Bismillahirrahmaanirrahiim.
Inilah kakak yang paling saya cintai dibanding kakak manapun. Citra Anggun namanya. :) kaka pertama dan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara, dan sama-sama perempuan. Intens sekali hubungan kami, saking intensnya kami sering bertengkar, hehehe. Umur kami berjarak 4 tahun, beliau lahir ditahun ’90 sedang saya ’94. Namun, kami sangat nyambung kala bertukar pikiran. Usia memang tak menentukan kedewasaan seseorang, well kadang. :) saya sangat terbuka dengan kakak yang saya panggil uni itu. Tak bosan menceritakan segala kejadian padanya, tapi beliau yang bosan sepertinya, hehe. Tak semua hal bisa saya ceritakan pada yang lain, tapi tidak dengannya.
Beliau baru saja menyelesaikan studi diplomanya dibidang perpajakan. Beliau adalah inspirator saya dalam menimba ilmu, sekaliber motivator. Beliau pintar, cepat belajar, dan rajin. Sungguh iri. Apalagi ‘rajin’ adalah hal yang sepertinya tidak dominan dalam diri saya. Masa kecil saya banyak habis bersamanya… melihatnya banyak membaca, menulis, belajar, merapikan rumah, menonton hal-hal yang positif, mendengar lagu-lagu favoritnya. Membuat saya menjadi ‘pengikutnya’, tahu apalah saya kala menjadi bocah saat itu, hanya bisa meniru orang yang saya anggap lebih besar... hehe.
Saya ingat sekali, ketika kecil kami hobi sekali bertengkar. Cubit-cubitan, cakar-cakaran, jambak-jambak rambut, wuh ganas bukan. :P saya hanya bisa menangis dan menelepon ibu ke kantornya, mengadukan segala keluh kesah #wets lebai# padahal ibu sedang sibuk kala itu. Tapi aslinya tuh kami saling menyayangi #eaa#. Soalnya pernah nih suatu ketika, do’i tidur dan pura-pura mati, saya panik, saya bangun-bangunin tapi do’i tetap memejamkan matanya. Saya cek napasnya, do’i malah nahan napas. Tambah panik, saya nangis deh. :D
Itulah sedikit kisah kecil kami di rumah, walau hanya berdua, tapi dikala kecewa, sedih, marah, gusar, senang, bahagia, haru, kami bisa saling merasa. Secara fisik malah banyak yang bilang bahwa kami anak kembar. Sensasi banget bukaan? :P
Walau kadang beliau nyebelin, tapi tetap saja saya sayang, yang penting saya ga dibully lagi, wehehe. Kini kami semakin dewasa dalam usia, sama-sama bertambah banyak problema dan kepentingan masing-masing. Semoga tetap bisa selalu ada, saling terbuka. Satu hal yang paling baik dari diri beliau adalah sikap baktinya pada kedua orang tua. Saya ingin selalu bekerjasama dengannya dalam berbakti pada ayah ibu, yang kini telah semakin tua…
Pepatah Yunani kuno berkata: "Scripta Manent, Verba Volant". Yang tertulis akan abadi, yang terucap akan hilang bersama hembusan angin.
Wednesday, February 29, 2012
Tuesday, February 28, 2012
Lagi-lagi tentang Prancis...
Bismillahirahmaanirrahiim.
Mata ini hanya melihat, telinga yang mendengar, dan otak ini yang seperti biasa kembali merekam, segala yang terjadi di televisi kala itu. Mataku masih sensitif terhadap tulisan-tulisan seperti “Paris, Prancis, France, French, Eiffel, Napoleon, Sekuler, dll.” Ya yang bersangkut paut dengan Negara Prancislah intinya. Sore itu di salah satu televisi, reality show rutinan yang hari itu mengusung judul (kalau tidak salah ingat) “Bingkai Sekuler Di Negri Napoleon” membuatku terperanjat lebaiii. :D
Langsung stay cool depan tivi, fokus banget deh pokoke. Sekeluarga udah paham juga kayaknya, sampe gak ada yang mau ganggu. Hehehe… Acara itu terbagi dalam beberapa scene, ada yang silaturrahim ke rumah keluarga muslim di sana, ke masjidnya, juga ke sekolah-sekolah umum. Hanya untuk melihat perkembangan islam di Negara sekuler itu pemirsa. Dan saya tak pernah jengah untuk mengetahuinya. Saya menonton sambil mencatat poin-poin penting saja, jadi mohon maaf apabila ada kekhilafan ingatan.
Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa di Eropa barat, negara Prancislah yang kuantitas ummat islamnya paling banyak. Patut ditakbiri…. Allahu Akbar! Di kota Auberville, yangmana tempat terbanyak ummat islamnya, yang mayoritas adalah para imigran. Selanjutnya ada Paris, dan Marseille yang juga unggul kuantitas ummat islamnya. Walau di Prancis sendiri, islam bukanlah agama yang terbesar pertama, tapi tak menutup kemungkinan islam menempati posisi pertama di sana suatu hari nanti, aamiin. (Katolik adalah agama termayoritas pertama, kemudian yang kedua barulah Islam.)
Sekuler, itulah Negara Prancis… duniawi nomer satu. :D negara yang menjunjung tinggi kebebasan. Mau beragama, mau tidak terserah. Mau bermoral mau tidak terserah. Everybody have their choice. :) Pemisahan antara agama dan pemerintahan Negara, mengedepankan hedonisme, et cetera. Mungkin budayanya tidak cocok bagi saya, tapi tempat-tempat wisatanyalah yang sangat membuat saya tergiur untuk bisa menginjakkan kaki di sana pada suatu kesempatan nanti. :)
Pemisahan anatara agama dan pemerintahan di Prancis terjadi awalnya pada tahun 1905. Yaitu pemisahan antara pemerintahan dan gereja. Hingga berlanjut sampai kini. Tak boleh menggunakan simbol agama apapun. Pada tahun 2004, ada pelarangan memakai kerudung. Dan yang paling dikecam adalah pemakaian burqa&niqab yang pelarangannya malah sudah dimasukkan dalam undang-undang pada tahun 2011.
Di Prancis tak ada yang namanya sensus agama, mereka tak peduli. Pun di KTP tak akan dicantumkan ‘Réligion’ atau ‘Agama’. Mengenai tempat ibadah ummat islam/masjid, juga jarang ditemui. Sekalipun ada tak berbentuk bangunan masjid, dari luar hanya terlihat tempat biasa dengan satu pintu kecil, juga tak ada kubah di atas bangunannya. Namun ketika masuk ke dalam, subhanallah… tergelar dengan rapi sajadah-sajadah panjang yang berbaris siap untuk menjadi tempat sujud hamba-hamba Allah. Nama tempatnya juga biasa saja “Association-Socio-Culturel. La Salle De Priére.” Yang artinya, Asosiasi-budaya -sosial. Ruang ibadah. That’s all :)
Bapak Rezlah Ishar Jenie, duta besar RI untuk Prancis mengatakan bahwa di sana hanya ada sekitar 200-an masjid. Sedangkan ada 6.000.000 ummat islam di sana, 3.000 di antaranya adalah ummat islam dari Indonesia. Kabar menyedihkan tak berhenti sampai di situ saja, selain yang kita tahu bahwa para muslimah jika ingin sekolah harus membuka kerudungnya, mereka juga tidak diperkenankan beribadah. Para siswa/i di sana tidak diberi waktu khusus untuk beribadah, adzan berjalan, akademikpun juga berjalan tak mau kalah membalapnya. Pelajaran agama hanya diberikan pada tingkat SMP, di tingkat SMA sudah tidak boleh ada lagi. Padahal usia SMA bukankah sedang labil-labilnya? atau kalau bahasa sini mah lagi galau-galaunya… semoga Allah menguatkan sadara/i muslimku di manapun mereka berpijak. Aamiin
Sunday, February 19, 2012
Bangkit Cinta.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Persaudaraan selalu terasa indah jika tak ada niat buruk di dalamnya, dengan siapapun kita bergaul, baik dengan sesama muslim/ah, maupun yang bukan. Tapi bagaimana perasaanmu ketika mendengar, “Ukhuwwah islamiyah” atau “persaudaraan islam”. Kalau hati dari pribadi ini sendiri… hangat mendengarnya. :) rasa bahagia membuncah ketika diri berkumpul dengan mereka yang mencintaiNya. Ketika hati ini terikat dengan hati-hati mereka yang mengAgungkanNya.
