Powered By Blogger

Tuesday, December 22, 2015

Di balik pencapaianmu

Bismillaah



Ada masa di mana semua hasrat ingin dipenuhi, semua yang nampak indah ingin dimiliki, semua yang orang lain mampu aku juga mau. Ya, kita ingat itu sebagai masa kanak-kanak. Di mana ibu selalu bersabar menjadi tempat aku mengadu ini dan itu, ditambah posisi anak bungsu, semakin jadi sifat manjaku.

Beranjak ke masa berikutnya, masa di mana aku mulai ingin sendiri, ibu tak perlu peduli, biar kuurus semua secara pribadi. Masa remaja, di mana ibu begitu sabar menghadapi kedua putrinya, yang beranjak remaja bersamaan.

Aku teringat, beberapa kisah nyata yang Allah titipkan dalam hidupku, yang dicipta-Nya agar menjadi saksi nikmat dan syukur dalam masa remajaku. Kisah yang terukir kala aku ingin kembali mengadu pada ibu.
Suatu saat menjelang tes masuk jenjang Sekolah Menengah Atas, ada satu sekolah rintisan berbasis Internasional yang menjadi impian setiap anak, serta menjadi impian setiap orang tua sebab agama menjadi penyeimbang pendidikan di dalamnya. Sedang aku, selalu meragu, tidak yakin apakah mampu. Hingga tersedulah disujud yang dalam kala itu. Ikhtiar menjalani semua semampuku. Mengambil soal-soal ujian SMP, try out, UAS, Ulangan harian, Latihan, dan seterusnya. Sementara yang lain mampu belajar dalam lembaga bimbel, aku hanya belajar di rumah bersama seorang kakak.

Satu yang kuingat, selepas ujian tes masuk itu. Ibu bercerita, bahwa dalam dhuha rutinannya pagi itu, ibu tersedu mengadu kepada Allah agar aku diterima di sekolah itu, dengan tujuan agar anaknya mendapat tempat belajar yang baik untuk dunia dan akhiratnya.

Dan, sesuai dengan qadar Allah, aku diterima.

Kisah lainnya terjadi pada saat perlombaan bahasa asing di sekolah. Guruku meminta agar aku menjadi salah satu perwakilan sekolah dalam lomba membuat artikel bahasa Prancis tingkatan Sma yang diadakan oleh duta besar Prancis saat itu.

Hal yang kuingat, saat kuketik naskah lomba milikku, aku meragu, tidak yakin apakah aku mampu membanggakan sekolahku. Di saat yang bersamaan ibu datang dan memberiku segelas teh hangat sambil berkata, "ibu selalu mendo'akan yang terbaik, nak :) Menang atau kalah tidak masalah, apapun yang terbaik.."

Dan, sesuai dengan qadar Allah, tulisanku menjadi pemenang bersama empat orang lainnya yang tersebar di beberapa sekolah di Indonesia.

Tak lupa juga pada kisah menjelang kelulusanku, aku meminta pada ibu agar kembali menyekolahkanku di Universitas pilihan. Tetapi ibu tidak berani menjanjikan soal biaya, ibu hanya berkata, berusahalah mencari beasiswa jalur prestasi. Lagi dan lagi aku yang lemah ini tidak yakin akan kemampuanku, yang aku lakukan hanya terus menjalankan tugas untuk selalu berikhtiar dan meminta kepada Allah.

Meski aku telah diterima di Universitas pilihan, biaya masuk sebesar 5 juta masih menjadi beban ibu. Ibu hanya berkata, "kita usaha ya, terus berdo'a, setiap hari ibu berdo'a meminta kelancaran pendidikanmu kepada Allah, nak.."

Dan, sesuai dengan qadar Allah, saat masa pendaftaran ulang tiba, ibu dan aku menjadi antrian pertama, lalu petugas BAAK membuka loket dan hanya meminta pin bidik misiku, selanjutnya aku dinyatakan resmi bebas dari biaya masuk dan seterusnya.

Bukanlah kehebatan dan kemampuan diri seorang anak yang menjadi tolak ukur apa yang telah didapatnya hari ini, tetapi di balik pencapaianmu, ada ridha dan pinta seorang Ibu, setiap do'a dan tetesan air matanya lah yang menggetarkan 'Arsy Allah subhanahu wata'ala, untuk meridhoi segala harap :)

Aljannatu tahta aqdaamil ummahat..

