Powered By Blogger

Thursday, September 17, 2015

Siapa sahabat itu?

Bismillaah

Sahabat, tidak harus selalu di sisi, tetapi sekalinya dia ada, hadirnya penuh arti. 

Sahabat, tak perlu aku bercerita banyak, dia sudah mampu menangkap rasa dengan cepat, mengurai makna dengan tepat. 

Sahabat, merasa bahagia jika aku bahagia, kecewa jika aku kecewa. 

Sahabat, dekat dengannya sedikit saja, membuatku semakin taat kepada-Nya.

Untuk nama-nama rahasia yang selalu terlintas wajahnya dalam tiap rabithah. Aku mencintai kalian, sahabat. Lillah, fillah, billah...

Tuesday, September 15, 2015

Jika hanya wajah

Mana yang lebih menarik bagimu, bungkus nan lucu atau cemilan yang berada di dalamnya? hiasan elegan atau rasa makanannya? judul buku atau isi tulisannya? foto pemandangan atau tempat aslinya?

Setiap dari kita pasti memiliki pilihan yang berbeda. Tetapi kerap kali pandangan menipu apa yang mampir di depan mata kita. Semua yang terlihat indah dan menarik akan menjadi penilaian mutlak terhadap suatu hal yang kita jumpai. Padahal jikalau kita mau berpikir lagi, kita akan menyadari bahwa ada banyak hal yang dapat kita nilai di balik apa yang tidak tampak.

Kawan, siapa yang tahu di balik bungkus lucu dan hiasan elegan ada rasa yang tidak pas dilidah, serta siapa yang mampu menerka di balik judul menarik ternyata isi tulisannya tidak asik, hingga foto pemandangan indah yang ternyata tempat aslinya tidak sebersih yang terlihat.

Begitu pun pada manusia, siapa yang bisa menjamin di balik wajah tampan atau cantik ada hati yang baik? siapa pula yang mampu menjamin di balik gelar hebat, posisi penting, prestasi mendunia terdapat akhlak yang mulia?

Kawan, ingatlah satu kalimat berharga hari ini, "sungguh pandangan pada Hati adalah yang paling hakiki".

Sebab jika wajah saja yang membuatmu cinta, lalu bagaimana engkau mencintai Allah yang tak berupa?

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada HATI kalian.”
(HR. Muslim)





Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Batas

Manusia, ialah pemilik kapasitas berbatas. Dititik akhir, saat mereka mencapai batas dalam daya dan upayanya, kalimat hauqolah yang menjadi penguatnya. Hati yang bimbang menjadi tenang, hati yang ragu menjadi kukuh.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Ialah satu kalimat penggelora semangat, penggetar jiwa-jiwa yang lemah, dan raga-raga yang lelah. Sebaris tulisan pembangkit kebersyukuran, atas segala pertolongan yang membuat kita berdaya dan berupaya. Apapun yang kita rasa terlalu tinggi, tak mampu tergapai, sulit dicapai, tidaklah berlaku bagi Allah Yang Maha Perkasa, Al Aziz. Semua begitu mudah diwujudkan atas kehendak-Nya. 

Allah Maha Perkasa, Ia mampu mengangkat triliunan hamba-Nya untuk menggapai setiap cita. Menggenggam setiap do'a, mewujudkan dalam realita, sesuai rencana-Nya. Terkadang tidaklah cepat, tidak pula terlambat, tapi selalu pada waktu yang tepat.

Kita, bisa terdidik sejauh ini, mengenal-Nya hingga kini, menyebarkan agama Islam di muka bumi, bukanlah karena daya dan upaya seorang manusia biasa. Semua hal bisa terjadi berkat adanya kekuatan luar biasa, yakni pertolongan tanpa batas dari Allah 'Azza wa Jalla. Apalah artinya aktor tenar tanpa sutradara hebat di baliknya. Seperti itulah kita berlaga di dunia, bukan karena kehebatan diri lalu kita bisa berdaya dan berupaya, sekali-kali tidak.. 

Semua terjadi karena kehendak Allah ta'ala. 

Sahabat, kita memang tidak sehebat Abu bakar, tak sekuat Umar, tak setaat Utsman, apalagi sesemangat Ali. Tetapi kita mesti yakin, bahwa kita mampu, karena ada yang menumpu. Manusia mampu berdaya, mereka sanggup berupaya, bukan karena dia manusia luar biasa. Mereka mampu karena Sang Pengampu, ya, Allah 'Azza wa Jalla.

laa hawla,
wa laa quwwata..
illa billah.


Tiada daya dan upaya, kecuali pertolongan Allah. Serahkan semua kepada-Nya.
Mari berserah sambil meminta, bukan terserah dan diam saja :)



Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Menjaga Hati

Sahabat, pernahkah kita bertanya? bagaimana mungkin dalam tubuh ini ada segumpal daging yang menjadi indikator tenang dan bersihnya jiwa kita? sedang kita tahu bahwa seluruh organ dalam tubuh senantiasa hidup bermanfaat. Layaknya jantung yang berdetak, nadi yang berdenyut, hingga darah yang mengalir. Tetapi mengapa tetap saja segumpal daging itu yang dijadikan-Nya parameter kebaikan jiwa kita?

Sahabat, sungguh segumpal daging tersebut mampu menjadikan tubuh kita baik secara keseluruhan atau bahkan buruk semuanya. Lebih dari itu, segumpal daging tadi dapat menularkan kebaikan atau bahkan mendatangkan keburukan pada diri orang lain.
Apa sebenarnya segumpal daging itu?