Memang semua persaudaraan itu indah, namun sensasinya tidak sama. :) hanya dengan memejamkan mata saja, dan membayangkan wajah-wajah para pejuang cintaNya yang bermekaran senyum. Rasanyaaaaaaa. Subhanallah. :D apalagi ketika mengingat ghirah juang mereka, yang selalu ditebarkan pada diri ini. Allahu Akbar!! Tidak sama rasanya, sungguh.
“Kebersamaanku dengan para mujahid-mujahidahNya membuka ruang lain di hati ini. Ruang lain yang berisi kebahagiaan dalam sisi yang berbeda.”
Ketika pusat perbelanjaan menjadi hal menyenangkan bagi yang lain…
Bagiku masjid-masjidNya menjadi lebih sosok yang menyenangkan…
Ketika melihat tokoh-tokoh entertainment menjadi hal yang begitu keren bagi yang lain…
Bagiku taujih dari seorang ustadz/ah menjadi lebih keren untuk diperhatikan…
Ketika sensasi dunia gemerlap malam begitu asyik dihabiskan di pusat kota…
Bagiku semesta alamNya begitu asyik untuk ditafakkuri…
Ketika hotel menjadi tempat istirahat yang paling prestis….
Bagiku bermalam di desa yang tenteram lebih prestis, apalagi dapat memperlihatkan gunungNya, sawahNya, juga sungaiNya…
Ketika musik mengalun sesuai mood, sedih, senang, marah, hanya akan membawa rasa yang serupa. Kesedihan, kesenangan, dan kemarahan pula…
Bagiku mendengar alunan murattal dikala sedih, senang, marah… malah menanamkan ketenteraman dan semangat juang dijalan cintaNya…
Bukan sok suci. Bukan juga berarti diri ini tak pernah merasakan nikmatnya duniawi. Namun, hal-hal di dunia ini jika dimanfaatkan dan dimaknai dengan berorientasi padaNya, akan jauh terasa lebih nikmat, sungguh. :)
Hal-hal yang kutulis di sini tidak semata-mata atas kesadaran pribadi, namun sekali lagi, saudara-saudariku yang selalu mencoba mengingati… menghabiskan waktu bersama mereka adalah hal yang paling membuat semangat juang ini bangkit. Terkisah pada tanggal 10 februari 2012 lalu, saya bersama akhwaters rahimakumullah bermain riang bersama, dihamparan lapangan yang cukuplah untuk berlarian. Permainan itu bukan hanya main-main biasa, namun ada dampak jangka panjangnya… yakni mengikat hati kami, karena disaat gembira atau dalam kondisi kecewa, kami ada bersama. :)
Persaudaraan selalu terasa indah jika tak ada niat buruk di dalamnya, dengan siapapun kita bergaul, baik dengan sesama muslim/ah, maupun yang bukan. Tapi bagaimana perasaanmu ketika mendengar, “Ukhuwwah islamiyah” atau “persaudaraan islam”. Kalau hati dari pribadi ini sendiri… hangat mendengarnya. :) rasa bahagia membuncah ketika diri berkumpul dengan mereka yang mencintaiNya. Ketika hati ini terikat dengan hati-hati mereka yang mengAgungkanNya.
