Powered By Blogger

Monday, April 1, 2013

Jurnal Ilmiah Linguistique III

Ragam Bahasa yang Ada Pada Siswa-Siswi Kelas Sebelas (XI) di SMAN 2 Cibinong


Milka Anggun
Universitas Negeri Jakarta

Abstrait
Walija (1996) a dit que la langue c’est le moyen de la communication le plus efficace, parce qu’on peut partager notre opinion, notre idée, notre but, notre message, et aussi nos sentiments à l’autre personne. Ce journal a l’objectif pour savoir quel registre de langue que la majorité des lycéens de XIème classe de SMAN 2 Cibinong utilisent. En général, à l’école, ils se parlent souvent entre eux. C’est pour cela qu’ils utilisent toujours le registre familier quand ils se parlent. Puis qu’ils sont encore jeunes, donc ils ont beaucoup de nouveaux mots qu’ils ont fait par eux-même, où bien qu’ils ont entendu à la radio, qu’ils ont regardé à la télévision, et qu’ils ont vu aux sites d’internets. Il est essentiel qu’ils doivent utiliser le registre de langue basée sur la situation, l’interlocuteur, et le thème de la parole.



PENDAHULUAN

SMAN 2 Cibinong terletak di jalan Karadenan, pada kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor. Awalnya sekolah ini merupakan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional, namun seiring perubahan ketetapan pemerintah, sekolah ini kembali menjadi Sekolah Menengah Atas pada umumnya. Tentu saja siswa-siswi di sekolah ini terdiri dari murid kelas sepuluh (X), kelas sebelas (XI), dan kelas duabelas (XII).
            Peneliti merupakan lulusan dari SMAN 2 Cibinong, dan sampai hari ini peneliti masih aktif berinteraksi dengan siswa-siswi di sekolah tersebut, khususnya dengan kelas sebelas (XI). Karena kebutuhan mereka pada ekstrakurikuler, maka peneliti pun harus membantu setiap satu minggu sekali. Dari sanalah peneliti mengamati Ragam bahasa yang digunakan oleh para siswa-siswi SMAN 2 Cibinong kelas sebelas (XI) baik yang berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan alam (IPA), maupun jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
            Rata-rata usia siswa-siswi kelas sebelas (XI) SMAN 2 Cibinong adalah 16 tahun, dengan rata-rata tahun kelahiran 1995. Tentu mereka masih tergolong muda, yaitu Remaja. Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh, yaitu tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence memiliki makna yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock, 1992).
            Dalam bagian emosional sosial, bisa kita pastikan remaja sedang sangat senang-senangnya berkumpul dengan kawan-kawan seusianya. Berbincang bersama, bermain, belajar, memecahkan masalah bersama. Dalam hal ini, perbincangan yang dilakukan para remaja tentu berbeda bahasa yang digunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita mengenal apa itu yang disebut dengan Ragam bahasa. Pemakaiannya harus disesuaikan dengan siapa (penutur dan lawan tutur), di mana (situasi), dan apa (topik) kita bicara. Bagaimana pelafalan kata yang harus diucapkan, pemilihan kata yang harus digunakan, dsb. Ragam bahasa dalam kamus linguistik Kridalaksana disebut juga sebagai Register.
            Bahasa tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kedinamisan ragam bahasa merupakan sesuatu yang simultan dengan kedinamisan masyarakat pemakai bahasa itu sendiri.
            Dikarenakan bahasa bersifat dinamis, maka terjadi perubahan-perubahan dalam pamakaian bahasa. Terutama dalam hal penambahan kosa kata dan juga aspek-aspek lain dari bahasa. Sering orang beranggapan bahwa kata-kata baru yang muncul sebenarnya merupakan kata yang telah ada tetapi dimunculkan lagi.
            Pemunculan kata tersebut sering mengalami perubahan, baik yang berhubungan dengan ejaannya, maknanya, maupun pemakaian kata tersebut dalam sebuah konteks kalimat. Semua terjadi karena pemakai bahasa itu sendiri.
            Contoh yang paling hangat adalah bahasa gaul yang sering didengar dilayar kaca, disimak diradio, maupun dilihat di jejaring sosial. Banyak bahasa baru yang merupakan buatan dari para pemakai bahasa. Dan kebanyakan dari mereka adalah remaja.


