Powered By Blogger

Monday, December 16, 2019

Mudah Bagi Allah

Bismillah
.
Tahun kedua kuliah. Perdana menjajaki dunia mengajar privat di rumah siswa. Anak unj pasti sering dapat & butuh broadcast pencarian pengajar
.
Lima puluh ribu. Untuk satu jam pertemuan, bagi saya sangat worth saat itu. Daerah Cipinang, Jakarta timur. Abi namanya. Kritis, agak challenging, tetapi baik hati
.
Selalu ada saja yang disajikan saat mengajar. Dari mulai softcake sampai rujak serut khas ayahanda. Kami sering berbincang tentang banyak hal. Layaknya keluarga saja
.
Hingga tiba masa belajar privat di-off-kan. Abi fokus menjalani kelas ix dan siap menghadapi UN. Saya fokus menjelang tugas akhir.
.
Suatu hari, saya mendapat kiriman pesan di Line.
.
"Mademoiselle. Mohon Do'anya. Ayah baru saja wafat"
- Abi
.
Rasanya sedih luarbiasa. Ditambah saat itu sedang beragenda di daerah rumah. Tidak bisa ditinggal
.
Kerap terpikir ingin mampir kembali ke rumah itu. Membayar momen takziyah yang belum tersampaikan. Namun waktunya belum pas. Kami pun lost contact
.
Jelang tahun akhir kuliah.
.
Memasuki fase praktek mengajar. Di salah satu sekolah menengah atas, di Jakarta.
.
Hari pertama mengajar, langsung ditempatkan di kelas xii. Memperkenalkan diri, bercanda ringan, dan casciscus. Mencoba menarik perhatian siswa pada bahasa yang akan dipelajari
.
Tak lama berselang. Mata saya tertuju pada satu meja. Di mana seorang siswa tersenyum lebar. Seakan menunggu untuk disapa
.
"Ya Rabb, Abi!?" panggil saya spontan
.
Allah. Mudah saja bagimu menyatukan  ukhuwwah kami. Maaf. Hanya mampu membawakanmu semangat, motivasi, tips n trick raih beasiswa. Tak terasa, Abi sudah akan jadi mahasiswa.
.
#throwback

Thursday, August 15, 2019

Trauma persepsi : "Afeksi"

Bismillah.

Suatu hari, hiduplah seorang anak yang dilahirkan dalam kehidupan yang tidak mudah. Dalam ragam adaptasi sang orang tua, dia pula merasakannya selagi dalam masa kandungan. Entah apa saja yang dirasakan & diperdengarkan saat itu.

Masa remaja menjelang, peralihan karakternya mulai berjalan seiring waktu. Jati diri mulai ditemukannya, setitik demi setitik. Di mana sang ayah? Sang ibu? Raga mereka berada di dekatnya, tapi tidak dengan jiwa. Entah apa saja yang ia rasakan, perdengarkan, dan saksikan saat itu.

Lantas waktu bergulir hingga tertegun menyadari, kini sang anak telah dewasa. Ia tumbuh menjadi pribadi yang keras. Di tengah lembut & kasih dari kedua ayah ibunya.

Friday, May 24, 2019

Leadership Hqq?

Bismillah

Kali ini, kita ngga akan bahas sesuatu yang ideal menurut teori A, B, C. Pengamatan dan pengalaman sederhana yang saya rasakan, sepertinya akan berkaitan secara otomatis dengan keumuman yang ada 😁 apa sih?

Secara umum, kita tahu bahwa pemimpin itu kepala, beri komando atas berjalannya fungsi organ tubuh. Sebagaimana seorang pemimpin mengorganisir pasukannya.

Beragam situasi mengharuskan saya belajar menjadi seseorang yang dikomandoi, serta mempelajari bagaimana para pemimpin itu memberi instruksi.

Ada yang hanya senang komando tanpa terlibat, ada yang turun terlibat, sampai terlibat penuh alias belum percaya pada timnya 😅

Beragam gaya kepemimpinan saya amati dan pelajari, ada yang baik bisa diambil, yang kurang pas bisa disisihkan saja.

Saya pribadi senang dengan pemimpin yang jelas dalam instruksi, dan turun terlibat meski tidak sepenuhnya. Cukup dengan curahan perhatian, serta tawaran perbantuan yang diberikan. Ditambah lagi kepercayaan yang ditanamkan, justru menjadi awal menjadikan kami bibit yang unggul.

Semua orang bisa berada di posisi memimpin. Namun tak semuanya berjiwa pemimpin.

Salah satu syukur dan bahagia itu, kala kami dipertemukan dengan leader yang mengerti makna dari amanahnya. Tidak sewenang-wenang, ataupun bekerja one man show. Sendirian.

Melainkan mereka yang jelas memberi arahan, perhatian, serta kepercayaan.

Jazakumullahu khayran untuk nama-nama yang akan saya ingat. Berjasa atas kepemimpinannya guna mendidik saya menjadi muslimah yang cerdas dan hebat (well, meskipun belum) 😫

Allah yubaarik fiikum..