Powered By Blogger

Thursday, November 17, 2016

I love you Li

-Kau Juga Papaku-
Papa, tanggal 31 Oktober 2016 lalu kita baru pertama bertemu ya. Tapi Papa tahu tidak? Aku merasa kita seperti sudah lama sekali kenal. Begitukah ikatan hati seorang muslim dengan muslim lainnya? Sering sekali aku merasa sudah lama kenal dengan seseorang padahal baru pertama kali bertemu.

Aku suka dengan keluargamu, Pa. Hangat, dan santun. Karena itu aku langsung ikut memanggilmu "Papa". Sok akrab saja.

Kau tertawa dan bercerita ini itu. Mungkin kebetulan kondisimu sedang agak enak ya waktu itu.

Aku sungguh takjub dan kagum padamu, Pa. Aku hanya terbengong saat kau berusaha bangun dari tempat tidur dengan tangan bertumpu pada meja hitam di sampingmu. Lalu kau berjalan ke kamar mandi tanpa mau dipapah oleh Uni. Kau bergegas melaksanakan shalat asar. Bahkan lebih bergegas dari pada aku yang sehat-sehat saja. Sejujurnya aku malu.

Kau luar biasa, Pa. Padahal aku yakin sakit yang kau rasakan juga luar biasa, tapi rupanya rasa cintamu pada Allah mampu mengalahkannya.

Di akhir akan pamit pulang aku bilang sambil berdiri di depan pintu "Papa, SEMANGAT!!!" dengan kedua tangan dikepalkan sambil tersenyum. Dan kau menoleh ke arahku, lalu tersenyum. Kuingat baik-baik wajahmu hari itu, Pa.

Beberapa hari kemudian aku mengirim pesan pada anakmu.

[9/11 14.39] Anakmu: [09/11/2016, 10:38] Aku: Labasa thohurun insyaa Allah..

[09/11/2016, 10:39] Aku: Salam yaa buat Papa..

[9/11 14.40] Anakmu: dari teman ade yang waktu itu datang paa

[9/11 14.46] Papa: O ya de..salam kembali..terimakasih atas perhatiannya kepada keluarga ade..

[9/11 14.46] Anakmu: Iya paaap

[9/11 14.46] Anakmu:

Hihi bahagia sekali kau jawab begitu, Pa. Entah kau ingat atau tidak padaku. Tapi insyaa Allah akan kuingat kisahmu sampai nanti-nanti, Pa. Sebagai Seorang Pejuang Syahadat dari hidup sampai matinya.

Kalau perlu akan kuceritakan pada anak-anakku nanti. Bukankah kita memang bisa mengambil pelajaran dari siapa pun?

Hari Jumat tanggal 11 November 2016 sekitar pukul 9 malam itu aku baru saja turun dari kereta di Stasiun Depok Baru. Aku duduk di bangku peron lalu membuka HP dan mendapat informasi kau telah kembali pada-Nya.

Deg!!
Sungguh rasanya ingin kuteruskan naik kereta ke arah Bojong Gede saat itu juga. Tapi itu sudah larut malam, dan anakmu bilang tidak perlu malam itu juga. Akhirnya kuurungkan niatku.

Kau pergi pada hari penuh berkah yaitu hari Jumat, dengan penyakit di perut, dan mengucapkan lafadz syahadat. Maasyaa Allah indah sekali. Kau syahid insyaa Allah, Pa.

Cemburu ya.. semoga kami pun bisa bersyahadat sampai mati. Aamiin. Allahumma aamiin.

Jangan khawatir, anak-anakmu sholiha Pa. :) Mereka akan terus menghujani doa untukmu dan menjaga baik-baik bidadarimu yaitu Mama.