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia BAIK, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia RUSAK, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati." (HR. Bukhari &  Muslim)

Sahabat, sesungguhnya segumpal daging itu adalah HATIMU. Hati yang kau inginkan selalu bersih dan menyala karena cahaya-Nya, bersinar karena ridho-Nya. Namun sahabat, bagaimana mungkin kita mampu mendamba hati yang bersih dan bercahaya, tetapi lihai kala mengotori hati yang lain?

Semisal tutur kata yang menodai, canda yang melukai, rayu yang mengotori, harapan yang diingkari, keisengan yang basa-basi, hingga ucapan lainnya yang membuai hati saudara-saudari.
Mohon ampuni kami ya Rabb...

Akankah kita mati dengan segumpal daging yang bersih sesuai dengan fitrah pemberian-Nya, atau kembali dengan segumpal daging yang rusak lagi merusakkan? hingga bahkan busuk lagi membusukkan?

Sahabat. Bagaimana bisa kita mendamba yang terbaik bagi hati ini, pabila masih membiarkan hati-hati yang lain ternoda atas ucap dan perilaku kita.
Duhai Allah Sang penggenggam hati, tetapkan hati kami pada agama-Mu, pada ketaatan di jalan-Mu, pada keberkahan dan keridhoan-Mu.



Wallahu a'lam

THE REAL YOUNG MUSLIM
IG & Twitter : @RealYoungMuslim
#AyoMentoring

Sunday, September 13, 2015

Siapa yang menanam, akan menuai

Bismillah



الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”. (Muttafaqun ‘alaih - HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532)


Berkah itu, kebaikan yang terus menerus melakukan regenerasi, tiada terputus kebaikannya. Tentu hal tersebutlah yang sepatutnya kita temukan, kita gapai, dan kita kumpulkan hari ini. Sebagaimana ustadz Salim A. Fillah telah mengupas Lapis-lapis keberkahan dalam bukunya yang begitu sastrawi. Maka itulah landasan kita bergerak hari ini, meluruskan kembali niatan tentang apa yang kita cari selain keridhoan-Nya, ya, keberkahan-Nya.


"Berkah itu, kebaikan yang terus menerus melakukan regenerasi, tiada terputus kebaikannya"

Membahas keberkahan akan selalu membuat hati-hati yang bimbang menjadi tenang, hati yang ragu menjadi kukuh, selalu menyejukkan hati yang terpanaskan oleh nafsu duniawi, tentang apa yang kita cari selama ini. Berbicara tentang keberkahan, tentu tiada habisnya, setiap dari kita pasti ingin menggapai keberkahan Allah dalam cara yang berbeda-beda. 


Berdagang, 
ialah jalan yang kupilih.

Sedari kecil, hal yang paling kusukai adalah berdagang, membahagiakan orang lain dengan karya buatan sendiri. Membuat sepatu hias, bros, makanan, dan sebagainya. Sayang sekali hobi ini hanya sekadar angin lalu saja. Hingga singkat cerita, baru-baru ini sepulang melingkar di salah satu masjid di kawasan Pemda, passion berdagang hadir kembali, ya, tiba-tiba.

Bersama ia, sahabat yang senantiasa menggenggam erat tangan ini dalam menemukan cinta-Nya. Andra, hai :) semoga kamu baca. Diandra Rizky, sahabat kecilku, sudah sepuluh tahun melewati banyak hal menakjubkan bersamanya. Tidak semua hal menjadi pas ketika bersama, tetapi ada banyak hobi yang sama antara Andra dan Milka. Bahasa, Budaya, Buku,  Travelling, Eropa,  hingga Triplets.

"..sudah sepuluh tahun melewati banyak hal menakjubkan bersamanya"

Ya, dalam perjalanan pulang, Allah menyatukan kembali isi dua kepala yang berbeda ini. Hingga keluarlah satu kata dari bibir kami, "Yuk, dagang!"
Dari begitu banyaknya hal yang kami sukai, kami hanya fokus pada hal yang menjadi sasaran pasar hari ini. Belum-belum berdagang, kami sudah memikirkan pembagian keuangan nanti, untuk kembali modal ke orang tua sekian, infak profesi sekian, dan seterusnya. Hehe

Pembagian kerja kami lakukan dari jauh hari, membuat akun media sosial, survei vendor, desain produk, dan seterusnya. Kami belajar lagi, sebab ini bukanlah bidang pendidikan yang kami geluti. Kalau kata bundanya Andra, ini namanya product knowledge, "jangan hanya sekadar berdagang, anggaplah ini jadi sebuah pelajaran." Teringat juga senyum wajah ibu setiap hari semenjak aku bercerita bahwa aku memutuskan untuk kembali menggeluti hobi ini, "Kapan mulai, nak?" :).

Apapun bentuk kesibukanmu, apapun caramu dalam menggapai keberkahan-Nya, kudo'akan semoga Allah memudahkanmu kawan, siapapun yang membaca tulisan ini. Teruslah berdo'a, berusaha yang diiringi dengan tawakkal kepada-Nya. Yakinlah bahwa, barangsiapa menanam, maka ia akan menuainya di kemudian hari.

Terakhir, sebagai penutup kuberikan padamu sebuah pesan indah yang sering disebut-sebut ditelinga ini,
"Kawan, janganlah hanya sekadar sibuk saja, tetapi jadilah produktif."

Barakallahu fiina...
 
Follow us: @TRIPLETSnoona