Powered By Blogger

Monday, May 14, 2012

Sepotong Episode

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Minggu lalu.. tepatnya pada tanggal 04 – 06 mei 2012, saya menghabiskan waktu bersama keluarga baru saya di Bumi Perkemahan Cibubur alias Buperta Cibubur. Eits.. tunggu dulu, ‘keluarga baru’nya dikasih tanda kutip ya, soalnya bukan dalam artian yang sebenarnya. Heheh

Saya terlibat dalam kegiatan yang diadakan pemerintah untuk para penerima program bantuan pendidikan Bidik Misi 2011. Kami semua (sebanyak 550 orang) diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Kampung Bidik Misi 2011. Walau pada hari H nya yang hadir hanya sekitar 400 orang. Wow tapi kebayang dong, 400 orang! Bukan jumlah yang sedikit. Nah, saking banyaknya jumlah kami, maka dari itu para panitia membagi kami menjadi 48 keluarga. Dengan menggunakan sistem otonomi, kami terbagi menjadi 2 kampung, yaitu kampung Bidik dan Kampung Misi. Selanjutnya dibagi lagi menjadi 16 RT. Setiap satu RT terdiri atas tiga keluarga. Kemudian naik ke tingkat RW yang mana terdapat 4 RW, setiap satu RW terdapat delapan RT. Sampai ke tingkat kelurahan, kecamatan, gubernur, dan presiden. Pusing?? Bingung?? Atau lieur??? Apalagi saya. Hehehe 

Jelasnya, saya termasuk ke dalam keluarga 26, Kampung Misi, RT 13, RW 07. Dan saya merasa sangat bahagia bisa termasuk di dalamnya. Saya yakin benar bahwa Allah memang telah mengatur serapi mungkin alur pertemanan baru ini. Dalam keluarga 26, saya mempunyai saudara-saudari baru, mereka adalah Nadia, Lingga, Rifki, dan Iyus.

Betapa senangnya saya dapat mengenal mereka, berbagi cerita, berbagi pengalaman, saling mengenal satu sama lain. Betapa senang saya bisa melihat banyak budaya baru selain budaya di ranah bahasa alias fakultas saya, FBS. Budayanya Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), dan Fakultas Matematika&IPA (FMIPA). Banyak yang saya pelajari dari mereka, dari setiap cerita mereka. 
Banyak hal yang perhatikan selama bersama mereka, terlihat siapa yang pandai memimpin, siapa yang pandai memasak, bisa bekerja keras, mandiri, bergantung, rajin, tekun, dll. Termasuk saya, mengukur diri ini yang ternyata dalam hal masak-memasak emang ngga mahir, lebih tepatnya ‘belum’ mahir, kayaknya harus meminjam banyak waktu ibu untuk mengajari anak wanitanya ini agar PANDAI memasak seperti neng Lingga. :) hehe. Lingga adalah teman sefakultas saya –ternyata- dan saya baru mengenalnya. Karena do’i sering ikut jambore, wih kelihatan deh kalau Lingga ini memang sudah pandai menyesuaikan diri untuk hidup di alam bebas.

Ada juga yang jago dalam hal infrastruktur, so pasti ini biasanya urusan lelaki. Nah masalah infrastruktur ini boleh deh kita kasih tepuk tangan buat Rifki dari FIK, wong Jowo yang satu ini getooool banget ngebangun tenda, bikin parit, dsb. Dia adalah keluarga kami yang paling terlihat sehat dan tidak mubazir alias banyak makannya… 

Satu pria lagi namanya Yusup dari FMIPA, cukup panggil dia Iyus. Yang ini kepala keluarga kami, saya belum terlalu banyak mengenalnya karena pada hari pertama Yus datang terlambat. Sedangkan cukup banyak waktu yang telah saya lalui bersama anggota keluarga saya yang lain. Tapi yang saya lihat, Yus mempunyai karakter pemimpin. Dari awal sebelum keberangkatan dia banyak membantu manajemen kelompok kami.

Terakhir, ada lagi satu perempuan yang cukup membuat saya sering tersenyum geli, karakternya yang ceria, ceroboh, dan supeeer senang berbicara ternyata memang ampuh untuk mencairkan suasana. Nadia namanya, dari FIS. Ketika ia memanggil saya dengan sebutan ‘bunda’ saya yakin benar bahwa karakternya memang asli childish. Tapi ketika kami berbincang mengenal satu sama lain, saya hampir tak percaya bahwa Nadia ternyata anak pertama dari empat bersaudara. Hehe 

Di sana saya tidak banyak berkumpul dengan keluarga saya sendiri. Karena saya yang harus bekerja di sana. Pada setiap satu keluarga, harus ada satu orang yang menjadi pegawai desa. Di sana ada pegawai infrastruktur, pegawai pasar, dan pegawai kegiatan masyarakat. Saya sendiri tergabung dalam komunitas kegiatan masyarakat, dan atas pekerjaan itu kami diberi gaji untuk mencukupi kehidupan keluarga kami masing-masing selama tiga hari di Buperta Cibubur. Tapi jangan harap uangnya bisa dipakai belanja ke pasar Jatinegara, karena uangnya hanya laku khusus di pasar Bidik Misi. Wong uangnya uang mainan. 

Masih banyak lagi saudara-saudari baru yang saya dapat di sana. Khususnya dalam RT 13, RT 13 adalah gabungan dari keluarga 26, 34, dan 47. Namun sayangnya saya merasa bahwa keluarga saya hanya dekat dengan keluarga 47, mungkin salah satu faktornya adalah jarak tenda bivak keluarga kami yang cukup dekat dengan mereka. Yang saya tahu di keluarga 47 ada Unun (FIS), Uji (FIS), Ana (FMIPA), Anjar (FIS), Made (FT), Dodi (FIS), dan Imron (FIS). Kami sering bercanda, berbincang dan makan bersama. Bahkan saking intensnya, saya tidak lagi memandang mereka sebagai keluarga 47, melainkan seperti keluarga sendiri.

Betapa bahagianya saya dapat mengenal mereka, membuka wawasan saya akan karakter baru, budaya baru, dan pengalaman-pengalaman baru. Kalau sudah begini, bagaimana mungkin saya dapat melupakan mereka? Saya yakin tak ada caranya, karena mereka sudah menorehkan hal-hal berharga dalam memori saya, yang semoga akan selalu tersimpan.

Kawan.. kita bertemu bukan untuk kemudian berpisah, kita menjadi keluarga bukan hanya untuk sebuah label sementara, kita mengenal bukan hanya untuk tiga hari saja. Semoga ikatan persaudaraan ini tak terlupakan dengan mudahnya. Sukses kawan! sampai berjumpa kembali. 


No comments:

Post a Comment