Meski pertemuan kita singkat, kau juga Papaku. Mungkin kau bertemu dengan Bapakku di sana dan menjadi teman baik? :)

Sampai bertemu di Jannah ya, insyaa Allah.
Love you and your family, Pa. ❤

(from my Lia Amalia Labibah)

I love you Din

Kemarin, selepas mengantarkan ayah Milka ke peristirahatan terakhirnya, gw dan Nurul sedikit berbincang tentang kematian.
Mendapat nikmat untuk meninggal di hari Jum'at itu sungguh luar biasa. Jadi maaf ya Hilda dan Milka, gw ga berduka cita sebenarnya, yang ada gw malah iri. Hanya orang-orang baik yang Allah kasih kesempatan untuk berpulang ke Rahmatullah di hari Jum'at, termasuk ibu dan ayah kalian. Jadi tenanglah, gausah bersedih berkepanjangan. Mungkin ada banyak malaikat yang berebut menjemput ruh ibu dan ayah kalian untuk tinggal dalam surgaNya. Kita yang masih hidup ga bisa lihat sayap-sayap yang membentang di angkasa.

Di perjalanan pulang ke rumah Milka, Nurul mengingatkan gw tentang 3 perkara yang ga terputus setelah seseorang meninggal. Hafal kan? Amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih. Tiba-tiba Nurul nangis, gw bingung. Lah ngapa ni anak nangis? Ini hadist yang udah gw ketahui semenjak gw masih TPA, diulang-ulang terus bahkan beberapa kali masuk soal ujian Agama Islam. Gw belum mudeng kenapa ada orang bisa nangis dengan cuma ngebahas masalah ini.

Keesokannya saat matahari naik sepenggalah, gw baru sadar kenapa Nurul begitu khawatir dan akhirnya meneteskan bulir-bulir airmatanya. Yang tertulis itu 'Do'a ANAK YANG SHALIH', pertanyaannya apakah gw sudah shalih/ah? Yang bisa nolongin orang tua yang udah meninggal cuma do'a dari anak-anak yang shalih, bukan anak yang biasa-biasa aja. Gw ga yakin diri gw udah jadi anak shalihah. Jadi bagaimana gw bisa nolongin orang tua gw misalnya nanti mereka dipanggil Tuhan?

Gw masih sangat beruntung karena kedua orang tua gw masih ada walaupun mereka berpisah. Kalo mereka sakit, gw masih bisa dimintain tolong buat beliin obat di apotek atau sekadar balurin minyak kayu putih ke badan mereka. Atau kalo mereka laper, gw masih bisa pergi ke warung nasi padang atau bahkan gw yang masak. Gw masih bisa lihat orang tua gw baik-baik aja.

Gw masih bisa bantu mereka walau amat sangat sepele. Tapi kalo mereka udah ga ada, gw gatau kabar mereka gimana di alam kubur. Kan ga mungkin gw nyelipin contekan jawaban supaya mereka bisa jawab pas Malaikat Munkar dan Nakir dateng.

Dalam perenungan gw, akhirnya gw ngerti kenapa temen-temen gw banyak yang berubah jadi sok alim. Dia yang tadinya ngeselin dan suka buat onar, tau-tau jadi lebih sering ke masjid untuk shalat jama'ah. Dia yang dulunya kalo ngomong sering bikin orang sakit hati, sekarang udah ga gitu lagi bahkan lagi berusaha hafalin Qur'an. Dia yang dulunya selalu mamerin auratnya, sekarang menutup tubuhnya ga kayak gw yang masih kadang-kadang cuma membungkus aurat, parahnya malah gw katain fanatik dan lebay. Dan dia yang dulu sering banget peluk-peluk lawan jenis, sekarang sedang berusaha untuk jaga pandangan dan membatasi gerak geriknya supaya ga 'melukai' lawan jenis.

Akhirnya gw sadar kenapa mereka melakukan hal yang kayak gitu. Mereka sedang berusaha melindungi ayah ibunya, menyelamatkan orangtuanya dari kemarahan Tuhan, dan menyiapkan diri mereka jadi anak yang shalih/ah supaya Allah mau dengerin do'a mereka untuk mengurangi bahkan menghilangkan hukuman untuk orang yang mereka sayangi. Mereka hanya mencoba berjibaku untuk layak masuk kriteria shalih versi Tuhan untuk orang-orang yang menyayangi dan merawat mereka sedari kecil. Kalo kata nyokap gw, orang tua cuma mau liat anaknya bahagia untuk kehidupannya sendiri dan mau doain kedua orang tuanya. Mereka cuma butuh do'a.