-MA-

Tuesday, December 1, 2015

Qaulan layyinan



Suatu hari di kampus tarbiyyah itu, kudengar kisah menakjubkan, sederhana namun menyentuh relung hati. Sesosok teladan yang bercerita melalui pribadinya bahwa untuk membelai nurani, tidak mesti melalui lisan yang mumpuni. Bahwa untuk menarik hati, tidak mesti dengan lembaran materi. Tetapi untuk menyentuh hati cukuplah dengan pribadi yang dekat dengan Ilahi, dan itu terbukti.
            Kulihat ia bukanlah sosok yang istimewa, begitu sederhana, tiada sempurna, namun akhlaknya begitu mempesona. Sesosok sederhana yang senang menyapa kala bertemu saudaranya, “Assalaamu’alaikum..”, ucapnya senantiasa dengan senyum gembira, bersahaja. Sesosok yang tiada banyak kata, tetapi sekalinya berucap, muatannya penuh makna. Urusan saudaranya yang belum membayar uang kuliah, menjadi urusannya. Urusan saudaranya yang belum mengecap indahnya mengenal Allah, menjadi tugas besarnya. Urusan saudaranya kala terseok dalam barisan dakwah, menjadi tanggung jawab tangannya. Itulah dia, sosok bersahaja nan tetap sederhana.
            Kudengar ia bukanlah sosok yang pandai bicara, biasa saja, bahkan aksen medok daerahnya tak pernah hilang meski telah hidup sekian lama di Jakarta. Suatu ketika ia mengisi kajian keIslaman di kampus tercinta, dan benarlah ternyata apa kata mereka, baru aku dengar orasinya yang biasa saja, ia banyak tersendat kala berbicara. Tetapi apa yang membuatnya tetap bersahaja? Cukup dengarkanlah apa yang diucapkannya, muatannya. Rasakan ghirahnya terhadap Islam, begitu meresap ke dalam dada. Ternyata ciri khasnya adalah dengan qaulan layyinan, berkata dengan perkataan yang lemah lembut dan begitu dalam maknanya.
            Namanya begitu tersohor dikalangan halaqah kampus, namun bukan karena dirinya yang senang tampil di muka umum, bukan pula karena tampilannya yang istimewa, melainkan tersohor karena begitu banyak mahasiswa yang terbina dengan tangannya. Hiruk pikuk kampus ternyata tidak menyurutkan semangatnya dalam menebar cinta Ilahi, padahal begitu beragam karakter dan kultur yang ada di kampus tarbiyyah ini, dari mulai yang akademis, organisatoris, sampai yang nongkrong-nongkrong ‘miris’. Objek dakwahnya tidak tanggung-tanggung menunggu siapa yang mau mengaji, tetapi langsung mencari siapa yang belum mengaji, kalau boleh masuk kategori, sasaran yang paling disenanginya adalah anak-anak tongkrongan yang akademis tidak, organisatoris pun tidak. Pertanyaannya, mengapa ia begitu berani?
            Kunci keberanian dari ghirah Islamnya yang begitu tinggi, adalah tidak lain tidak bukan tersebab kedekatan jiwanya kepada Ilahi Rabbi, Allah ‘Azza wa Jalla. Tetapi aku tidak cukup puas, aku butuh mendengar cerita-cerita lain tentang kesehariannya, sebab aku melihat begitu banyak orang shalih yang kelihatannya dekat –bahkan sangat dekat— kepada Ilahi, tetapi ghirah membinanya tidak membumbung tinggi. Terlebih lagi, banyak orang hebat di luar sana yang jago orasi, tetapi tidak mampu menyentuh hati sedalam sesosok murabbi yang kukenal ini.
            Dalam kesehariannya, sesosok murabbi itu masih saja sering datang ke kampus untuk mengisi halaqah, meski ia tiada lagi memiliki amanah kuliah. Saat itu adalah saat-saat berharga bagi pertemuan mengaji antara mahasiswa baru dan murabbi-nya, sebab tahun ajaran baru adalah masa awal yang begitu menggoda, yang mampu menjadi saksi pertemuan-pertemuan selanjutnya. Jurusan seni adalah tempat awal sosok murabbi luar biasa ini berasal, yang bahkan aku tak mengerti bagaimana mungkin anak-anak di jurusan seni yang terkenal begitu antipati terhadap mengaji, bisa menempel padanya. Mana mungkin.
            Seiring bergulirnya waktu, semakin banyak kisah penuh inspirasi yang kudengar tentangnya. Sampai pada sebuah kisah yang mengantarku pada rasa yang paling mengharu biru, pada jawaban-jawaban atas rasa penasaranku. Kisah yang mampu menahan mataku dari berkedip, dan mendekap nafasku selama beberapa detik, yakni kisah yang menceritakan saat-saat di mana orientasi mahasiswa baru jurusan seni begitu ramai, bebas, penuh senioritas. Mementingkan canda-tawa keakraban daripada kualitas perkenalan dalam persaudaraan. Tubuh mahasiswa-mahasiswa baru itu, penuh coretan dari kaleng-kaleng cat yang warna-warninya berbaur menjadi satu, mewarnai hamparan kulit para mahasiswa baru itu. Sedangkan senior? hanya ingin tertawa gembira, menunjuk-nunjuk betapa lucu dan konyolnya mereka. Hingga tibalah saatnya semua cerita konyol itu terhenti, saat rombongan mahasiswa baru itu tiba dalam sebuah lingkaran cinta, ada sesosok manusia nan bersahaja yang tiada banyak bicara, sedang memandangi mereka dengan tatapan cinta. Seketika ia cari sehelai kain basah, kemudian membersihkan satu persatu binaannya, dan itulah dia, murabbi tercinta mereka! Allahu, ya Rabb. Aku tak sadar pipiku seketika basah, menitik air mata ini kala mendengar cerita-cerita halaqah tentangnya.
            Aku pun sadar bahwa jasa yang telah digoreskannya juga tertanam dalam relung jiwaku, ternyata sesosok murabbi itu telah membangun ghirah membina di bawah alam sadarku! Ia telah membuktikan betapa cinta seorang murabbi dapat mencairkan hati-hati yang beku dari dekapan Ilahi. Tidak perlu sesosok istimewa nan popular dan pandai berucap, cukuplah ia yang dekat kepada-Nya, mulia akhlaknya, dan mampu membasahi jiwa-jiwa yang kering dengan lisannya. Qaulan layyinan, perkataan yang lemah lembut, yang kedalaman maknanya mampu menyentuh jiwa umat manusia.

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” 
[Qs. Thahaa : 44]


Tulisan ini telah diikutsertakan dalam lomba menulis inspirasi Sekolah Murabbi dan menjadi hak panitia sepenuhnya.

