Powered By Blogger

Monday, October 10, 2022

Duduk Mandiri & Tumbuh Gigi

Bismillah
MaasyaaAllah tabaarakallah..

Singkat cerita, bulan september tepat tanggal 11 hingga hari ini adalah momen wonder week dan mungkin sekaligus growth spurtnya Ibtisam.

Banyak bicara, bertanya "apa" sambil menunjuk pada hal2 yg menarik perhatiannya.

9 bulan 7 hari Tisam yg biasanya duduk dibantu, kini alhamdulillaah sdh bisa atur posisi duduk sendiri (maasyaaAllah) ❣️

Selama berapa pekan muncul warna keputihan di wilayah gusi bawah depannya. Ternyataa eng-ing-engg Gigi pertamanya tumbuh! Walhamdulillaah

Menyusul Gigi keduanya menjelang usia 10 bulan..
Allah ya Rabb, alhamdulillaah

Tisam juga sedang gemar berdiri, dan sudah bisa menunjuk gambar dalam buku sambil berceloteh meski kami belum bisa menangkap 1 kata.. (kadang2 ada entah tidak sengaja / memang Tisam sdg belajar meniru ucapan kami)


Sunday, September 11, 2022

Bersyukurnya Istri

Bismillah

Alhamdulillah ya Rabb.
Tiada daya & upaya hamba bernilai tanpa kuasamu.

Jelang tahun ke-3 pernikahan, sekitar 6 bulan ke depan (insyaaAllah). Banyak sekali penyesuaian yang kami lakukan, ego yang kami tundukkan, segala hal..

Rasanya malu jiwa ini, saat ego mulai meninggi. Kesal didahului lantas teringat segala kebaikannya, pengorbanannya untuk istri & anak yang diamanahkan kepadanya. Seketika, ego meredam. Kesal berbalik jadi syukur..

Setiap detik belajar menjadi istri yang baik, namun mendadak lupa saat ego menguasai. Astaghfirullah.. Di samping istilah makhluk hormonal, sensitif, terlalu berperasaan. Bukankah kita punya akal untuk berpikir & mengingat segala kebaikannya yg jauh tak terhitung dari masa kesal kita :(

A'udzubillahiminasyaithoon..
Aku berlindung kepada Allah dari segala amarah yang tidak perlu, aku memohon kepada Allah untuk menerima segala bentuk syukurku yang sering terlewatkan.

Syukur itu ada di segala aspek. Ibarat mensyukuri hal-hal sekecil Kelereng, sampai yang sebesar Gym ball.

Monday, July 18, 2022

Menyesal Berumah Tangga?

Bismillah

MaasyaaAllah. Terakhir menulis ternyata tepat beberapa hari sebelum menikah 🙈
Bukan, bukan tak sempat. Hanya tak kepikiran, karena memang platform yang sedang Hype ya Instagr*m jadi lapak ini terabaikan. Hiks.

Hari ini memasuki tahun kedua (lebih 4 bulan) usia pernikahan dengan beliau, ka Fatur, suaminya miku dan bikunya Tisam.

Sudah bercampuuur sekali varian rasa yang ada dalam rumah tangga kami. Kebahagiaan. Keseruan. Kenyamanan. Kesedihan. Kekesalan. Kekecewaan. Semuanya sudah kami rasakan. 

Alhamdulillah, semua mereda dalam waktu yang terbilang tidak lama. Tahun pertama pernikahan, takdir Allah menuntun kami untuk saling memahami emosi satu sama lain. Bekerjasama memecahkan masalah. Menentukan tujuan pernikahan. Pun di tahun yang sama, Ibtisam belum diizinkan hadir di tengah-tengah kami (sungguh tahun yang penuh penantian, serta belajar menerima dg ikhlas).

Dengan segala warna yg ada dalam pernikahan ini, hingga hari ini saya merasa tidak menyesali apapun. Tidak merasa keliru telah memilih untuk hidup bersama beliau. Tidak terbesit sama sekali.

Saya meyakini, konflik akan selalu muncul dalam tiap rumahtangga. Setiap orang pasti punya ujian besar, tapi tidak semua orang menunjukkannya, begitupun kami.

Kami percaya, sebaik-baik penyelesaian adalah selesai dengan 2 kepala. Suami & istri. Kamipun selalu memperbaharui tujuam jangka pendek - menengah dalam rumahtangga kami. Mengadakan rapat-rapat kecil untuk saling mengingatkan.

Ya, saya menikmati semuanya. Dari senyuman & tawa hingga air mata. Kami menikmatinya demi mengupayakan kata SaMaRa. Bi idznillaah.

Tak hentinya kami bersyukur bahwa kami telah diperkenalkan, dipertemukan, dan dipersatukan dalam rumah tangga ini.

Setahun berlalu. Tepat di usia pernikahan yang kesatu. Ibtisam hadir dalam rangka menaati perintah Allah untuk hidup & bertumbuh di dalam rahim miku. MaasyaaAllah..

Tiga puluh delapan minggu yang terasa amat singkat & sangat nikmat. Dari mulai makan yang tidak selera, mual, muntah, sensasi terbakar di lidah, mood yang berubah-ubah di trimester pertama. Timbangan yang terus ke kanan di trimester kedua. Hingga tubuh yang kian hari kian muncul keluhan ini & itu pada trimester ketiga.