Memang semua persaudaraan itu indah, namun sensasinya tidak sama. :) hanya dengan memejamkan mata saja, dan membayangkan wajah-wajah para pejuang cintaNya yang bermekaran senyum. Rasanyaaaaaaa. Subhanallah. :D apalagi ketika mengingat ghirah juang mereka, yang selalu ditebarkan pada diri ini. Allahu Akbar!! Tidak sama rasanya, sungguh.
“Kebersamaanku dengan para mujahid-mujahidahNya membuka ruang lain di hati ini. Ruang lain yang berisi kebahagiaan dalam sisi yang berbeda.”
Ketika pusat perbelanjaan menjadi hal menyenangkan bagi yang lain…
Bagiku masjid-masjidNya menjadi lebih sosok yang menyenangkan…
Ketika melihat tokoh-tokoh entertainment menjadi hal yang begitu keren bagi yang lain…
Bagiku taujih dari seorang ustadz/ah menjadi lebih keren untuk diperhatikan…
Ketika sensasi dunia gemerlap malam begitu asyik dihabiskan di pusat kota…
Bagiku semesta alamNya begitu asyik untuk ditafakkuri…
Ketika hotel menjadi tempat istirahat yang paling prestis….
Bagiku bermalam di desa yang tenteram lebih prestis, apalagi dapat memperlihatkan gunungNya, sawahNya, juga sungaiNya…
Ketika musik mengalun sesuai mood, sedih, senang, marah, hanya akan membawa rasa yang serupa. Kesedihan, kesenangan, dan kemarahan pula…
Bagiku mendengar alunan murattal dikala sedih, senang, marah… malah menanamkan ketenteraman dan semangat juang dijalan cintaNya…
Bukan sok suci. Bukan juga berarti diri ini tak pernah merasakan nikmatnya duniawi. Namun, hal-hal di dunia ini jika dimanfaatkan dan dimaknai dengan berorientasi padaNya, akan jauh terasa lebih nikmat, sungguh. :)
Hal-hal yang kutulis di sini tidak semata-mata atas kesadaran pribadi, namun sekali lagi, saudara-saudariku yang selalu mencoba mengingati… menghabiskan waktu bersama mereka adalah hal yang paling membuat semangat juang ini bangkit. Terkisah pada tanggal 10 februari 2012 lalu, saya bersama akhwaters rahimakumullah bermain riang bersama, dihamparan lapangan yang cukuplah untuk berlarian. Permainan itu bukan hanya main-main biasa, namun ada dampak jangka panjangnya… yakni mengikat hati kami, karena disaat gembira atau dalam kondisi kecewa, kami ada bersama. :)
Yang Baru dari Dunia Kampus
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Ketika baru mendapat status mahasiswi unj, saya mulai banyak ikut bergerak dalam beberapa kegiatan di kampus. Diaktivitas-aktivitas baru saya, ada hal yang sudah saya ketahui dan sudah saya rasakan ketika di SMA dulu. Namun tetap masih lebih banyak hal yang baru saya dapat ketika menapaki dunia kampus.