Monday, November 16, 2015

Sang Waktu

Sang waktu. Bagaimana jadinya jika kita tak mampu menghormatinya, tidak menghargai keberadaannya, dan bahkan masuk dalam kategori yang melalaikan? na`udzubillahi min dzalik. 

Pada hakikatnya, sang waktu akan terus berlari, lurus, tiada berbalik, apalagi menoleh, tiada rasa kasihan, tiada peduli, terhadap mereka yang berdiam diri.

Sang waktu, Allah ingatkan dalam berbagai tempat di dalam al Qur'an. Seperti "wad  dhuhaa", "wal layli idza yaghsyaa", "wasy syamsi wadhuhahaa". Allah menekankan firmannya berulangkali dengan penanda waktu. Apalagi kehebatan sang waktu semakin bertambah-tambah dengan turunnya ayat "wal ashr," ya, demi masa.

Barangsiapa lalai dalam waktunya, sungguh waktu takkan berbalik kepadanya. Meski kita menangis, memohon, agar ia kembali barang satu jam saja, mustahil akan terjadi. Sebab sang waktu, adalah ratu. Ia berani dan penuh arogansi, ia meninggalkan siapapun yang lalai dan tidak peduli.

"Innal insaana lafii khusr,"
sungguh, manusia berada dalam kerugian yang nyata!


Lalu bagaimana cara agar tiada merugi? Maka surah Al ashr ayat tiga menjadi sebaik-baik penjelas bagi manusia tentang hal yang mesti dijalani, yakni "kecuali yang beriman dan beramal shalih."

Beriman, dan beramal shalih. Ialah hidup dengan kedalaman iman terhadap Allah, bersama dengan cahaya Qur'an dan tuntunan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam. Mengikuti akidahnya - ibadahnya - serta akhlaknya yang mulia, serta hidup dengan terus meninggikan ilmu dan menyeimbangkan dengan amal, melakukan segala sesuatu yang bernilai manfaat.

Percayalah kita tidak berlama-lama di dunia, sebab akhirat sudah mengikat, kita akan berada di sana dalam keabadian yang nyata. 

Demi masa,
Demi matahari dan sinarnya dipagi hari,
Demi waktu matahari sepenggalah naik,
Demi malam apabila menutupi,
Demi Allah.. waktu terus berlari, dan tiada kembali.






Allahu a`lam
THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter: @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Sunday, November 15, 2015

My First Trial - Panahan

Bismillaah

Sejujurnya mata pelajaran yang paling tidak saya senangi selain eksakta adalah olahraga.Olahraga terakhir yang saya tekuni saat kecil adalah badminton, tapi tidaklah lama, saya tidak pernah berlatih lagi, hanya sekadar main saja saat ada kegiatan menginap bersama rekan-rekan di kampus. Tetapi semenjak membaca keutamaan sebuah olahraga yang sangat dianjurkan rasul, baik dari segi hadits maupun kesehatan psikis dan biologis, saya mulai tertarik dengan olahraga tersebut, yap, panahan. Olahraga bagi fisik dan olahrasa bagi jiwa. Melatih Konsentrasi serta Menjaga Kesabaran. Ingin sekali menekuninya lebih dalam, semoga Allah beri kesempatan. One day!
 
Alhamdulillaah hari ini jadi first trial! bareng Nisa juli dan dede Dias, juga dede Fatih :)

Setiap hari Uqbah bin Amir Al Juhani keluar dan berlatih memanah, kemudian ia meminta Abdullah bin Zaid agar mengikutinya namun sepertinya ia nyaris bosan. Maka Uqbah berkata, “Maukah kamu aku kabarkan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Ia menjawab, “Mau.” Uqbah berkata, “Saya telah mendengar beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu anak panah; orang yang saat membuatnya mengharapkan kebaikan, orang yang menyiapkannya di jalan Allah serta orang yang memanahkannya di jalan Allah.” Beliau bersabda: “Berlatihlah memanah dan berkuda. Dan jika kalian memilih memanah maka hal itu lebih baik daripada berkuda.” (AHMAD – 16699)

Marilah kita memulai upaya persiapan tersebut dengan melakukan apa yang jelas-jelas telah dianjurkan oleh Rasulullah saw. Di antaranya ialah memanah. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atas mimbar berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!” (ABUDAUD – 2153) 

http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/nabi-muhammad-saw-menganjurkan-ummat-islam-memanah.htm#.VkiMCG5fky4 

 
 

Monday, November 2, 2015

Qadar Allah

Bismillah

Hanya mengingat, kembali mengingat.
Qadar Allah ta`ala yang tak disangka-sangka sebelumnya, musyawarah yang berjalan dengan lancar, dan aku tidak mengerti.
MADING MESTA, Majalah Dinding Media Smavo Kita, organisasi pertama yang langsung jadi ketua ditahun kedua. Innalillah..

Allah yubaarik fiina :)


Monday, October 26, 2015

DEKAT

Setiap muslim dan muslimah jelas memiliki keistimewaan lima rukun Islam dalam hidupnya, dan kita pasti telah lebih dahulu mengamalkan rukun yang pertama.

"Syahadati `alaa illaha ilAllah wa anna Muhammadurrasulullah", persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Ialah awalan siraman positif bagi jiwa, yang mesti diresapi dengan khidmat guna menumbuhkan keimanan yang kuat.

Kita semua tahu, bahwa energi positif akan selalu hadir bagi kita yang senantiasa memiliki dzan (prasangka) yang baik, husnudzan :) Sebaliknya, energi negatif akan menghantui kita yang senang membiasakan diri dalam menaruh prasangka negatif di sembarang tempat, su`udzan.

