Bismillahirrahmaanirrahiim.
Bagaimana rasanya tinggal jauh dari orang tua? Tidak enak,
sungguh. Bagaimana kau mau menerapkan sikap baktimu jika berada jauh dari
mereka, sulit. Selemah-lemahnya iman, ya hanya do’a. Berharap Allah senantiasa
menjaga mereka dalam nikmat iman dan nikmat sehat. Aamiin.
Ini hanyalah kata-kata yang keluar dari mulut ia yang orang
tuanya masih lengkap, dan masih diberi kesempatan untuk menemui orang tuanya
minimal dua minggu sekali. Tidak terlalu menantang jika dibandingkan dengan
mereka yang orang tuanya telah pergi ke sisiNya.. Atau dengan mereka yang
menemui orang tuanya minimal setahun sekali. Pasti lebih sulit menjalaninya,
pasti lebih tegar pribadinya. Membayangkannya saja aku kagum. Jikalau aku yang
berada diposisi mereka, entahlah.
Selama dua belas tahun aku menuntut ilmu, inilah tempat
belajar terjauhku sampai hari ini. Selama dua belas tahun kemarin, aku hanya
membutuhkan waktu lima belas sampai dua puluh menit saja untuk sampai ke
sekolah, tapi kini tidak, perjalanan pulang pergi membutuhkan waktu lebih
kurang 120 menit –empat jam--. Yang ini wajib tegar, demi menuntut ilmu, bukan?
Kadang aku membayangkan, bagaimana ketika suatu hari nanti
ketika usiaku telah menginjak dua puluhan dan aku sudah siap dipinang oleh
seorang lelaki pilihanNya yang akan mengambil hak atas diriku secara sah
dihadapanNya. Ketika kelak aku menjadi seorang istri, seorang ibu. Aku mulai
hidup jauh dari orang tua karena diriku sudah menjadi hak suamiku kelak,
siapkah?
Kini aku tau, ketika aku meminta Allah memberiku sifat
mandiri.
Maka Allah menakdirkanku belajar di tempat yang cukup jauh
dari rumah orang tuaku.
Segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini pasti
mengandung hikmah serta pembelajaran. Ini yang
terbaik. Bi idznillah..
*edisi homesick
Posted 1 week ago by Miruka Angguna
No comments:
Post a Comment