Powered By Blogger

Sunday, January 13, 2013

Tangisannya, tangisan kami

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Hidup bisa jadi berubah secepat kilat, tapi juga bisa selambat jalannya ulat. Hari ini, kembali lagi kusaksikan, seorang manusia penuh canda, tawa, bijak dan tegas. Berubah menjadi seseorang yang lemah, hampa, tak berdaya. Ia adalah pamanku, kakak dari ayah. Sakit, menyebabkan senyum lebarnya menjadi hampir tak ada sama sekali, pipinya menjadi tirus, bentuk tulangnya makin kentara. Innalillah..

Melihat ayah menangis tadi, aku tau betul itu bukan hal yang sering terjadi, maka aku tau pasti yang ayah tangisi adalah orang yang berharga dalam hidupnya. Kakak, ibu, juga menitikkan air matanya. Kami menangis. Sakitnya dapat kami rasa, rintihannya juga menjadi rintihan kami, hati kami. Rabbi... Ampuni beliau... Ampuni beliau, ampuni ayah, ibu, kakak, juga hamba... Aamiin.

Ketika penyakit menyerangnya tanpa alasan
Ketika nafasnya sulit untuk dihembuskan
Ketika sakit bertubi-tubi ia rasakan
Ketika jiwanya merespon dengan tangisan
Ketika ia merasa tak ingin merepotkan
Hamba melihat itu, hari ini
Melihat pada orang yang hamba dan keluarga hamba sayangi
Rabbi...
Melihatnya merintih
Seketika kami meringis
Seakan merasa
Itu pasti sakit, sangat sakit
Yaa Rabb...
Selesaikan sakitnya
Hentikan rintihannya
Ampuni dosanya


Laa hawla.. wa laa quwwata illa billah..

No comments:

Post a Comment