Lalu, apa implikasi dari Syahadat terhadap Dzan dalam kehidupan setiap insan?

Syahadat yang membekas, akan melahirkan dzan yang positif dan jiwa yang senantiasa merasa tenang serta dekat dalam genggaman Rabb-nya. Tiada kecewa, tiada terluka dengan keputusan Rabb-nya, sebab sesaat setelah bersaksi --percaya-- bahwa tiada ilah selain Allah, maka saat itu pula ia percaya dan berprasangka baik akan segala ketetapan-Nya. Otomatis saja. Bukan hanya percaya kala bahagia, atau malah kecewa saat sengsara.

Kawan, kata 'kecewa' adalah teman dekat dari jiwa-jiwa yang bersandar pada manusia, benda, dunia, dan negatifnya prasangka. Berharap dan takut kepada selain-Nya, hanyalah menciptakan luka. Maka, memintalah, memohonlah, hanya kepada Allah ta`ala.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah DEKAT.
 Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".
(Qs. Al Baqarah : 186)

Bahwa yang Dekat, justru seringkali yang tidak Terlihat..

Allahu a`lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter: @RealYoungMuslim
#AyoMentoring


Monday, October 5, 2015

The Real Young Muslim Goes To UIN

MEMBUMIKAN ISLAM, DENGAN MENTORING

[Tangerang] -- Senin 05 Oktober 2015, bertempat di Teater Prof. Aqib Suminto (Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi) UIN Syarif Hidayatullah, LDK KomDa FDIK menggelar Talkshow Inspiratif dengan tema "The Second Chance, Let's Move Up!"

Talkshow yang digelar dengan tujuan memperkenalkan Mentoring ini, berjalan dengan lancar dan penuh antusiasme dari para audiens yang luar biasa, juga ditemani oleh moderator prestatif, Bagja Nugraha (Ketua LDK KomDa FAH 2012, Peserta Nanyang Technological University Model United Nations 2015 (Delegate of Malaysia, SPECPOL)).

Talkshow inspiratif kali ini menghadirkan dua orang narasumber yang senantiasa menggelorakan semangat #AyoMentoring, yakni Agus Budiyanto (Direktur Yayasan Indonesia Tangguh, Co-Founder Komunitas The Real Young Muslim) dan Almas Shabrina (Google Ambassador UIN Syarif Hidayatullah) yang menggantikan kehadiran Dadan  Hudanul Hak (Ketua BEM KM IPB, Peraih Beasiswa Aktivis Nusantara) karena sedang dirawat di rumah sakit. Syafahullah :)

Para narasumber memaparkan penjelasan apa itu Mentoring, mengapa harus Mentoring, bagaimana ikut Mentoring, dan banyak hal lainnya yang tentunya menghidupkan SPIRIT siapapun yang hadir di dalam ruangan tersebut untuk ikut kegiatan Mentoring. 

Mentoring, adalah tempat kita belajar bersama tentang agama, tempatnya mendengar dan didengar. "When you talk, you are only repeating what you already know. But if you listen, you may learn something new." Kutip ka Almas dalam perkataan Mahatma Gandhi.

Siapa sangka kawan, di balik segudang aktivitas mereka ternyata Mentoring mendapat prioritas di dalamnya. Mentoring sanggup meningkatkan Softskill mereka untuk senantiasa hidup Bermanfaat, Aktif, dan Prestatif. Serta selalu dekat dengan Ilahi Rabbi. Itu kuncinya :)

Mentoringpun menjadi tempat menempa diri tanpa menghapus potensi yang kita miliki, "Dulu, prinsip saya, meski urakan, shalat tetap tak tertinggalkan. Tampang boleh metal, tapi playlist murottal," jelas ka Agus Budianto menutup pemaparannya.

Acara ini berhasil diikuti oleh sebanyak 117 audiens dari berbagai kampus, kemudian diakhiri dengan do'a bersama dan Pendaftaran mengikuti Mentoring oleh LDK KomDa FDK.

Menarik, ya? :)

Bersiaplah! Siapa tahu sekolah atau kampusmu yang jadi tempat inspiratif berikutnya! 





THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter: @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Saturday, October 3, 2015

Membina

Bismillah

Saat kelahiran diharapkan, sedang kematian ditampikkan, rasanya adalah sebuah hal yang wajar bagi seorang manusia biasa.

Kelahiran para pemuda Islam yang taat kepada Ilahi serta kuat secara intuisi, merupakan dua jendela besar yang dapat membantu kita dalam mendapatkan udara segar dan pemandangan indah, di masa mendatang. 

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah."
(Qs. 03 : 110)

---

Dalam bahasa, kita mengenal kata kerja aktif dan pasif. Meski keduanya bekerja, tetapi tetap berbeda rasa. Setelah selesai 'dibina', seyogyanya lanjutkan tugas berikutnya, menjadikan 'bina' sebagai kerja nyata, 'membina'.

Membina, adalah salah satu cara dalam menampakkan rasa cinta kepada Allah ta'ala. Melahirkan generasi rabbani, bukan semata-mata tugas para perempuan, tetapi tugas tangan-tangan setiap insan. Membina bukanlah jalan terbaik, namun tentu jalan yang baik, untuk melahirkan pemuda-pemudi Islam yang apik.

Membina, bukan seberapa banyak kelompok yang dipunya, tetapi sebanyak apa mereka yang lahir menjadi para pelaku amalan surga. Seberapa banyak mereka yang bangkit jiwa dan raganya untuk terus menghidupkan agama dan bangsa.