Alhamdulullah. Allah tuntun saya untuk menjalani semuanya dg ringan hati. Saya amat sangat mensyukuri setiap 24jam yang terlewati bersama Ibtisam semenjak janinnya hadir dalam rahim ini.

Ibtisam Qayyima pun kini berusia tujuh bulan... (bersambung)

Thursday, March 5, 2020

Estafet Kesalahan, Masa Sih

Bismillah

Suatu saat di akhirat kelak, kita akan berada pada fase perhitungan. Di mana amal kita ditimbang dengan timbangan termutakhir yang takkan pernah berbuat curang.

Pun pada masa itu, manusia akan saling berteriak. Menuntut balas satu dengan yang lainnya. Saling klaim pahala (yang suka bully temennya mari bertaubat) dan juga share dosa (waduh) 😓

Maka, berhati-hati dalam bertindak dan bersikap merupakan suatu kebijaksanaan hakiki di era milenial ini.

Suatu hari ada yang bertanya, "teh, betul ngga sih kita akan dihisab atas amalan orang lain?"

Saya pun berusaha menemukan jawaban, dari konteks pertanyaan yang dimaksud.

Me: "Ya, jika kita mengajaknya melakukan hal yang mudharatnya besar"

She: "Kalau kita ngga ajak?"

Me: "Inna a'malu binniyat. Kalau kamu, hadiahkan sepeda untuk adik yang usia TK, dengan niat kuat agar si adik semangat ke TPA. Namun suatu hari ia bolos sekolah dengan sepeda itu. Apakah tetap kamu yang dihisab?"

Seni membantu (my thought)

Bismillah

Kadang, kita berniat baik tapi dengan perilaku yang tidak semestinya.

Perhatian berlebihan, kekhawatiran berlebihan, bukan menjadi energi positif yang menguatkan. Justru terkadang melemahkan. 

Sebab boleh jadi yang kita bantu juga sedang berjuang melawan ketakutan mereka. Cukup bantu ia percayakan semua pada Ilahi, dan jangan terlalu melebur dengan persoalannya.

Allah yang akan membantu dia menyelesaikan segalanya. Beri ia do'a dengan ketulusan hati, kuatkan ia dengan keimanan yang mantap, lalu cukup tanyakan, "apa yang bisa saya bantu"

Itu sudah jauh lebih dari yang diperlukan.

Monday, December 16, 2019

Mudah Bagi Allah

Bismillah
.
Tahun kedua kuliah. Perdana menjajaki dunia mengajar privat di rumah siswa. Anak unj pasti sering dapat & butuh broadcast pencarian pengajar
.
Lima puluh ribu. Untuk satu jam pertemuan, bagi saya sangat worth saat itu. Daerah Cipinang, Jakarta timur. Abi namanya. Kritis, agak challenging, tetapi baik hati
.
Selalu ada saja yang disajikan saat mengajar. Dari mulai softcake sampai rujak serut khas ayahanda. Kami sering berbincang tentang banyak hal. Layaknya keluarga saja
.
Hingga tiba masa belajar privat di-off-kan. Abi fokus menjalani kelas ix dan siap menghadapi UN. Saya fokus menjelang tugas akhir.
.
Suatu hari, saya mendapat kiriman pesan di Line.
.
"Mademoiselle. Mohon Do'anya. Ayah baru saja wafat"
- Abi
.
Rasanya sedih luarbiasa. Ditambah saat itu sedang beragenda di daerah rumah. Tidak bisa ditinggal
.
Kerap terpikir ingin mampir kembali ke rumah itu. Membayar momen takziyah yang belum tersampaikan. Namun waktunya belum pas. Kami pun lost contact
.
Jelang tahun akhir kuliah.
.
Memasuki fase praktek mengajar. Di salah satu sekolah menengah atas, di Jakarta.
.
Hari pertama mengajar, langsung ditempatkan di kelas xii. Memperkenalkan diri, bercanda ringan, dan casciscus. Mencoba menarik perhatian siswa pada bahasa yang akan dipelajari
.
Tak lama berselang. Mata saya tertuju pada satu meja. Di mana seorang siswa tersenyum lebar. Seakan menunggu untuk disapa
.
"Ya Rabb, Abi!?" panggil saya spontan
.
Allah. Mudah saja bagimu menyatukan  ukhuwwah kami. Maaf. Hanya mampu membawakanmu semangat, motivasi, tips n trick raih beasiswa. Tak terasa, Abi sudah akan jadi mahasiswa.
.
#throwback

Thursday, August 15, 2019

Trauma persepsi : "Afeksi"

Bismillah.

Suatu hari, hiduplah seorang anak yang dilahirkan dalam kehidupan yang tidak mudah. Dalam ragam adaptasi sang orang tua, dia pula merasakannya selagi dalam masa kandungan. Entah apa saja yang dirasakan & diperdengarkan saat itu.

Masa remaja menjelang, peralihan karakternya mulai berjalan seiring waktu. Jati diri mulai ditemukannya, setitik demi setitik. Di mana sang ayah? Sang ibu? Raga mereka berada di dekatnya, tapi tidak dengan jiwa. Entah apa saja yang ia rasakan, perdengarkan, dan saksikan saat itu.

Lantas waktu bergulir hingga tertegun menyadari, kini sang anak telah dewasa. Ia tumbuh menjadi pribadi yang keras. Di tengah lembut & kasih dari kedua ayah ibunya.