Batas hidup orang emang ga bisa ditebak, bisa aja gw duluan yang ngadep Sang Bos Besar. Tapi bukankah lebih baik menyiapkan amunisi sebagai cadangan persenjataan di kala nanti dibutuhkan? Mungkin gw udah ketinggalan awal permulaannya. Temen-temen gw udah banyak yang sedang berusaha hafalin Qur'an bahkan Hadist. Gw juz 30 aja beloman apal semua, baca Qur'an aja tajwidnya masih belepotan.

Gapapa kan kalo gw baru mulai sekarang?

(from Erdina Puspita Rini)

Wednesday, November 16, 2016

Jalan Cinta Pejuang SYAHADAT

-- Pada hakikatnya, cinta pertama seorang anak perempuan dalam hidupnya adalah kepada lelaki terbaik ciptaan Allah bernama Ayah, dan patah hati pertamanya kepada seorang lelaki pun tersebab ketiadaan seorang ayah di sisinya. --

Alkisah hiduplah seorang ayah yang telah menderita sakit sejak beberapa waktu silam, namun ia tak ingin berputus asa terhadap pertolongan Allah. Ia senantiasa membalut penyakitnya dengan berlembar-lembar do`a, ikhtiar, dan tawakal.


Hingga pada suatu masa ayah berkata bahwa Allah ingin melakukan pertemuan abadi dengannya. Ayah akan dijemput dalam keadaan sakit oleh malaikat yang kita kenal akrab dengan panggilan Izrail. Ayah langsung berpamitan untuk selamanya kepada anak dan istri meminta keikhlasan.


Ayah pergi menutup perjumpaan dengan berjuang mengucap kalimat paling indah di dunia, ya lafadz Syahadat. Persis seperti saat ayah memperjuangkan Syahadat kala Allah bimbing qalbunya untuk berislam dalam sebuah masjid tua di kawasan Jakarta, kota kelahirannya.


Pada malam keberangkatan, ayah mengalami sakit perut luar biasa daripada sebelumnya. Tak pernah terdengar oleh istri maupun anaknya keluhan tak tertahan sesakit malam itu.

Sang anak kemudian memohon kepada Allah agar ayah digolongkan dalam orang-orang yang husnul khatimah, syahid. Ia kembali teringat akan sebuah hadits yang pernah dibacanya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan,

"Orang yang mati syahid – selain yang terbunuh di jalan Allah – ada tujuh, yakni mati karena penyakit Tha’un, syahid, mati karena tenggelam, syahid, mati karena sakit tulang rusuk, syahid, mati karena sakit di dalam perut, syahid, mati karena terbakar, syahid, mati karena tertimpa bangunan (benturan keras), syahid, dan wanita yang mati karena mengandung (atau melahirkan), syahid.”
(HR. Abu Dawud 3111, dishahihkan al-Albani).

Meski hati tersayat, namun iman harus tetap menyala, bahwa di tengah sakit luar biasanya hanya ada Allah yang harus terus diingat. Proses talqin pun mulai berjalan bersama Nana, anak perempuannya.


Terbayanglah dibenak Nana hari itu perkataan milik Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dari Wailah bin al-Asqa, bahwa :

"Talqinilah orang yang hendak meninggal dengan Laa Ilaha Illallah dan berilah berita gembira tentang surga, sesungguhnya orang mulia, baik dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan di dalam menghadapi kematian dan mengalami ujian.
Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada saat kematian, dan melihat malaikat kematian lebih berat dari pada penggalan pedang 1000 kali”.
(HR. Abu Naim).


Seorang guru agama Nana pun pernah bercerita, ternyata tawaran iblis saat sakaratul maut seorang manusia begitu menggoda!


-----
"Ketika manusia sedang menghadapi sakaratul maut, salah satu kesulitan atau kesakitan yang dihadapi adalah rasa haus yang tidak tertahankan sehingga seolah-olah membakar hati. Rasa haus itu terasa begitu kuat, hingga tidak mungkin bisa hilang meski meminum banyak air.
...
Dalam keadaan seperti inilah biasanya setan datang membawa minuman yang tampak sangat menggoda dan menyegarkan, khususnya terhadap kaum mukminin yang keimanannya sangat kuat. Sungguh mereka (para setan) itu sangat tidak rela jika seseorang itu meninggal dengan memperoleh keridhoan Allah."