Lahirnya pemuda-pemudi muslim yang kuat dan taat kepada Rabbnya, adalah impian setiap mukmin. Kelak, ketika sudah berdaya, mereka yang akan melanjutkan kerja nyata dalam melahirkan generasi-generasi lainnya, seterusnya dan seterusnya. 

Inilah sebaik-baik keberkahan dalam membina. Tiada henti, tak terputus, sepanjang masa. Melahirkan pemuda-pemudi yang senantiasa berdzikir dan berpikir dalam hidupnya.

...
"Dua tahun lalu, di Bitlis ini tidak terlalu banyak ulama. Ketika Ustadz Said Nursi datang dan tinggal di sini, para ulama itu berdatangan. Ada yang ikut mengajar ada yang malah berguru dan belajar," kata Ömer Pasya.  
 ---
"Karena itulah saya ingin membawanya ke Van. Dengan kehadirannya di sana, semoga lahir banyak ulama di sana. Saya harap kamu izinkan dia pergi" pinta Hasan Pasya (El Shirazy, 2014 : 261).
...



Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Thursday, September 17, 2015

Siapa sahabat itu?

Bismillaah

Sahabat, tidak harus selalu di sisi, tetapi sekalinya dia ada, hadirnya penuh arti. 

Sahabat, tak perlu aku bercerita banyak, dia sudah mampu menangkap rasa dengan cepat, mengurai makna dengan tepat. 

Sahabat, merasa bahagia jika aku bahagia, kecewa jika aku kecewa. 

Sahabat, dekat dengannya sedikit saja, membuatku semakin taat kepada-Nya.

Untuk nama-nama rahasia yang selalu terlintas wajahnya dalam tiap rabithah. Aku mencintai kalian, sahabat. Lillah, fillah, billah...

Tuesday, September 15, 2015

Jika hanya wajah

Mana yang lebih menarik bagimu, bungkus nan lucu atau cemilan yang berada di dalamnya? hiasan elegan atau rasa makanannya? judul buku atau isi tulisannya? foto pemandangan atau tempat aslinya?

Setiap dari kita pasti memiliki pilihan yang berbeda. Tetapi kerap kali pandangan menipu apa yang mampir di depan mata kita. Semua yang terlihat indah dan menarik akan menjadi penilaian mutlak terhadap suatu hal yang kita jumpai. Padahal jikalau kita mau berpikir lagi, kita akan menyadari bahwa ada banyak hal yang dapat kita nilai di balik apa yang tidak tampak.

Kawan, siapa yang tahu di balik bungkus lucu dan hiasan elegan ada rasa yang tidak pas dilidah, serta siapa yang mampu menerka di balik judul menarik ternyata isi tulisannya tidak asik, hingga foto pemandangan indah yang ternyata tempat aslinya tidak sebersih yang terlihat.

Begitu pun pada manusia, siapa yang bisa menjamin di balik wajah tampan atau cantik ada hati yang baik? siapa pula yang mampu menjamin di balik gelar hebat, posisi penting, prestasi mendunia terdapat akhlak yang mulia?

Kawan, ingatlah satu kalimat berharga hari ini, "sungguh pandangan pada Hati adalah yang paling hakiki".

Sebab jika wajah saja yang membuatmu cinta, lalu bagaimana engkau mencintai Allah yang tak berupa?

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada HATI kalian.”
(HR. Muslim)





Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Batas

Manusia, ialah pemilik kapasitas berbatas. Dititik akhir, saat mereka mencapai batas dalam daya dan upayanya, kalimat hauqolah yang menjadi penguatnya. Hati yang bimbang menjadi tenang, hati yang ragu menjadi kukuh.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Ialah satu kalimat penggelora semangat, penggetar jiwa-jiwa yang lemah, dan raga-raga yang lelah. Sebaris tulisan pembangkit kebersyukuran, atas segala pertolongan yang membuat kita berdaya dan berupaya. Apapun yang kita rasa terlalu tinggi, tak mampu tergapai, sulit dicapai, tidaklah berlaku bagi Allah Yang Maha Perkasa, Al Aziz. Semua begitu mudah diwujudkan atas kehendak-Nya. 

Allah Maha Perkasa, Ia mampu mengangkat triliunan hamba-Nya untuk menggapai setiap cita. Menggenggam setiap do'a, mewujudkan dalam realita, sesuai rencana-Nya. Terkadang tidaklah cepat, tidak pula terlambat, tapi selalu pada waktu yang tepat.

Kita, bisa terdidik sejauh ini, mengenal-Nya hingga kini, menyebarkan agama Islam di muka bumi, bukanlah karena daya dan upaya seorang manusia biasa. Semua hal bisa terjadi berkat adanya kekuatan luar biasa, yakni pertolongan tanpa batas dari Allah 'Azza wa Jalla. Apalah artinya aktor tenar tanpa sutradara hebat di baliknya. Seperti itulah kita berlaga di dunia, bukan karena kehebatan diri lalu kita bisa berdaya dan berupaya, sekali-kali tidak.. 

Semua terjadi karena kehendak Allah ta'ala. 

Sahabat, kita memang tidak sehebat Abu bakar, tak sekuat Umar, tak setaat Utsman, apalagi sesemangat Ali. Tetapi kita mesti yakin, bahwa kita mampu, karena ada yang menumpu. Manusia mampu berdaya, mereka sanggup berupaya, bukan karena dia manusia luar biasa. Mereka mampu karena Sang Pengampu, ya, Allah 'Azza wa Jalla.

laa hawla,
wa laa quwwata..
illa billah.


