia ketika melihat ada setetes kebaikan terlahir dari ide kita, ucapan kita, tindakan kita, do’a kita, sungguh luar biasa bahagia. Bahagia ketika yang lain tersenyum merasakan nikmatnya tetesan kebaikan itu. Bahagia ketika kebaikan yang hanya setetes itu dapat berdampak bagi yang lain.
Namun, tetesan itu ternyata memang tidak mudah diciptakan, butuh tekad yang bulat, strategi yang matang, usaha yang tiada habis, dan do’a yang mantap. Layaknya berolahraga, harus sit up, push up, lari bolak-balik, lompat-lompat, baru banyak meneteskan keringat. :D Seperti itulah analoginya meneteskan kebaikan, banyak rintangan.. tapi Allah sudah bilang berulang kali bahwa belum beriman seorang hambanya jika belum menikmati banyak ujian dariNya. So, kalo dapet ujian, senyum aja deh :) kadang kepengen cengeng #wajarkan, tapi suka ngebanding-bandingin masalah sendiri sama masalah orang lain, saya rasa masih banyak orang lain yang lebih berproblema tapi toh wajahnya sumringah saja, jadi malu trus ga jadi sedihnya. :)
Mungkin itu dampak dari kecapean mikir aja jadinya lemah. Tapi kalo kita analogikan lagi dengan olahraga, selama berolahraga kita rentan mengalami dehidrasi, bukan? nah dehidrasi iman juga ada ternyata, jadi saat ujian lagi bikin ngos-ngosan isi juga ruhiyah kita dengan suplemen yang seimbang.
Jalan yang panjang, pengikut yang sedikit, waktu yang lama. Inilah yang harus ditempuh, jalan a la Rasulullah dalam dakwahnya.
Di sana tidak sepi
Kataku saja aku sendiri
Padahal ada Dia
Yang jaraknya lebih dekat
Lebih dekat dari urat nadi ini
Semangat mimil!
 
Posted by

Kita butuh membina

Bismillahirrahmaanirrahiim..
Arti membina bagi saya.
Membina.. atau bahasa kerennya mentoring, ia adalah suatu hal yang sempat saya khawatirkan setelah lulus SMA. Apakah saya siap, apakah saya pantas, dan banyak lagi. Tapi saya juga berpikir, masa iya saya tega adik-adik baru tidak merasakan indahnya pembinaan di SMA seperti saya dulu. Mana mungkin saya menggugurkan pembinaan yang sudah susah payah dibangun kakak-kakak terdahulu disekolah.. dan satu lagi, saya ingin bisa bermanfaat, ya minimalnya saya bisa memberikan sesuatu untuk SMA tercinta, yaitu membantu membina di sekolah. Pembinaan merupakan suatu hal yang sudah menjadi suatu kebutuhan setiap umat. Bagaimana jadinya jika negara ini tidak ada yang membinanya? Bisa jadi negara itu berantakan, kacau, ruwet, dll. Nah sama halnya dengan adik-adik saya, baik yang di SMA maupun di kampus. Bagaimana seandainya jika mereka tak mendapatkan pembinaan di ranah yang baru mereka jajaki? Hm, saya khawatir :D
Tidak ada yang menggaji, lalu kenapa mau membina?
Setidaknya dengan membina, kita dapat membantu mengurangi kemaksiatan2  yang terjadi dimuka bumi ini. Saya pun belajar untuk tidak hanya mengomentari kelakuan2 minus masyarakat muda jaman globalisasi, tapi ikut bergerak membuat adanya perubahan perbaikan umat. Namun memang tidak secara signifikan. Dengan membina adik-adik di SMA dan di kampus, saya juga belajar membina diri saya sendiri, berkaca pada setiap apa yang saya sampaikan pada adik-adik, mencoba bahwa semua ucapan tidak hanya untuk memperbaiki mereka tapi juga untuk saya sendiri. Masalah gaji, uang, siapa yang tidak ingin mendapatkannya? Tapi pembinaan ini bukanlah sesuatu yang bisa dibisniskan, cukup lelah ini dibayar dengan ridhoNya, that’s all.