Banyak hal yang baru saya ketahui, dan ingin saya ketahui… mulai dari akademik sampai organisasi. Dan kalau kakak tingkat bicara, “Ya sudah dijalani dulu saja, nanti juga mengerti…” rasanya ingin cepat tahu dan merasakannya, heheheh… padahal benar lho harus dijalani dulu, sabarrr… karena memang seiring berjalannya waktu dan berbagai kegiatan yang saya ikuti, perubahannya baru terasa. Kalau dulu banyak hal yang tidak saya tahu, kini saya jadi tahu. Itulah proses belajar yang kakak tingkat saya maksud ternyata. :D Jadi, nanti kalau saya sudah punya adik tingkat, kalau ada yang bertanya, “Kak biar seimbang akademik sama organisasinya gimana sih? Kak aku gak ngerti AD/ART apa kak… Kak tolong jelasin SKS itu apa dong, aku gak ngerti-ngerti masa kak…” naahhh, saya tinggal jawab, “Ya sudah dijalani dulu saja, nanti juga mengerti…” gubRrakKkz :P
Senang sekali rasanya ketika saya mendapati waktu untuk bisa sharing, bertanya-tanya, maupun beraktivitas bersama kakak-kakak tingkat di kampus. Sungguh, pengalaman-pengalaman yang mereka bagi kepada saya sangat membuka wawasan saya akan dunia kampus yang baru saya geluti. Mereka begitu mengayomi saya, membimbing, memberi pengarahan, dan semacamnya. Uhibbuki fillah deh pokoknya buat kakak-kakak hebatku di kampus. :D
Selain dari kakak tingkat, kawan juga sangat berpengaruh lho... Kalau ghirah belajar mereka sedang tinggi melambung ke awan *eaa* rasanya pengeeennn banget menyaingi. Tapi kalau lagi pada males, ya gitu deh jadi ikut-ikutan… (padahal emang udah tabiat) heheh. :P
Ini belum seberapa, masih banyak hal baru yang belum saya nikmati. Namun sungguh, jujur saja di semester kedua ini, saya mulai merasa berat karena beberapa hal yang membutuhkan pertanggungjawaban, pengadaptasian, pengaturan yang lebih, ya pokoknya gitulah (Hehehe maaf pemirsa, bahasanya rada ngga oke). Intinya semakin banyak dapat pengalaman baru, semakin banyak banyak tugas saya, apalagi untuk berbagi. Dan menjaga diri dari sifat mudah puas…
“karena hidup tak bersensasi lagi, ketika rasa puas berlebihan menyelimuti diri.”
Miruka Angguna
Ketika baru mendapat status mahasiswi unj, saya mulai banyak ikut bergerak dalam beberapa kegiatan di kampus. Diaktivitas-aktivitas baru saya, ada hal yang sudah saya ketahui dan sudah saya rasakan ketika di SMA dulu. Namun tetap masih lebih banyak hal yang baru saya dapat ketika menapaki dunia kampus.
Banyak hal yang baru saya ketahui, dan ingin saya ketahui… mulai dari akademik sampai organisasi. Dan kalau kakak tingkat bicara, “Ya sudah dijalani dulu saja, nanti juga mengerti…” rasanya ingin cepat tahu dan merasakannya, heheheh… padahal benar lho harus dijalani dulu, sabarrr… karena memang seiring berjalannya waktu dan berbagai kegiatan yang saya ikuti, perubahannya baru terasa. Kalau dulu banyak hal yang tidak saya tahu, kini saya jadi tahu. Itulah proses belajar yang kakak tingkat saya maksud ternyata. :D Jadi, nanti kalau saya sudah punya adik tingkat, kalau ada yang bertanya, “Kak biar seimbang akademik sama organisasinya gimana sih? Kak aku gak ngerti AD/ART apa kak… Kak tolong jelasin SKS itu apa dong, aku gak ngerti-ngerti masa kak…” naahhh, saya tinggal jawab, “Ya sudah dijalani dulu saja, nanti juga mengerti…” gubRrakKkz :P
Senang sekali rasanya ketika saya mendapati waktu untuk bisa sharing, bertanya-tanya, maupun beraktivitas bersama kakak-kakak tingkat di kampus. Sungguh, pengalaman-pengalaman yang mereka bagi kepada saya sangat membuka wawasan saya akan dunia kampus yang baru saya geluti. Mereka begitu mengayomi saya, membimbing, memberi pengarahan, dan semacamnya. Uhibbuki fillah deh pokoknya buat kakak-kakak hebatku di kampus. :D
Selain dari kakak tingkat, kawan juga sangat berpengaruh lho... Kalau ghirah belajar mereka sedang tinggi melambung ke awan *eaa* rasanya pengeeennn banget menyaingi. Tapi kalau lagi pada males, ya gitu deh jadi ikut-ikutan… (padahal emang udah tabiat) heheh. :P
Ini belum seberapa, masih banyak hal baru yang belum saya nikmati. Namun sungguh, jujur saja di semester kedua ini, saya mulai merasa berat karena beberapa hal yang membutuhkan pertanggungjawaban, pengadaptasian, pengaturan yang lebih, ya pokoknya gitulah (Hehehe maaf pemirsa, bahasanya rada ngga oke). Intinya semakin banyak dapat pengalaman baru, semakin banyak banyak tugas saya, apalagi untuk berbagi. Dan menjaga diri dari sifat mudah puas…
“karena hidup tak bersensasi lagi, ketika rasa puas berlebihan menyelimuti diri.”