Tiada daya dan upaya, kecuali pertolongan Allah. Serahkan semua kepada-Nya.
Mari berserah sambil meminta, bukan terserah dan diam saja :)



Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Menjaga Hati

Sahabat, pernahkah kita bertanya? bagaimana mungkin dalam tubuh ini ada segumpal daging yang menjadi indikator tenang dan bersihnya jiwa kita? sedang kita tahu bahwa seluruh organ dalam tubuh senantiasa hidup bermanfaat. Layaknya jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, hingga darah yang mengalir. Tetapi mengapa tetap saja segumpal daging itu yang dijadikan-Nya parameter kebaikan jiwa kita?

Sahabat, sungguh segumpal daging tersebut mampu menjadikan tubuh kita baik secara keseluruhan atau bahkan buruk semuanya. Lebih dari itu, segumpal daging tadi dapat menularkan kebaikan atau bahkan mendatangkan keburukan pada diri orang lain.
Apa sebenarnya segumpal daging itu?

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia BAIK, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia RUSAK, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati." (HR. Bukhari &  Muslim)

Sahabat, sesungguhnya segumpal daging itu adalah HATIMU. Hati yang kau inginkan selalu bersih dan menyala karena cahaya-Nya, bersinar karena ridho-Nya. Namun sahabat, bagaimana mungkin kita mampu mendamba hati yang bersih dan bercahaya, tetapi lihai kala mengotori hati yang lain?

Semisal tutur kata yang menodai, canda yang melukai, rayu yang mengotori, harapan yang diingkari, keisengan yang basa-basi, hingga ucapan lainnya yang membuai hati saudara-saudari.
Mohon ampuni kami ya Rabb...

Akankah kita mati dengan segumpal daging yang bersih sesuai dengan fitrah pemberian-Nya, atau kembali dengan segumpal daging yang rusak lagi merusakkan? hingga bahkan busuk lagi membusukkan?

Sahabat. Bagaimana bisa kita mendamba yang terbaik bagi hati ini, pabila masih membiarkan hati-hati yang lain ternoda atas ucap dan perilaku kita.
Duhai Allah Sang penggenggam hati, tetapkan hati kami pada agama-Mu, pada ketaatan di jalan-Mu, pada keberkahan dan keridhoan-Mu.



Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Sunday, September 13, 2015

Siapa yang menanam, akan menuai

Bismillah



الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”. (Muttafaqun ‘alaih - HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)


Berkah itu, kebaikan yang terus menerus melakukan regenerasi, tiada terputus kebaikannya. Tentu hal tersebutlah yang sepatutnya kita temukan, kita gapai, dan kita kumpulkan hari ini. Sebagaimana ustadz Salim A. Fillah telah mengupas Lapis-lapis keberkahan dalam bukunya yang begitu sastrawi. Maka itulah landasan kita bergerak hari ini, meluruskan kembali niatan tentang apa yang kita cari selain keridhoan-Nya, ya, keberkahan-Nya.


"Berkah itu, kebaikan yang terus menerus melakukan regenerasi, tiada terputus kebaikannya"

Membahas keberkahan akan selalu membuat hati-hati yang bimbang menjadi tenang, hati yang ragu menjadi kukuh, selalu menyejukkan hati yang terpanaskan oleh nafsu duniawi, tentang apa yang kita cari selama ini. Berbicara tentang keberkahan, tentu tiada habisnya, setiap dari kita pasti ingin menggapai keberkahan Allah dalam cara yang berbeda-beda. 


Berdagang, 
ialah jalan yang kupilih.

Sedari kecil, hal yang paling kusukai adalah berdagang, membahagiakan orang lain dengan karya buatan sendiri. Membuat sepatu hias, bros, makanan, dan sebagainya. Sayang sekali hobi ini hanya sekadar angin lalu saja. Hingga singkat cerita, baru-baru ini sepulang melingkar di salah satu masjid di kawasan Pemda, passion berdagang hadir kembali, ya, tiba-tiba.

Bersama ia, sahabat yang senantiasa menggenggam erat tangan ini dalam menemukan cinta-Nya. Andra, hai :) semoga kamu baca. Diandra Rizky, sahabat kecilku, sudah sepuluh tahun melewati banyak hal menakjubkan bersamanya. Tidak semua hal menjadi pas ketika bersama, tetapi ada banyak hobi yang sama antara Andra dan Milka. Bahasa, Budaya, Buku,  Travelling, Eropa,  hingga Triplets.

"..sudah sepuluh tahun melewati banyak hal menakjubkan bersamanya"

Ya, dalam perjalanan pulang, Allah menyatukan kembali isi dua kepala yang berbeda ini. Hingga keluarlah satu kata dari bibir kami, "Yuk, dagang!"
Dari begitu banyaknya hal yang kami sukai, kami hanya fokus pada hal yang menjadi sasaran pasar hari ini. Belum-belum berdagang, kami sudah memikirkan pembagian keuangan nanti, untuk kembali modal ke orang tua sekian, infak profesi sekian, dan seterusnya. Hehe

Pembagian kerja kami lakukan dari jauh hari, membuat akun media sosial, survei vendor, desain produk, dan seterusnya. Kami belajar lagi, sebab ini bukanlah bidang pendidikan yang kami geluti. Kalau kata bundanya Andra, ini namanya product knowledge, "jangan hanya sekadar berdagang, anggaplah ini jadi sebuah pelajaran." Teringat juga senyum wajah ibu setiap hari semenjak aku bercerita bahwa aku memutuskan untuk kembali menggeluti hobi ini, "Kapan mulai, nak?" :).

