Bismillaah
Heloo, NR, aku lupa kapan tepatnya tanggal pertama kali kita saling sapa setelah masa MPA berakhir, katamu kau mengenalku karena aku naik ke atas panggung itu hehe. Hanya satu yang kuingat, entah, pertama kalinya hidup di dunia kampus ada seorang akhwat sepertimu yang rutin menyapaku dan berpenampilan sangat akhwat-pondok.
Kerudungnya yang sangat ala ala pondok begitu khas kuingat. "Milka kamu ikut SHOW ngga?" itulah kalimat pertamanya lepas maghrib jelang keberangkatan peserta SHOW. Aku hanya bisa menyayangkan diriku yang kala itu tidak bisa ikut SHOW karena dalam masa-masa genting belajar memilih prioritas. Hatiku condong untuk mengisi mentoring di sekolah kala itu. Sebab guru mengajiku hanya memberi dua pilihan, pilihlah agenda yang jika kamu tinggalkan aktivitasnya berhenti.
Selanjutnya akhwat berpenampilan pondok itu dan aku masih saling tegur sapa dan bertukar senyum hangat. Hingga tibalah sebuah masa di mana ALLAH benar-benar menyatukan hati kami.
Revival Camp With FBS. Kau mendaftar, aku mendaftar, ya, kita akan segera bertemu di tempat itu.
Masih belum akrab, berada dalam satu bis yang sama menuju Curug Cilember, kita berjajar rapi dengan DH tersayang. Pokoknya malam itu kita menempel kemana-mana.
Hingga saat segala aktivitas dimulai, kita bersama, ya hampir di setiap aktivitas. Bahkan kita sempat mengambil sebuah foto bersama, dan (maasyaaAllah) rasanya kala kulihat fotonya kembali, pose foto kita rasanya sudah seperti kawan lama saja. Terlihat begitu akrab.
Lepas agenda itu pun kita kembali diikat dengan agenda lainnya, seterusnya, dan seterusnya. Sampai pada masa aku menginap di kosanmu, kamu menginap di kosanku. Kemudian kita saling mendongkrak iman dan ibadah kita. Pun sampai kamu merawatku kala sakit, dan aku merawatmu kala sakit. Makan bersama kala atm kita sama-sama tidak bersaldo (ahaha). Aku mengenal ibu ayah dan kedua adikmu, kamu pun bertemu ibu ayah dan kakakku. Kita saling meminjam baju. Kita bertukar hadiah. Kita menangis bersama, terbahak-bahak bersama, syahdu dalam renung diri bersama, bahkan sempat pula saling diam karena berbeda pendapat. SEGALANYA pernah.
Lalu, apakah masih ada hal yang kurang membuktikan bahwa kamu adalah saudari terbaikku? Sekali-kali tidak.
Aku berani mengatakannya NR, bahwa aku mencintamu karena-Nya.
Uhibbuki fillah..lillah..billah..
Fawatsiqillahumma rabithataha.
Isak tangis terakhir saat tahu bahwa kita akan terpisah waktu dan amanah masih kubawa sampai ke rumah hari itu. Aku berusaha keras menahan air mata yang rasanya ingin sekali terjatuh dihari perpisahan. Tetapi seketika malah jadi menderas kala melihat segala kenangan kita tergores dalam sorot mata dan pelukanmu hari itu.
I love you, my dearest ukhti :)
A special blog to you Siti Nurul Hidayah.
M.A.
Jakarta bagian Menteng
23.04 wib