Pepatah Yunani kuno berkata: "Scripta Manent, Verba Volant". Yang tertulis akan abadi, yang terucap akan hilang bersama hembusan angin.
Tuesday, July 2, 2013
Kampung penuh inspirasi
Bismillah.
Dua hari ini kampung Cibuyutan ternyata masih melekat dalam memori. Terutama wajah anak-anaknya, mereka masih bermain-main dipikiran saya. "Apa ya yang sedang mereka kerjakan sekarang ini.." pikir saya sendiri, penasaran. Teringat pagi hari kala saya sedang mengantri di kamar mandi sekolah, dari kejauhan, dari berbagai arah, dalam waktu yang bersamaan, anak-anak berjalan beriringan menuju sekolah. Kompak, semangat. Di saat kami para relawan masih mengantri mandi, masih memasak, atau bahkan bermanja-manja di homestay kami, mereka sudah tiba lebih awal di sekolah. Bermain bersama sambil menunggu para relawan datang.
Ah jadi teringat juga anak lelaki berpeci putih, berjalan paling depan memimpin kelima orang teman di belakangnya, sosoknya seperti pemimpin, Rohim. Teringat pula anak lelaki yang senantiasa memakai baju koko berwarna cerah, kemarin warna oranye, esoknya berwarna kuning. Onim, si pemalu bermata coklat. Atau anak yang tidak saya kenal namanya, yang setiap kami bertemu, ia sedang menggembala kambing, menyapa para relawan dengan hangat, dan menyambut salam kami dengan suara mantap. Rindu pula pada si pemalu Harun, rindu banyak bertanya padanya, mengetahui lebih jauh kisah hidupnya, belajar banyak darinya. Rindu teh amih yang senantiasa menyediakan air bersih untuk minum, menemani para relawan berbincang. Rindu pula pada Yanah yang tidak malu da bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan para relawan. Juga rindu pada si kecil Atin, ia begitu riang seolah tak tahu bahwa ibunya telah tiada.
Masyarakat kampung Cibuyutan. Saya rindu mereka. Malam-malam begini aktivitas tidak lagi berjalan, kemarin saja pukul 20.30 kami sudah terlelap. Selama bertahun-tahun, saya pasti sudah bosan sekali. Tapi mereka bertahan, mereka jalani hidup yang ada hari ini. Dan hal itu selalu membuat saya menangis ketika mengingatnya.
Semoga Allah menyelamatkan masyarakat dan lingkungan kampung Cibuyutan dari pemimpin-pemimpin yang dzholim. Semoga Allah menjaga generasi-generasi penerus yang kuat di sana, generasi pengubah. Semoga Allah ciptakan lagi kesempatan agar kita dapat mengabdi di sana.
Aamiin
Dua hari ini kampung Cibuyutan ternyata masih melekat dalam memori. Terutama wajah anak-anaknya, mereka masih bermain-main dipikiran saya. "Apa ya yang sedang mereka kerjakan sekarang ini.." pikir saya sendiri, penasaran. Teringat pagi hari kala saya sedang mengantri di kamar mandi sekolah, dari kejauhan, dari berbagai arah, dalam waktu yang bersamaan, anak-anak berjalan beriringan menuju sekolah. Kompak, semangat. Di saat kami para relawan masih mengantri mandi, masih memasak, atau bahkan bermanja-manja di homestay kami, mereka sudah tiba lebih awal di sekolah. Bermain bersama sambil menunggu para relawan datang.
Ah jadi teringat juga anak lelaki berpeci putih, berjalan paling depan memimpin kelima orang teman di belakangnya, sosoknya seperti pemimpin, Rohim. Teringat pula anak lelaki yang senantiasa memakai baju koko berwarna cerah, kemarin warna oranye, esoknya berwarna kuning. Onim, si pemalu bermata coklat. Atau anak yang tidak saya kenal namanya, yang setiap kami bertemu, ia sedang menggembala kambing, menyapa para relawan dengan hangat, dan menyambut salam kami dengan suara mantap. Rindu pula pada si pemalu Harun, rindu banyak bertanya padanya, mengetahui lebih jauh kisah hidupnya, belajar banyak darinya. Rindu teh amih yang senantiasa menyediakan air bersih untuk minum, menemani para relawan berbincang. Rindu pula pada Yanah yang tidak malu da bosan menjawab pertanyaan-pertanyaan para relawan. Juga rindu pada si kecil Atin, ia begitu riang seolah tak tahu bahwa ibunya telah tiada.
Masyarakat kampung Cibuyutan. Saya rindu mereka. Malam-malam begini aktivitas tidak lagi berjalan, kemarin saja pukul 20.30 kami sudah terlelap. Selama bertahun-tahun, saya pasti sudah bosan sekali. Tapi mereka bertahan, mereka jalani hidup yang ada hari ini. Dan hal itu selalu membuat saya menangis ketika mengingatnya.
Semoga Allah menyelamatkan masyarakat dan lingkungan kampung Cibuyutan dari pemimpin-pemimpin yang dzholim. Semoga Allah menjaga generasi-generasi penerus yang kuat di sana, generasi pengubah. Semoga Allah ciptakan lagi kesempatan agar kita dapat mengabdi di sana.
Aamiin
Subscribe to:
Posts (Atom)