Apapun bentuk kesibukanmu, apapun caramu dalam menggapai keberkahan-Nya, kudo'akan semoga Allah memudahkanmu kawan, siapapun yang membaca tulisan ini. Teruslah berdo'a, berusaha yang diiringi dengan tawakkal kepada-Nya. Yakinlah bahwa, barangsiapa menanam, maka ia akan menuainya di kemudian hari.

Terakhir, sebagai penutup kuberikan padamu sebuah pesan indah yang sering disebut-sebut ditelinga ini,
"Kawan, janganlah hanya sekadar sibuk saja, tetapi jadilah produktif."

Barakallahu fiina...
 
Follow us: @TRIPLETSnoona

Sunday, August 30, 2015

truth, or truth?

Bismillah

Masih menempel dengan kuat ingatan TOT di kamar nadya, kami bertiga bersama anisa di tengah malam itu, dan tibalah saat giliranku.

"Hm. Aku mau tanya! Milka, apa rencana kamu setelah lulus kuliah?" tanya nad mantap terlihat serius tidak serius, entah..

Pertanyaannya, cukup membuatku berpikir keras, namun seketika kutemukan jawabnya, "DS, balik ke sekolah nad.. ngajar di cibinong dan sekitarnya, in syaa Allah."
 
"Hm. Mil... kamu tega..." respon nad seketika dengan senyum hambarnya yang kurasa ia tak percaya dg jawabanku.

Matanya terlihat berair, sepertinya. tetapi aku ragu, sebab matakulah yang serasa berair kala itu.

Tuesday, August 11, 2015

typography iseng




Legislator, bukan seberapa heroik dia pernah berbuat, tetapi sejauh mana dia mampu bermanfaat.

:)

Sunday, August 9, 2015

Sebaik Ombak

"Maaf. Ialah ombak yang menyapu bibir pantai, menghapus segala goresan yang ada di sana"
-ka hadi k.

Segala Puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang senantiasa mengingatkan kita akan segala kebaikan dari arah yang tak disangka-sangka.
Satu lagi perkataan dari seseorang yang kurekam dengan baik, sebuah ucap yang serasa sedang mengetuk pintu hati akan sebuah hakikat dari segores rasa yang mampu menjelma dalam sebuah kata, "maaf".
"Maaf" adalah rasa yang disimulasikan sebagai ombak. Ia menghampiri bibir pantai dan menghapus segala goresan yang tlah terukir atau bahkan jejak-jejak kaki yang pernah singgah di sana. Hingga bersihlah segalanya.

Sebaik itulah ombak menghapus segala sesuatu yang telah menggores bibir pantai. Sebaik itukah kita? Mari belajar menjadi sebaik ombak :)

Tuesday, July 28, 2015

Menemukan cinta

"Jika wajah yang membuatmu cinta, lalu bagaimana engkau mencintai Dia yang tak berupa..."
-Om Adi

Pertama kali baca status si om rasanya bikin hati nyesss. Berpikir lagi bahwa apa yang terlihat tidak selamanya menjadi sebuah kebenaran. Ternyata apa yang tak nampak perlu juga menjadi penilaian kita terhadap suatu hal, dan tentunya penilaian kita harus dibingkai dengan husnuzhan. Banyak dari kita, cepat menilai apa-apa yang telah nampak, seakan lupa bahwa ada yang berharga di balik apa yang tidak tampak. Seringnya mencintai apa yang terlihat memang lebih mudah, itulah mengapa sering kita dengar quotes "don't judge a book by the cover", dan kini yang menjadi tantangan adalah usaha kita dalam menemukan cinta terhadap apa-apa yang tidak tampak. Bersabar dalam mencinta, melalui asma'ul husna, misalnya.

Perubahan

"if you wanna make the world a better place, take a look at yourself and make a CHANGE"
-Mj-

Memang tidak semua hal bisa diubah oleh mentoring, tapi mentoring memiliki peluang untuk mengubah segalanya. Jika memang kita belum mampu mengubah bangsa ini secara utuh, setidaknya tangan-tangan ini memiliki kesempatan untuk mengubah bangsa Indonesia melalui mentoring. Dengan izin-Nya, mentoring mampu membentuk anak bangsa yang berwawasan intelektual dan tetap tawadhu', serta anak bangsa yang berakhlaqul kariimah dan tetap gawl~
Perlahan & pasti, sedikit & progresif :)