Miruka Angguna
Sunday, February 12, 2012
Rindu. Merindu. Pokoknya seputar itu.
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Terasa mengganjal pikiran, malah sampai ke hati. Ia, ia, ia saja yang jadi pikiran.:( Kalau boleh egois, tak inginlah tinggal berjauhan. Serasa ingin selalu bersama, diperhatikan.. memperhatikan..
Tapi aku terlalu malu untuk mengikuti keegoisan diri, malu terhadapnya yang bisa meredam rindu, yang bisa tinggal jauh.. Dari ayah dan ibunya.
#Edisi rindu ortu
Terasa mengganjal pikiran, malah sampai ke hati. Ia, ia, ia saja yang jadi pikiran.:( Kalau boleh egois, tak inginlah tinggal berjauhan. Serasa ingin selalu bersama, diperhatikan.. memperhatikan..
Tapi aku terlalu malu untuk mengikuti keegoisan diri, malu terhadapnya yang bisa meredam rindu, yang bisa tinggal jauh.. Dari ayah dan ibunya.
#Edisi rindu ortu
Saturday, February 4, 2012
Muslim Leadership Training!
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Rabu dan kamis di pekan ini telah kuhabiskan waktuku untuk hal yang insyaAllah bermanfaat. Mengikuti MLT (Muslim Leadership Training) di fakultas tercintah, FBS/fakultas bahasa dan seni. Jadi acara itu semacam Latihan Dasar Kepemimpinan kalau di jaman sekolah dulu. Alhamdulillah aku dapat mengikutinya dengan khidmat *eaa. Acara itu terjadi selama dua hari satu malam, di Pesantren Al-Qudwah di daerah Cilodong. Bedanya kalau di sekolah-sekolah itu acaranya Rohis (Rohani Islam), kalau MLT ini ada di bawah naungan (LDF) Lembaga Dakwah Fakultas, di FBS bernama FSI-KU (Forum Studi Islam-Khidmatul Ummah).
Aku dan ka Wulan sedikit mengintip Rundown Acara punya panitia *iseng :P ternyata acaranya tidak terlalu formal, namun berarti, sungguh. :) dua hari itu kami diberikan 2 materi dari ustadz yang berbeda. Di sore hari ada ustadz Syakir dengan materinya yang berjudul “Karena Allah Kita Mencintai Dakwah.” Aaaaaah materi-materinya menggairahkan semangat dakwahku, cita-cintaku yaa Allah, sangaaaat. Malam harinya ada materi lagi dari ustadz Rahmat (alumni jurusan bahasa&sastra Indonesia UNJ), beliau membawa materi berjudul “The Art of Dakwah” alias Seni berdakwah! :D wooow dakwah ada seninya juga lhoooooo. Gak kalah keren deh pokoke. Top.
