Powered By Blogger

Friday, September 9, 2016

Satu, dua, tiga.

بسم الله

Belajar mencintai mereka adalah sebuah proses. Seiring waktu bergulir, saya mempelajari tiga hal yang menjadi cara terampuh dan termudah mengenal anak-anak lebih jauh.

Pertama adalah melalui buku harian (le journal intime) yang mereka buat dan kumpulkan perhari, yang membuat saya semakin dapat merasakan apa yang mereka pikirkan, bagaimana karakter mereka sesungguhnya melalui isi tulisan mereka, terkadang tulisan-tulisan itu berasal dari buah pikiran saja, tetapi tidak jarang ada yang berasal dari hati tulus seorang anak.

Kedua, melalui ujian kompetensi berbicara (production orale). Banyak tema yang terbentuk dari kejadian sehari-hari hingga fenomena atau berita yang dekat dengan dunia mereka. "Rumah impian", "Keluarga", "Liburan terakhir", "Rencana profesi masa depan", "Aktivitas rumah", dan banyak lagi. Di sanalah, sebagai seorang guru, saya diam-diam tidak hanya mencatat koreksi gramatikal saja, melainkan membaca perbedaan ragam karakter di antara mereka.

Baca juga :  Mundur ya, Madame

Ketiga, melalui teman sekitar. Saya percaya, tidak sedikit anak dengan prestasi dan karakter yang baik, terlahir dari lingkungan belajar&bermain yang baik pula. Dekati saja kawan bermainnya, maka saya pun beberapa kali mengetahui bagaimana karakter asli anak-anak di kelas. Bisa juga penilaian dibentuk dari karakter temannya itu sendiri.

"Sebagaimana jika kita berteman dengan penjual parfum, kita akan terkena harumnya. Pun saat berteman dengan pengrajin besi, kita akan terciprat apinya."

Kini, saat rasa lebih dari sekadar empati terhadap mereka, maka akan kita sebut apa selanjutnya? cinta.

No comments:

Post a Comment