#YukMentoring

Sunday, June 21, 2015

#RamadhanGreget SMAN 2 Cibinong

#RamadhanGreget SMAN 2 Cibinong

Oleh: Annisa Juli dan Paramita Nirmalawati


                BOGOR [21/6] -- Ahad kemarin kembali menjadi hari yang tak terlupakan dibulan ramadhan, hari di mana serangkaian momen indah tercipta bersama saudara-saudari tercinta. SMAN 2 Cibinong bersama dengan Ikatan Alumni Rohis Asy-Syifa, serta The Real Young Muslim mengadakan acara Pondok Lentera Hati (POLEHA), yang rangkaiannya dimulai dari Sanlat, Mentoring Akbar, Long March, hingga Iftar On the road. Rangkaian kegiatan tersebut menjadi pengobat rindu suasana Ramadhan penuh kebersamaan dan persaudaraan. Meramaikan Bulan Ramadhan yang penuh berkah dengan kegiatan yang bermanfaat.
                Serangkaian kegiatan yang diikuti oleh siswa/i SMAN 2 Cibinong sebanyak lebih dari 200 orang tersebut diawali dengan sanlat yang dimulai pada pukul 8 pagi, di masjid Baitul Faidzin  Pemda Bogor. Acara diawali dengan pembukaan oleh MC yang membawa jargon “Sanlat SMAVO 2015,  puasa ibadahku, Allah bersamaku, maghrib impianku!”, yang kemudian dilanjutkan dengan bacaan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Pada sesi pertama, materi disampaikan oleh Ustadz Purwanto Yusdarmanto yang merupakan founder Deep Mind Power Engineering, Spiritual Hypnotherapist dan founder Cahaya Hati Wisata. Materi disampaikan secara komunikatif dengan topik “Menggapai cinta Allah!”. Tak dinyana, materi tersebut meninggalkan pesan yang mendalam kepada para peserta, yakni pesan untuk senantiasa memanfaatkan momentum bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan berkah dan limpahan pahala, serta senantiasa selalu mencintai Allah di mana pun kita berada, meningkatkan rasa cinta kita kepada Allah dan senantiasa melakukan kebaikan karena-Nya.  
                Selepas melaksanakan sholat dzuhur, kegiatan selanjutnya adalah Mentoring Akbar di dalam satu atap masjid yang dilakukan seperti biasanya, secara berkelompok, tema yang dibahas adalah seputar Keutamaan Bulan Ramadhan. Takbir dari masing-masing kelompok terdengar ditiap sisi masjid hari itu, “Allahu akbar! Allahu akbar! Allahu akbar!”. Takbir yang menggema menjadi bukti nyata bahwa tiada semangat yang hilang di tengah siang bolong bulan ramadhan. Sungguh tiada tabir yang dapat menutupi kehangatan, keakraban, dan kekeluargaan mentoring SMAN 2 Cibinong hari itu.
                Mentoring Akbar yang berdurasi kurang lebih selama 60 menit tersebut disambung kembali dengan materi sesi kedua yang tidak kalah menarik. Materi kali ini disampaikan oleh ustadz Muhammad, seorang guru di SDIT Amalia Pakansari Cibinong, dan alumni SMAN 2 Cibinong tahun 2002. Beliau berbicara mengenai kemuliaan menghafal Al-Quran, yang dengannya manusia dapat mendatangkan berbagai keberkahan, terutama keberkahan untuk Negera Indonesia, karena Negeri ini membutuhkan anak-anak yang baik akhlaknya, pandai akalnya dan kuat imannya. Beliau juga  menyampaikan bahwa setiap generasi Islam haruslah mencintai, membaca, dan memahami Al-Qur’anul karim. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan menjadikan Al-Qur’an sebagai teman hidup dalam setiap perjalanan.
“POLEHA kali ini rasanya lebih bermanfaat, karena kita libur sebulan dan enggak ada kegiatan. Puasanya juga jadi enggak terasa, karena fokus dengan kegiatan, dan enggak percuma sebab bisa dapet ilmu yang bermanfaat”, ungkap salah seorang siswi smavo kelas XI tentang kegiatan sanlat tahun ini.
                Kegiatan di masjid Baitul Faidzin diakhiri dengan sholat ashar berjama’ah dan persiapan long march dari Masjid Baitul Faidzin menuju Lampu merah Daralon Pemda Bogor, tepat di jalan raya sekitar Cibinong City Mall. Acara Iftar On the road yang dilakukan oleh siswa/i SMAN 2 Cibinong, Ikatan Alumni Rohis Asy-Syifa, serta The Real Young Muslim kali ini telah bekerjasama dengan aparat kepolisian setempat. Alhamdulillah, sebanyak 2.100 bungkus makanan takjil dan 450 Al-Qur’an yang telah dipersiapkan oleh panitia Iftar sudah terbungkus rapi dalam kardus-kardus dan plastik besar, bersiap menunggu untuk dibagikan kepada warga di sepanjang jalan.
                Dengan barisan yang teratur, kami menyusuri jalan sambil menyuarakan takbir, menunjukkan bahwa kebaikan haruslah dilakukan dengan aksi nyata, tak hanya orang-orang dewasa, kami pun para remaja dan pemuda mampu melakukannya, dan kami ingin mengajak para remaja dan pemuda lain untuk peduli pada kemaslahatan umat.
                Sesampainya di lampu merah Daralon Pemda Bogor, para siswa dan alumni SMAN 2 Cibinong melakukan orasi di atas mobil sound. Mereka adalah Ketua Rohis Asy-Syifa, Ketua OSIS SMAN 2 Cibinong, dan dua orang perwakilan dari Ikatan Alumni Rohis Asy-Syifa. Menjelang adzan maghrib siswa/i telah menyebar ke beberapa titik untuk bersiap membagikan 2.100 bungkus makanan takjil dan 450 Al-Qur’an kepada warga sekitar dan pengguna jalan.
“Kami sangat appreciate ya, karena apa yang dilakukan oleh adik-adik SMA Negeri 2 Cibinong ini menjadi suatu pembelajaran untuk memperdalam dan menbekalkan mental akhlak moral yang baik secara islami, berwawasan yang lebih luas lagi untuk menuju islam yang rahmatan lil ‘alamin, sangat bagus untuk menempa adik-adik kita menjadi generasi islami yang berakhlak mulia”, jelas seorang bapak pejalan kaki yang sedang mengamati dan mengambil gambar long march kami.
                Sungguh mulianya Ramadhan menorehkan kerinduan, memunculkan semangat untuk selalu berbuat kebaikan, dan tentunya mempererat tali persaudaraan. Jika setiap Sekolah menanamkan budaya seperti SMAN 2 CIbinong, budaya mengaji dan berbagi, betapa makmurnya Negeri ini. Wallahu a‘lam bishowab.