-----


Ayah, dan di sinilah perjuangan mengucap lafadz syahadat sebelum keberangkatannya pun dimulai.

---
"Yah, ayo yah dengerin aku ya, jangan ambil tawaran gelas apapun. Asyhadu..ala..ilaaha..", Nana terisak membuka prosesnya.

"...i...ila..ilallaaah...", lanjut ayah meringis menahan sakit perut luar biasa.

"Hebat..! Ayah hebat! lanjut ya yah, ayah jangan dengerin perkataan selainku pokoknya. Wa asyhadu anna...", ucap Nana sambil menahan tangisnya.

"...muh..muhammad..muhammadur..rasulullah..", sambung ayah penuh ikhtiar, menahan rasa sakit namun juga ingin berjuang hingga akhir menyempurnakan syahadatnya.
Allahu ya Rabb.


Keberangkatannya tinggal sedikit lagi, ayah terus memanggil-manggil Allah jelang keberangkatannya, seolah merindu ingin segera berjumpa. Tak lama ayah mengakhiri dengan satu tarikan nafas mengucap allahumma shalli 'alaa muhammad.

Seketika jiwanya mulai tenang, sakitnya telah hilang, ayah benar-benar sembuh. Matanya melihat ke sekeliling atas-kanan-kirinya, seakan sosok besar malaikat Izrail benar telah datang menjemput.


Satu tarikan nafas, lalu diikuti nafas kedua, dan.. selesai. Itulah nafas terakhir ayah di dunia. Ayah pergi memenuhi panggilan Allah, Tuhan Seluruh Alam Yang Paling ia cinta.

Ayah, izinkan kami mengingat akhiranmu sebagai Pejuang syahadat.


.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu.
Sufyan berkata, “Sesungguhnya setan menangis keras atas kematian orang yang beriman karena gagal menggodanya di dunia”.


Innalillahi wa inna ilaihi raaji`un.
Kami titipkan engkau ayah kepada Allah, yang kepadaNya tiada satu makhluk pun yang terlantar.


InsyaAllah kematian selalu jadi pelajaran dan pengingat terbaik..


Peristiwa jum'at Baiti jannatii 11/11/2016. Love you as always, dad. See you in jannah.

Tuesday, November 8, 2016

Papski part three

بسم الله
.
Duhai Rabbi, apalagi yang paling membahagiakan di dunia ini selain dikelilingi oleh manusia-manusia yang baik hati dan lembut perangainya? Untuk kesekian kalinya dalam jumlah yang tak terhitung hamba merasa sangat bersyukur.
.
Dari sekian banyak do`a dan semangat yang menyengat, ada perkataan di antaranya bahwa "Allah menguji hamba-Nya yang memang sanggup memikul beban itu, bahagialah, nikmatilah.." Yap! Dan saya merasa sangat meresapi kalimat tersebut.
.
Paps, ade tau papa itu lelaki yang begituuu hebat dan tangguh! Sakit parah tapi ga terlihat parah, lemes luar biasa tapi masih bisa perbaiki keran rumah, rasa perut ga karuan tapi keluh kesah papa teriakkan hanya dalam hati. Saya sadar betul, terpejamnya mata beliau sesekali bukan karena kantuk, namun menahan nyeri yang luar biasa di daerah livernya.
.
Sudah beragam rumah sakit kita jejaki bersama, begitu singkat namun sesekali menyayat, stadium empat, sewajarnya tidak pernah bisa duduk berlama-lama di tempat. Berbeda dengan sosok tangguhku, dia mampu bertahan hingga 6-7 jam lamanya hari ini. Anyway pelayanan rumah sakit dharmais lama sekaliii dan ramai sekalii hiks.
.
Belajar dari papski dan mamski, harus jadi anak yang kuat kuat kuat! Sesakit apapun, keep calm and stay cool :)
.
.
On the way to go home from Rs. Kanker Dharmais
08/11/2016
17.05
Hujaaan di temani "payung teduh"