Tentang budaya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan
negara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan
sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh
banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris
dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan
negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan
Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama
banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini.
Bahasa, budaya, dan
saya.
Sebagai insan yang lahir di Indonesia, tentu diri saya sarat
akan kultur Indonesia. Mulai dari makanan, attitude, style pakaian, dll. Tapi
kini saya juga mulai tertarik dengan kultur asing yang sedang saya pelajari.
Kultur Prancis.
Ada beberapa hal yang terekam dalam pikiran saya ketika dosen saya bercerita, bahwasanya orang Prancis sangat menghargai waktu. Mereka disiplin dan bekerja tepat waktu walau terkesan arogan dan terburu-buru.. Selain itu mereka juga sangat CINTA membaca, sangat cinta dan bangga ketika menunjukkan betapa banyaknya tumpukan buku yang telah habis mereka baca. Sangat senang mendiskusikan buku-buku dengan teman seperkumpulannya. Ya mereka terkenal dengan keintelektualitasannya, luas wawasannya. “Terbalik dengan kultur Indonesia yang kini generasinya ‘miskin bacaan’. Sekalinya membaca ya paling teenlit” kata dosen saya. Saya cukup tersindir saat itu, oh ya benar saja saya mengakui bahwa saya kurang mengasah keintelektualitasan dalam hal literatur apalagi professional literature. Saya tidak ingin menjadi bagian dari generasi yang ‘miskin bacaan’ tadi..
Ada beberapa hal yang terekam dalam pikiran saya ketika dosen saya bercerita, bahwasanya orang Prancis sangat menghargai waktu. Mereka disiplin dan bekerja tepat waktu walau terkesan arogan dan terburu-buru.. Selain itu mereka juga sangat CINTA membaca, sangat cinta dan bangga ketika menunjukkan betapa banyaknya tumpukan buku yang telah habis mereka baca. Sangat senang mendiskusikan buku-buku dengan teman seperkumpulannya. Ya mereka terkenal dengan keintelektualitasannya, luas wawasannya. “Terbalik dengan kultur Indonesia yang kini generasinya ‘miskin bacaan’. Sekalinya membaca ya paling teenlit” kata dosen saya. Saya cukup tersindir saat itu, oh ya benar saja saya mengakui bahwa saya kurang mengasah keintelektualitasan dalam hal literatur apalagi professional literature. Saya tidak ingin menjadi bagian dari generasi yang ‘miskin bacaan’ tadi..
Selain itu saat belajar bersama native dari Prancis, ia
banyak bercerita tentang budaya negaranya (tentu juga banyak bertanya tentang
budaya di Indonesia). Dalam hal attitude, mereka sangat terbuka sehingga mudah bertengkar. Jika memang pro
atau kontra pada suatu hal mereka pasti mengutarakannya, saking terbukanya ya
itu tadi, sering terjadi pertengkaran antar mereka. Namun luar biasanya, kata
si native, setelah bertengkar ya lima menit setelah itu sudah lupa. Yang
penting sudah saling jujur. Tidak ada pembicaraan di ‘balik layar’.
Itu positifnya:) ada juga pasti negatifnya.. Ini hanya
stereotip saja, katanya orang Prancis itu arogan, individual, malas (tapi
disiplin, hayo?), modern (tapi sangat menjaga budaya tradisional?). Ya ada
beberapa paradoks, entahlah.
Inilah gambaran singkat kultur Prancis, kata orang kalau
sudah belajar budaya asing bisa jadi terbawa. Well, mungkin. Tapi entah berpengaruh pada saya atau tidak. Bahkan
kalau kata dosen saya, “Ada beberapa
orang yang ketika mempelajari kultur asing bisa langsung ‘nyampur’, tapi tidak
dengan saya” tegasnya. Saya hanya tersenyum dan mengiyakan dalam hati.
Walau belajar bahasa dan budaya asing, tapi bahasa saya tetap satu, bahasa
Indonesia. Budaya saya hanya satu, budaya Indonesia. Tidak semudah itu
mengubahnya..
Referensi
Ø
Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi
Ø
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi
Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.
Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25
Ø
Dosen jurusan bahasa Prancis, FBS - UNJ