Keesokan paginya, kami melaksanakan olahraga pagi dan senam. Senam pramuka pemirsaaa, yang sering dilakukan di jaman baheula, jaman SD setiap sabtu pagi, sabtu sehat! :D sungguh merasa tak lincah lagi tubuh ini ketika melakukan senam itu, jadi kaku, tapi lucu, hehe. Selanjutnya kami melakukan outbond, yang dibagi menjadi 3 rangkaian. Yang paling beradrenalin adalah tantangan melewati jembatan tambang yang begitu tipisnya, walau tak terlalu tinggi, tetap saja aku yang notabene fobia ketinggian ini dibuat dagdigdug. Sekali mencoba, jatuh. Kucoba lagi, bisa. Alhamdulillah, tangan dan kakiku langsung memerah merona. :P Nyeri, perih, pokoke mantab. Orang sepertiku harus banyak-banyak diajak berolahraga seperti hari itu, karena olahragaku sehari-hari hanyalah jalan kaki pulang-pergi kosan-kampus. Namun, dampak keesokkan harinya adalah kakiku seperti luka dalam, sakit biar sedikit. Tapi bukan itu yang jadi pikiran atau masalah, yang harus direnungi adalah di akhirat nanti. Jalan di atas seutas tambang saja membuat kaki ini luka, apalagi rambut dibelah tujuh? *muhasabah mode: on. Ampuni segala dosa yaa Rabb… Aamiin
Semoga barakah… dua hari satu malam yang menciptakan hangatnya ukhuwwah, bersama mereka sang pejuang cintaMu. Menguatkanku, menyilaukan semangatku, meraih cita cinta dakwahku untukMu. Yaa Rabb, kuatkan… istiqomahkan… barokahkan… aamiin allahumma aamiin.
Rabu dan kamis di pekan ini telah kuhabiskan waktuku untuk hal yang insyaAllah bermanfaat. Mengikuti MLT (Muslim Leadership Training) di fakultas tercintah, FBS/fakultas bahasa dan seni. Jadi acara itu semacam Latihan Dasar Kepemimpinan kalau di jaman sekolah dulu. Alhamdulillah aku dapat mengikutinya dengan khidmat *eaa. Acara itu terjadi selama dua hari satu malam, di Pesantren Al-Qudwah di daerah Cilodong. Bedanya kalau di sekolah-sekolah itu acaranya Rohis (Rohani Islam), kalau MLT ini ada di bawah naungan (LDF) Lembaga Dakwah Fakultas, di FBS bernama FSI-KU (Forum Studi Islam-Khidmatul Ummah).
Aku dan ka Wulan sedikit mengintip Rundown Acara punya panitia *iseng :P ternyata acaranya tidak terlalu formal, namun berarti, sungguh. :) dua hari itu kami diberikan 2 materi dari ustadz yang berbeda. Di sore hari ada ustadz Syakir dengan materinya yang berjudul “Karena Allah Kita Mencintai Dakwah.” Aaaaaah materi-materinya menggairahkan semangat dakwahku, cita-cintaku yaa Allah, sangaaaat. Malam harinya ada materi lagi dari ustadz Rahmat (alumni jurusan bahasa&sastra Indonesia UNJ), beliau membawa materi berjudul “The Art of Dakwah” alias Seni berdakwah! :D wooow dakwah ada seninya juga lhoooooo. Gak kalah keren deh pokoke. Top.
Keesokan paginya, kami melaksanakan olahraga pagi dan senam. Senam pramuka pemirsaaa, yang sering dilakukan di jaman baheula, jaman SD setiap sabtu pagi, sabtu sehat! :D sungguh merasa tak lincah lagi tubuh ini ketika melakukan senam itu, jadi kaku, tapi lucu, hehe. Selanjutnya kami melakukan outbond, yang dibagi menjadi 3 rangkaian. Yang paling beradrenalin adalah tantangan melewati jembatan tambang yang begitu tipisnya, walau tak terlalu tinggi, tetap saja aku yang notabene fobia ketinggian ini dibuat dagdigdug. Sekali mencoba, jatuh. Kucoba lagi, bisa. Alhamdulillah, tangan dan kakiku langsung memerah merona. :P Nyeri, perih, pokoke mantab. Orang sepertiku harus banyak-banyak diajak berolahraga seperti hari itu, karena olahragaku sehari-hari hanyalah jalan kaki pulang-pergi kosan-kampus. Namun, dampak keesokkan harinya adalah kakiku seperti luka dalam, sakit biar sedikit. Tapi bukan itu yang jadi pikiran atau masalah, yang harus direnungi adalah di akhirat nanti. Jalan di atas seutas tambang saja membuat kaki ini luka, apalagi rambut dibelah tujuh? *muhasabah mode: on. Ampuni segala dosa yaa Rabb… Aamiin
Semoga barakah… dua hari satu malam yang menciptakan hangatnya ukhuwwah, bersama mereka sang pejuang cintaMu. Menguatkanku, menyilaukan semangatku, meraih cita cinta dakwahku untukMu. Yaa Rabb, kuatkan… istiqomahkan… barokahkan… aamiin allahumma aamiin.