Membina mereka? Kenapa tidak dari yang terdekat? Keluarga misalnya?
Berulang kali keraguan ini memang sempat hadir. Namun berulang kali pula saya diingatkan, ketika saya membina yang lain.. yakinlah bahwasanya Allah yang akan menjaga keluarga saya tercinta. Bukan masalah ego, tapi membina yang di rumah memang tidak lebih mudah, selain masalah waktu, masalah usia pun saya kurang oke. Maka berharap, berusaha, dan berdo’a semoga Allah memberikan penjagaan pada hati-hati mereka agar senantiasa menikmati indahnya iman dalam agamaNya. Berharap tetangga di sekitar rumahlah yang menjadi pintu peluang hidayah itu terbuka, siapa yang tau kecuali Allah. Dan itupun benar terjadi, da’i itu kini hadir menemani keluarga saya, lewat tutur kata dan perbuatannya, saya membaca bahwa ia lah yang kini berdakwah di keluarga saya. Tanpa diduga, inilah jawaban dari do’a selama ini. Yakinlah, Allah mendengar dan mengijabah do’a kita selama itu sesuatu yang baik. Yakinlah, ketika kita tak mampu menjaga yang di rumah,  Allah pasti memberi pengganti terbaik untuk “membina” mereka.
 Membina  adalah hal kecil yang bisa saya bagi di masa muda ini dan ingin saya pertahankan. Selain itu saya ingin melihat generasi-generasi yang hebat setelah saya. Seperti firman Allah.. kita semua pasti tidak ingin meninggalkan generasi yang lemah sesudah kita, bukan? :)
Q.S. Annisa (4) ayat 9 :
 ”Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
 Kalau kata temanya Dauroh Mentor FBS 2012: "Semangat Membina, Lahirkan Generasi Rabbani!"
Terimakasih untuk mereka yang masih bertahan..
Fanny, Ivo, Sukma, Alifah, Dwita, Devi, Virgi, Age, Ulfi, Diah, Salsa, Zizi, Dewi, Nur, dan Shella.
Semoga Allah senantiasa mengikat hati kita dalam lingkaranNya. :)
 
Posted by  
 

BASIS

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Allah. Sungguh diriMu begitu identik dengan rasa adil
Suka-ku imbang dengan duka-ku
Senyumku imbang dengan tangisku
Apapun itu yang aku tau pemberianMu tak pernah berat sebelah
Di manapun kaki berpijak, disitulah kehangatan keluarga dapat tercipta, sungguh Allah Maha Adil. Walau jasad ini jarang bertemu dengan mereka yang ada di rumah, namun Allah memberi saya keluarga kecil di fbs. Ya, basis (bahasa&seni squad). Pasukan bahasa&seni yang ghirohnya bikin saya semangat terus, salut dengan mereka yang selalu berazzam untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, yang peduli pada umat disaat yang lain memanjakan egonya. Sosok keluarga yang cukup menambal rasa rindu saya pada ayah,ibu, bahkan kakak saya di rumah. Kalau sekali lagi saya ditanya tentang apa arti basis bagi saya, keluargalah jawabannya..
Merci Allah :)

Posted by

Embun itu

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Kemarin, ada yang bersemangat menyambut kesempatan nafasnya dipagi hari, ada juga yang berduka atas hilangnya nafas seseorang di hari itu. Ada yang puas atas pencapaian agendanya, ada juga yang kecewa atas ketidakberhasilan agendanya. Ada yang membuka mata dipagi buta, ada pula yang membiarkan mata itu nyenyak dalam tidurnya. Ada yang mendzalimi, ada pula yang terdzalimi. Ada senyum, ada tawa. Ada tangis, ada kecewa.

Sesungguhnya
Embun itu masih ada
Ia menutupi sesuatu yang sangat ingin kulihat
Padahal pagi tlah berganti petang
Tapi ia masih bertahan
Mungkin
Mungkin belum saatnya embun itu menghilang
Bukan pagi ini
Mungkin esok pagi atau bahkan esoknya lagi
Hari ini
Aku berencana menghapusnya
Tapi apa daya..
Itulah insanNya
Berencana, berkehendak saja
Tapi Dia jua yang memutuskan

Laa hawla wa laa quwwata illa billah...
Posted by

Pindahan~

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Saya tidak pernah berencana untuk meninggalkan blog Multiply yang sudah saya geluti setahun belakangan ini. Namun takdir berkata lain #sedihdotkom, saatnya menyelamatkan barang-barang penting di rumah (tercinta) saya yang lama, blog, foto, link penting, dsb. Yudadaaababay :'(

Posted by