Powered By Blogger

Tuesday, February 28, 2012

Lagi-lagi tentang Prancis...

Bismillahirahmaanirrahiim.

Mata ini hanya melihat, telinga yang mendengar, dan otak ini yang seperti biasa kembali merekam, segala yang terjadi di televisi kala itu. Mataku masih sensitif terhadap tulisan-tulisan seperti “Paris, Prancis, France, French, Eiffel, Napoleon, Sekuler, dll.”  Ya yang bersangkut paut dengan Negara Prancislah intinya. Sore itu di salah satu televisi, reality show rutinan yang hari itu mengusung judul (kalau tidak salah ingat) “Bingkai Sekuler Di Negri Napoleon”  membuatku terperanjat lebaiii. :D

Langsung stay cool depan tivi, fokus banget deh pokoke. Sekeluarga udah paham juga kayaknya, sampe gak ada yang mau ganggu. Hehehe…  Acara itu terbagi dalam beberapa scene, ada yang silaturrahim ke rumah keluarga muslim di sana, ke masjidnya, juga ke sekolah-sekolah umum. Hanya untuk melihat perkembangan islam di Negara sekuler itu pemirsa. Dan saya tak pernah jengah untuk mengetahuinya. Saya menonton sambil mencatat poin-poin penting saja, jadi mohon maaf apabila ada kekhilafan ingatan. 

Seperti yang sudah sama-sama kita ketahui bahwa di Eropa barat, negara Prancislah yang kuantitas ummat islamnya paling banyak. Patut ditakbiri…. Allahu Akbar! Di kota Auberville, yangmana tempat terbanyak ummat islamnya, yang mayoritas adalah para imigran. Selanjutnya ada Paris, dan Marseille yang juga unggul kuantitas ummat islamnya. Walau di Prancis sendiri, islam bukanlah agama yang terbesar pertama, tapi tak menutup kemungkinan islam menempati posisi pertama di sana suatu hari nanti, aamiin. (Katolik adalah agama termayoritas pertama, kemudian yang kedua barulah Islam.)

Sekuler, itulah Negara Prancis… duniawi nomer satu. :D negara yang menjunjung tinggi kebebasan. Mau beragama, mau tidak  terserah. Mau bermoral mau tidak terserah. Everybody have their choice. :) Pemisahan antara agama dan pemerintahan Negara, mengedepankan hedonisme, et cetera. Mungkin budayanya tidak cocok bagi saya, tapi tempat-tempat wisatanyalah yang sangat membuat saya tergiur untuk bisa menginjakkan kaki di sana pada suatu kesempatan nanti. :)

Pemisahan anatara agama dan pemerintahan di Prancis terjadi awalnya pada tahun 1905. Yaitu pemisahan antara pemerintahan dan gereja. Hingga berlanjut sampai kini. Tak boleh menggunakan simbol agama apapun. Pada tahun 2004, ada pelarangan memakai kerudung. Dan yang paling dikecam adalah pemakaian burqa&niqab yang pelarangannya malah sudah dimasukkan dalam undang-undang pada tahun 2011.

Di Prancis tak ada yang namanya sensus agama, mereka tak peduli. Pun di KTP tak akan dicantumkan ‘Réligion’ atau ‘Agama’. Mengenai tempat ibadah ummat islam/masjid, juga jarang ditemui. Sekalipun ada tak berbentuk bangunan masjid, dari luar hanya terlihat tempat biasa dengan satu pintu kecil, juga tak ada kubah di atas bangunannya. Namun ketika masuk ke dalam, subhanallah… tergelar dengan rapi sajadah-sajadah panjang yang berbaris siap untuk menjadi tempat sujud hamba-hamba Allah. Nama tempatnya juga biasa saja “Association-Socio-Culturel. La Salle De Priére.”  Yang artinya, Asosiasi-budaya -sosial. Ruang ibadah. That’s all :) 

Bapak Rezlah Ishar Jenie, duta besar RI untuk Prancis mengatakan bahwa di sana hanya ada sekitar 200-an masjid. Sedangkan ada 6.000.000 ummat islam di sana, 3.000 di antaranya adalah ummat islam dari Indonesia. Kabar menyedihkan tak berhenti sampai di situ saja, selain yang kita tahu bahwa para muslimah jika ingin sekolah harus membuka kerudungnya, mereka juga tidak diperkenankan beribadah. Para siswa/i di sana tidak diberi waktu khusus untuk beribadah, adzan berjalan, akademikpun juga berjalan tak mau kalah membalapnya. Pelajaran agama hanya diberikan pada tingkat SMP, di tingkat SMA sudah tidak boleh ada lagi. Padahal usia SMA bukankah sedang labil-labilnya? atau kalau bahasa sini mah lagi galau-galaunya… semoga Allah menguatkan sadara/i muslimku di manapun mereka berpijak. Aamiin

No comments:

Post a Comment