Friday, February 3, 2012
Pudarnya pesona menara itu
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dahulu, entah sudah lewat beberapa momen yang lalu. Semangat citaku, cintaku pada menara itu. Banyak kawan juga sudah tahu, menggebunya aku untuk bertatap muka dengan menara itu, yang letaknya di benua eropa, tepat di Paris-Prancis. Ya, Menara Eiffel.:)
(Bisa disimak dibeberapa postingan blog pertamaku)
Itu dahulu.. Tak taulah seakan kini lupa akan semangat itu, cita itu. Karena ada hal yang lebih mengalihkan semangat citaku. Jalan cintaNya, istana surgaNya. Yang kan ku lewati dengan dakwah, yang kan kubangun dengan dakwah. Bi idznillah.
Secara tak diperintah pikiranku kini lebih realita saja. Ada hal yang lebih penting dari pada hanya menomorsatukan menara super indah itu. Dulu senangnya berkhayal bertemu dengannya, impianku nomor satu. Kini impian itu tlah turun peringkat, hehe. Tetap saja harus siaga menjemput impian itu. Walau bukan yang utama..
Jalan dakwah begitu menyita perhatianku, cita cintaku, semangatku. Aku ingin menuruti inginNya, amar ma'ruf-nahi munkar. Seandainya Allah ridho aku tinggal di jannahNya, tentu membangun 100 menara Eiffel sangat mudah bagi Allah. Dan itulah mengapa pesona menara buatan manusia itu, berangsur memudar. Syukur tak hilang :)
Semangat gapai, capai, raih impian! :D
Dahulu, entah sudah lewat beberapa momen yang lalu. Semangat citaku, cintaku pada menara itu. Banyak kawan juga sudah tahu, menggebunya aku untuk bertatap muka dengan menara itu, yang letaknya di benua eropa, tepat di Paris-Prancis. Ya, Menara Eiffel.:)
(Bisa disimak dibeberapa postingan blog pertamaku)
Itu dahulu.. Tak taulah seakan kini lupa akan semangat itu, cita itu. Karena ada hal yang lebih mengalihkan semangat citaku. Jalan cintaNya, istana surgaNya. Yang kan ku lewati dengan dakwah, yang kan kubangun dengan dakwah. Bi idznillah.
Secara tak diperintah pikiranku kini lebih realita saja. Ada hal yang lebih penting dari pada hanya menomorsatukan menara super indah itu. Dulu senangnya berkhayal bertemu dengannya, impianku nomor satu. Kini impian itu tlah turun peringkat, hehe. Tetap saja harus siaga menjemput impian itu. Walau bukan yang utama..
Jalan dakwah begitu menyita perhatianku, cita cintaku, semangatku. Aku ingin menuruti inginNya, amar ma'ruf-nahi munkar. Seandainya Allah ridho aku tinggal di jannahNya, tentu membangun 100 menara Eiffel sangat mudah bagi Allah. Dan itulah mengapa pesona menara buatan manusia itu, berangsur memudar. Syukur tak hilang :)
Semangat gapai, capai, raih impian! :D
Subscribe to:
Posts (Atom)