Powered By Blogger

Sunday, October 8, 2017

Mabit Al Azhar Bekasi Part II

Bismillah
.
Helo readers!
Mari lanjut materi kedua dari Ust. Tiar Anwar Bachtiar yang semoga senantiasa dalam naungan Rahmat Allah ta'ala. Aamiin..
.
Mengenai Islam - Pancasila - Misteri Hilangnya 7 kata. Ketiganya bertalian erat, utamanya pada poin pertama dalam landasan negara kita, sila kesatu pancasila.
.
Hari ini kita mengenalnya dalam empat kata, "ketuhanan Yang Maha Esa". Aslinya? Ada tujuh kata setelah kata 'Ketuhanan', yang kemudian direvisi secara diam-diam saat sidang PPKI.
.
"Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan hukum Islam bagi pemeluknya," ialah redaksi pertama yang telah disepakati, sebelum terjadinya grasa-grusu kekhawatiran dan pandangan negatif seperti diskriminasi agama, pengebirian hak-hak agama lain, dsb. Padahal, syari'at manakah di dalam Islam yang tidak mengatur ummat manusia secara keseluruhan? Tidak ada, semua lengkap telah diurusi oleh-Nya melalui perantara kitabullah.
.
Menurut pengakuan bung Hatta, ada tiga orang yang mendatanginya dan memohon revisi redaksi pada sila kesatu. Wahid Hasyim (pimpinan NU), Ki Bagus Hadi Kusumo (pimpinan Muhammadiyah), dan panitia sembilan lainnya berhak dan memiliki andil besar dalam pengabulan permohonan tersebut. Negosiasi awal, redaksi diminta hanya bertuliskan, "Ketuhanan" saja, negara Indonesia berlandaskan prinsip Ketuhanan. Namun pertanyaannya Tuhan yang mana?
.
Ki Bagus Hadi Kusumo marah besar atas permohonan perubahan tersebut, sebab penentuan redaksi sila pertama diputuskan dalam waktu yang tidak sebentar. Akhirnya setelah istikharah panjang, beliau mengusulkan penambahan menjadi, "Ketuhanan Yang Maha Esa". Mengedepankan prinsip Tauhid. Pertanyaannya, apakah ketuhanan di sana benar termaknai tauhid kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata? Pada akhirnya tidak, ada berbagai kepercayaan akan Tuhan-tuhan lain yang telah dilegalkan oleh negara.
.
Menariknya, meskipun redaksi Syari'at dihapus di dalam sila kesatu, namun Indonesia banyak menelurkan undang-undang berlandaskan hukum Islam. Kurang lebih ada 14 UU, seperti UU peradilan agama, UU perbankan syari'ah, UU perkawinan, UU zakat, UU wakaf, dsb.
.
Jadi? Tak perlu gentar. Meski redaksi Syariat telah hilang, namun pengadaan hukum Islam masih amat memungkinkan di negara kita. "Ajukanlah undang-undang yang berlandaskan syari'at ke DPR, semua memiliki hak untuk menegakan hukum Islam di muka bumi," tutup ust. Tiar menyemangati.
.
Mabit kami kemudian disela dengan tidur persiapan shalat tahajud bersama ust.Salim bahanan, dan bersambung ke materi ketiga, ba'da shubuh. Bersama al ustadz Adi Hidayat, rahiimahullah..
.
Terjaga! Mata kami terjaga, telinga kami terjaga, seluruh anggota tubuh kami terjaga, fokus menyimak materi yang beliau sampaikan pagi ini. Sekejap kantuk yang hinggap berangsur pergi, mencari waktu lain.
.
Melalui kitab yang disusun oleh beliau dan asatidz lainnya, Al Majmu' (cmiiw), hari ini bliau mengajarkan kami hadits no. 10, yakni tentang bagaimana cara menuntut ilmu sesuai sunnah Rasul.
.
Di masa Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, menuntut ilmu adalah hal yang lumrah terjadi dengan PENUH SEMANGAT. Dari mulai fase mekah, hingga fase madinah. Para alumninya juga biasa disebut alumni madrasah makkiyah, madrasah madaniyyah.
.
Pertanyan mendasar saat kita malas menuntut ilmu, adakah kita sampai merasakan masa seperti pada alumni fase mekah saat menuntut ilmu? Yakni diinterogasi habis-habisan oleh para musuh Rasulullah, hingga sampai dieksekusi mati.
.
Bahkan Arqam bin Abi Arqam diusia ke 17 telah berislam dengan kaffah dan mewakafkan rumahnya agar Rasulullah dapat menjalankan ta'limnya secata sembunyi-sembunyi bersama 40 orang lainnya, para asabiqunal awwalun.
.
Generasi awalan yang ditarbiyah secara langsung oleh Rasulullah amat berhasil kemanapun mereka berpijak, penduduk manapun yang mereka temui dapat merasakan atmosfir Islam dalam jiwa-jiwa mereka. Mush'ab bin Umair misalnya, menjadi gubernur provinsi di Spanyol hingga Islam pun berjaya pada masanya.
.
Menariknya, pada fase madinah, para penuntut ilmu menjadi bertambah-tambah luar biasanya. Akhlaknya mengakar indah dalam keseharian mereka. Hingga keperluan manusia lain lebih diprioritaskan daripada keperluan pribadinya.
.
Sebuah pertanyaan kembali dilontarkan bagi kita para penuntut ilmu hari ini, "adakah nilai Islam telah tergambar jelas dan indah dalam diri kita sehingga orang lain dapat menyaksikan secara langsung keagungan Islam?" *plakkk
.
Cara menuntut ilmu dibagi menjadi dua payung besar:
1. Meluruskan niat, lillah. "Barangsiapa melangkahkan kakinya menuju majelis ilmu, Allah ringankan jalannya menuju surga." Syaratnya, pastikan setiap langkah adalah Lillah!
2. Berusaha mencari guru yang baik dan tepat; memiliki kredibilitas yang baik antara ilmu dan amal; kapasitas keilmuannya mumpuni, minimal sesuai bidangnya.
.
Ditambah dengan, memetakan jadwal & prioritas materi pelajaran. Permisalannya, hari senin belajar Akidah, selasa Fikih, rabu Tafsir, kamis Konsultasi, dst. "Adalah nabi shalallahu 'alaihi wassalam membatasi jadwal ta'limnya agar ummat tidak jenuh dengan materinya" (HR. Al bukhori)
.
Materi masih bersambung, sebab ustadz Adi Hidayat rutin ta'lim di masjid Al Azhar Bekasi. Sila merapat, materinya masih di Bab yang sama, tentang menuntut ilmu :)
.
Semoga Allah senantiasa beri kekuatan, agar hati, pikiran, dan langkah kita selalu bersemangat dan bersegera! menuntut ilmu di manapun berada. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.
.
Al haqqum mirabbik falaa takunanna minal mumtariin. Subhanaka allahumma wabihamdika, asyhadu alaa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilayk.
.
Malam, ahad, masih di ruang keluarga, menuju ruang makan.
(MA)

No comments:

Post a Comment