Powered By Blogger

Wednesday, November 16, 2016

Jalan Cinta Pejuang SYAHADAT

-- Pada hakikatnya, cinta pertama seorang anak perempuan dalam hidupnya adalah kepada lelaki terbaik ciptaan Allah bernama Ayah, dan patah hati pertamanya kepada seorang lelaki pun tersebab ketiadaan seorang ayah di sisinya. --

Alkisah hiduplah seorang ayah yang telah menderita sakit sejak beberapa waktu silam, namun ia tak ingin berputus asa terhadap pertolongan Allah. Ia senantiasa membalut penyakitnya dengan berlembar-lembar do`a, ikhtiar, dan tawakal.


Hingga pada suatu masa ayah berkata bahwa Allah ingin melakukan pertemuan abadi dengannya. Ayah akan dijemput dalam keadaan sakit oleh malaikat yang kita kenal akrab dengan panggilan Izrail. Ayah langsung berpamitan untuk selamanya kepada anak dan istri meminta keikhlasan.


Ayah pergi menutup perjumpaan dengan berjuang mengucap kalimat paling indah di dunia, ya lafadz Syahadat. Persis seperti saat ayah memperjuangkan Syahadat kala Allah bimbing qalbunya untuk berislam dalam sebuah masjid tua di kawasan Jakarta, kota kelahirannya.


Pada malam keberangkatan, ayah mengalami sakit perut luar biasa daripada sebelumnya. Tak pernah terdengar oleh istri maupun anaknya keluhan tak tertahan sesakit malam itu.

Sang anak kemudian memohon kepada Allah agar ayah digolongkan dalam orang-orang yang husnul khatimah, syahid. Ia kembali teringat akan sebuah hadits yang pernah dibacanya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyebutkan,

"Orang yang mati syahid – selain yang terbunuh di jalan Allah – ada tujuh, yakni mati karena penyakit Tha’un, syahid, mati karena tenggelam, syahid, mati karena sakit tulang rusuk, syahid, mati karena sakit di dalam perut, syahid, mati karena terbakar, syahid, mati karena tertimpa bangunan (benturan keras), syahid, dan wanita yang mati karena mengandung (atau melahirkan), syahid.”
(HR. Abu Dawud 3111, dishahihkan al-Albani).

Meski hati tersayat, namun iman harus tetap menyala, bahwa di tengah sakit luar biasanya hanya ada Allah yang harus terus diingat. Proses talqin pun mulai berjalan bersama Nana, anak perempuannya.


Terbayanglah dibenak Nana hari itu perkataan milik Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dari Wailah bin al-Asqa, bahwa :

"Talqinilah orang yang hendak meninggal dengan Laa Ilaha Illallah dan berilah berita gembira tentang surga, sesungguhnya orang mulia, baik dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan di dalam menghadapi kematian dan mengalami ujian.
Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada saat kematian, dan melihat malaikat kematian lebih berat dari pada penggalan pedang 1000 kali”.
(HR. Abu Naim).


Seorang guru agama Nana pun pernah bercerita, ternyata tawaran iblis saat sakaratul maut seorang manusia begitu menggoda!


-----
"Ketika manusia sedang menghadapi sakaratul maut, salah satu kesulitan atau kesakitan yang dihadapi adalah rasa haus yang tidak tertahankan sehingga seolah-olah membakar hati. Rasa haus itu terasa begitu kuat, hingga tidak mungkin bisa hilang meski meminum banyak air.
...
Dalam keadaan seperti inilah biasanya setan datang membawa minuman yang tampak sangat menggoda dan menyegarkan, khususnya terhadap kaum mukminin yang keimanannya sangat kuat. Sungguh mereka (para setan) itu sangat tidak rela jika seseorang itu meninggal dengan memperoleh keridhoan Allah."

-----


Ayah, dan di sinilah perjuangan mengucap lafadz syahadat sebelum keberangkatannya pun dimulai.

---
"Yah, ayo yah dengerin aku ya, jangan ambil tawaran gelas apapun. Asyhadu..ala..ilaaha..", Nana terisak membuka prosesnya.

"...i...ila..ilallaaah...", lanjut ayah meringis menahan sakit perut luar biasa.

"Hebat..! Ayah hebat! lanjut ya yah, ayah jangan dengerin perkataan selainku pokoknya. Wa asyhadu anna...", ucap Nana sambil menahan tangisnya.

"...muh..muhammad..muhammadur..rasulullah..", sambung ayah penuh ikhtiar, menahan rasa sakit namun juga ingin berjuang hingga akhir menyempurnakan syahadatnya.
Allahu ya Rabb.


Keberangkatannya tinggal sedikit lagi, ayah terus memanggil-manggil Allah jelang keberangkatannya, seolah merindu ingin segera berjumpa. Tak lama ayah mengakhiri dengan satu tarikan nafas mengucap allahumma shalli 'alaa muhammad.

Seketika jiwanya mulai tenang, sakitnya telah hilang, ayah benar-benar sembuh. Matanya melihat ke sekeliling atas-kanan-kirinya, seakan sosok besar malaikat Izrail benar telah datang menjemput.


Satu tarikan nafas, lalu diikuti nafas kedua, dan.. selesai. Itulah nafas terakhir ayah di dunia. Ayah pergi memenuhi panggilan Allah, Tuhan Seluruh Alam Yang Paling ia cinta.

Ayah, izinkan kami mengingat akhiranmu sebagai Pejuang syahadat.


.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu.
Sufyan berkata, “Sesungguhnya setan menangis keras atas kematian orang yang beriman karena gagal menggodanya di dunia”.


Innalillahi wa inna ilaihi raaji`un.
Kami titipkan engkau ayah kepada Allah, yang kepadaNya tiada satu makhluk pun yang terlantar.


InsyaAllah kematian selalu jadi pelajaran dan pengingat terbaik..


Peristiwa jum'at Baiti jannatii 11/11/2016. Love you as always, dad. See you in jannah.

No comments:

Post a Comment