Powered By Blogger

Saturday, June 25, 2016

Berkunjung ke rumah eyang Habibie!

Bismillaah

25/06/2016, merupakan salah satu momen bersejarah dalam hidup. Bagaimana tidak? Mengunjungi secara kekeluargaan rumah seorang presiden ke-3 Indonesia, bacharuddin jusuf habibie.

Melalui hubungan yang baik antara kantor dan beliau, sebanyak lima orang berkesempatan hadir sebagai tamu dan membantu kelancaran jalannya acara ulang tahun eyang yang kedelapanpuluh, dan ini adalah syukuran spesial milad eyang yang pada tahun-tahun sebelumnya tak pernah diadakan.

Bersama ibu Nana (direktur Pendidikan), madame Farah (wapim departemen Bahasa), teh Lindu (staf departemen Akademik), dan mba Yuni (sekretaris CEO), kami berangkat seperti biasa dengan mobil kantor menuju kediaman habibie di Patra Kuningan Jaksel.

Tidak semua orang bisa masuk ke rumahnya, maka tak ada alasan terbaik bagiku untuk menolak untuk jadi bagian yang datang ke rumah eyang habibie nan super cerdas dan bersahaja.

Sesampainya di sana suasana masih persiapan-persiapan kecil, belum seramai dan sesibuk sore hari. Kami dipersilakan mengambil foto-foto di rumah eyang, "apa yang bisa kami bantu?", ucap salah seorang rekan kepada kepala kerumahtanggaan habibie.

"sejauh ini belum, foto-foto dulu saja", ucapnya sambil tertawa kecil. Sesaat kemudian beliau menunjukkan kami rundown acara hari itu yang telah di acc oleh bapak Rubijanto.

Benar saja kamipun mengelilingi rumah habibie pada waktu sore menjelang  ashar kemarin. Syahdu rasanya, alami, rumah beliau harum semerbak bunga, mungkin ada seratus kiriman rangkaian bunga di rumahnya hari itu. Mulai dari keluarga dekat, sahabat, kerabat, pejabat, dan sederet orang-orang hebat di Indonesia.

Semua mendo'akan eyang. Mayoritas bunga yang dikirim adalah anggrek bulan, cantik. Seorang kawan berkata, "itu karena almarhumah Ainun suka sekali dengan anggrek bulan.."

Dinding rumah beliau penuh dengan lukisan yang mayoritas adalah kaligrafi, foto-foto almarhumah Ainun pun ada di mana-mana, sesekali kudekati dan kubaca sebuah puisi tentang almarhumah di dinding rumahnya, belum apa-apa mataku sudah basah, cinta abadi dan dibangun dengan loyalitas dunia-akhirat yang tak terasa telah lebih dari lima dasawarsa.

Kolam ikan yang begitu natural sebab terbuat dari kaca, yang penuh dengan warna-warni ikan koi tentu semakin menghidupkan rumah eyang, apalagi itu terletak dekat dengan perpustakaan Habibie-Ainun yang bersebelahan dengan taman hijau nan rindang penuh kicauan burung-burung yang terbang bebas, tanpa sekat-sekat kandang.

Tak jauh dari sana, ada lukisan besar bernuansa hitam putih, habibie-ainun yang sedang berboncengan sepeda dengan tagline, "Cinta Tanpa Batas". Kuperhatikan betul semua sisi rumahnya, segala cerita dan sejarah hidup eyang seperti berkelibat langsung dipikiran-pikiranku.

Plafon-plafon yang dibangun dengan ukiran jawa, lantai dengan gambar negara Indonesia, foto-foto keluarga, serta dinding kayu dan kaca membuat rumah eyang sangat elegan dan sangat Indonesia.

Dari seluruh tempat di rumah beliau, hanya satu titik yang sangat menarik pandanganku. Perpustakaan Habibie-Ainun. Perpustakaan yang dulu kulihat ditelevisi. Pertama kali melihat dilayar kaca saja aku ingat benar apa yang kukatakan, "ah bagus banget, ya Allah mau ke sana! mau buat perpus kayak punya eyangggg".

Adzan ashar pun akhirnya berkumandang setelah lama berjalan-jalan di pendopo Habibie-Ainun, rasanya kami bukan tamu di sana, melainkan seperti keluarga, mondar-mandir, duduk di mana-mana, tak ada yang melarang kami. Satu kabar gembira yang kudengar adalah, "shalatnya di perpustakaan habibie-ainun ya.." rasanya aku ingin berlari saja untuk sampai di sana!

Ketika masuk pertama kali, mataku rasanya tak mau berkedip. Hamparan sajadah, hamparan buku, hamparan sejarah.

Perpustakaan dua tingkat dengan sebuah tangga cantik, foto saat eyang masih menjadi presiden, rentetan penghargaan eyang, miniatur-miniatur pesawat kesukaan eyang, dan pemandangan lepas ke taman hijau sebelah perpustakaan sangat menenangkan dan menyenangkan.

Kudekati satu persatu rak buku eyang, kulihat buku-buku yang pernah dibacanya, beberapa buku yang kubuka adalah buku yang dikirimkan langsung oleh si penulis kepada eyang. Rasanya seperti semua orang menyayangi sosok super cerdas dan bersahaja itu.

Ah perpustakaan itu, aku harus punya ruang baca dan penyimpan buku seindah itu.
Sekitar pukul 16.30 tamu undangan sudah banyak berdatangan, kami berlima ditambah ka Reyra dan teh Dara, diminta membantu menerima tamu undangan di tempat buku tamu. Di sana kami bertemu dari mulai tetangga dekat sekumpulan ibu-ibu pengajian bersama almarhumah Ainun, hingga mereka yang sangat terkenal dan berkali-kali kita lihat di layar kaca. Rangkaian bunga pun selalu berdatangan dan belum berhenti hingga malam menjelang.

Di tengah ramainya buka bersama, shalat maghrib tetap dilaksanakan dengan khusyuk di perpustakaan habibie-ainun, hingga shalat isya, dan tarawih. Betapa tawazunnya kehidupan eyang. Betapa tidak sombongnya eyang, dengan akal cerdas dan segala kebaikan hidup yang Allah limpahkan, dunia ternyata tidak mengalihkannya.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan ramah tamah bersama eyang, kami bersalaman dan mendo'akan segala kebaikan untuk habibie. Tangan keriput eyang membuatku teringat akan sosok almarhum kakek yang paling kusayang, Angku.

Banyak ibrah yang bisa diambil hari itu.
Alhamdulillaahilladzi bini'matihi tatimmushalihaat.

Miruka Angguna
Ahad, 26/06/2016
10.43 am

No comments:

Post a Comment