Bismillahirrahmaanirrahiim…
In The Name Of Allah, The Most Gracious, The Most Merciful…
Aku, kamu, kita… punya sebuah malaikat yang Allah turunkan dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia yang mengajari kita untuk mencintai-Nya, dan kita semua pernah hidup dalam tubuhnya. Saat pertama kali menghirup udara dunia, yang paling kita rindukan hanyalah pelukannya. Sebagai bentuk rasa terimakasih, karena dengan rasa bahagia justru ia berjuang merasakan sakit yang tak tertahankan, demi keinginan kita untuk keluar dari tubuhnya.
Ibuku, ah… betapa kasihmu tak dapat terbayarkan dan tergantikan oleh orang lain. Kau mencintaiku dengan tulus dan ikhlas, semua terasa tanpa harus kau ungkapkan. Betapa hebatnya Sang Maha Pencipta menanamkan rasa cinta kasih dalam dirimu, yang mudah terungkap tanpa harus banyak bicara.
Ibuku, ibumu, ibu kita. Bekerja mengurus rumah tangga, sigap mengatur segala keperluan, pandai mengatur keuangan, detil memperhatikan keluarga, bahkan… banyak diantara mereka yang berjuang mencari nafkah untuk keluarga kecilnya, memenuhi segala keinginan kamu, aku, kita. Tanpa kata lelah, maupun keluhan… memikirkan masalah keluarga, ditambah bonus masalah pekerjaan di mana ia bekerja.
Ketika kita lapar, ibu memasak tanpa kata ‘ah’. Saat kita meminta, ibu membantu tanpa kata’ duh’. Ibu penuhi kebutuhan kita tanpa meminta imbalan setelahnya. Menolong permintaan kita tanpa raut wajah malas-malasan.
Ia menutupi masalahnya, menyembunyikan air matanya. Ibu… betapa sesungguhnya kami ingin kau membaginya dengan kami, walau sakit hati ini melihat air mata dukamu. Ibu… maafkan diri ini yang kadang lalai terhadapmu. Lupa memperhatikanmu, kebutuhanmu. Tidak sepertimu, yang selalu memperhatikanku, terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang kau lontarkan, “Bagaimana harimu nak?”, “Bagaimana kegiatanmu tadi nak?”, “Ada apa dengan raut wajahmu, apa ada yang mengganggumu?”. Terkadang… ketika kau bertanya aku mengulur untuk menjawabnya. Dengan alasan sibuk mengerjakan PR, sibuk dengan kegiatan sendiri. Ibu… maafkan anakmu yang egois ini…
Ketika kita bercerita, mereka akan mendengarkan dengan penuh konsentrasi. Tapi ketika mereka bercerita, apa yang biasa kita lakukan? konsentrasi sering terbagi dengan yang lain. Ibu… tak pernah lalai kau sisipkan nama kami dalam do’amu, kau banjiri do’amu dengan air mata yang tulus… meminta yang terbaik untuk kami. Sungguh, betapa Allah sangat mencintaimu… karena do’amu yang akan menduduki list pertama dalam sesi pengabulan do’a.
Ibu… sulit untuk digambarkan hanya dengan satu kata, karena mereka begitu istimewa. Tapi dengan seribu kata, lebih pas rasanya untuk menggambarkan dirimu, apa bila kata itu tak mencapai seribu jumlahnya, aku tinggal mengisi dengan kata yang sama berulang kali. Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, Cinta, Perhatian, Kasih Sayang, dan seterusnya hingga mencapai seribu kata. He He karena memang rasa itu yang memenuhi dirimu.
Bahkan ibu mereka, ibu dari kawan-kawanku, yang notabene bukan ibu kandungku. Betapa aku dapat merasakan besar cinta mereka kepada anak-anaknya… Itulah naluri yang sama yang dimiliki oleh setiap ibu, mencintai seorang anak dengan sepenuh hati. Bahkan yang bukan anak kandungnya sekalipun… Seperti ibuku yang menyayangimu kawan, khususnya untuk keluarga kecilku di SMA, Andra, Icha, Sinta
Mamaku, Bunda dari Andra, Mama dari Icha, dan Mama dari Sinta. Keempat ibu itu sangat menyayangi kita... Aku yakin kalian juga merasakannya. Subhanallah, semoga rasa cinta ini semakin tebal dan tak kunjung menipis hingga ke Jannah-Nya nanti. Dengan izin-Nya, Amin… Amin Ya Rabb. Sadarkah kita secara tidak sengaja telah membentuk sebuah keluarga besar??? Ibu kita secara tidak sengaja menjadi berteman, karena melihat kedekatan anak mereka masing-masing, mereka pun tidak mau kalah untuk bersilaturahmi. He he…
Ibu… ajari aku agar jika sampai waktunya, aku bisa menjadi ibu yang super hebat, super rajin tanpa lelah, super perhatian, super penuh cinta, super sabar, super sholeha, supertimu…
Well, blog kali ini hanya menguak betapa besar rasa cinta ibu pada kita
Salut! untuk kalian yang telah pandai menjadi anak yang berbakti. Pertahankan n_n Pokoknya, sebawel-bawelnya ibu… itu pasti karena ia terlalu mencintai kita, mengarahkan yang terbaik untuk kita, tidak mau anaknya mendapat hal yang buruk, dsb…
Aku mencintaimu Ibu. Cinta lebih pas jika tidak diumbar disembarang tempat. Namun untukmu, aku tak malu mengumbar rasa cintaku padamu ibu
subhanalla..
ReplyDeleteaminn
subhanallah..
ReplyDeleteaminn
sy kira g bsa di ungkapkan dgn kata2 itu Abstrak ,trnyata :D