1. SITUASI RAGAM BAHASA KELAS SEBELAS (XI) SMAN 2 CIBINONG

Dalam Ragam bahasa kita tentu mengenal tiga pembagiannya, yaitu Ragam bahasa soutenu,  Ragam bahasa courant, dan Ragam bahasa familier. Ragam bahasa soutenu adalah Ragam bahasa yang digunakan pada situasi yang formal, misalnya dalam pembacaan pidato. Pilihan kata pun harus diperhatikan, sesuai dengan situasi formal tersebut. Sedang Ragam bahasa courant, adalah ragam bahasa biasa digunakan dalam lingkup profesi. Dan Ragam bahasa familier adalah ragam bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari antara teman sepermainan misalnya.
            Siswa-siswi kelas sebelas (XI) di SMAN 2 Cibinong cenderung menggunakan ragam bahasa familier, tentu saja karena situasinya informal saat berbincang bersama teman-temannya. Kalau di negara Prancis anak mudanya menggunakan verlan, di negara Indonesia pun ada juga hal serupa. Penggunaan kata-kata yang dibuat oleh anak-anak muda, baik kata tersebut dibalik, atau bahkan disingkat.
            Ada kalanya penggunakan kata-kata yang bisa disebut dengan ‘bahasa gaul’ itu dibuat langsung oleh siswa-siswi kelas sebelas ini, namun tidak jarang mereka juga menggunakan bahasa gaul yang sering muncul di layar kaca, jejaring sosial, dsb. Bagi siswa-siswi kelas sebelas SMAN 2 Cibinong, bahasa gaul adalah bahasa yang keren dan sering dipergunakan ketika berbincang dengan kawan-kawan sepermainan.
            Berikut disajikan beberapa cuplikan dialog antar siswi kelas sebelas SMAN 2 Cibinong.
(1)A:  “Rencananya nanti siang kita mau pergi kemana nih?”
B: “Belum tau sih, ke Botany aja gimana?”
C: “Ngga deh...”
A dan B: “Yah dia mah... Ayolah JbJb...”
JbJb pada cuplikan dialog tadi diartikan sebagai Join Bareng-Bareng. Maksudnya Ikut pergi bersama-sama, ini merupakan bentuk abreviasi buatan dari para remaja.

(2) A: “Kemaren di Botany jalan sama siapa B? ?”
B: “Mau tau banget? ? “
A: “Abisnya cowok sih... ”
B: “KEPO deh... Itu adik gue”
A: “Oalah...”

KEPO pada cuplikan dialog tersebut adalah abreviasi dari Know Every Particular Object, yang juga dapat diartikan ‘Ingin tahu urusan orang lain’.


2. PENGUMPULAN DATA

Dikarenakan peneliti sering berkunjung ke SMAN 2 Cibinong dan berinteraksi dengan siswa-siswi kelas sebelas (XI), tentu  peneliti pun sudah sering mengamati ragam bahasa yang ada pada murid kelas sebelas di sana. Hanya saja peneliti tidak pernah menganalisis percakapan para siswa-siswi kelas sebelas (XI) tersebut.
            Berbagai bentuk tuturan dicatat langsung, peneliti berbincang langsung dengan para siswa-siswi kelas sebelas (XI) tanpa memberi tahu maksud dan tujuan yang peneliti bawa agar percakapan terasa lebih alamiah.
            Kemudian dibuatlah susunan kata-kata yang terdengar asing, lalu peneliti menanyakan makna dari berbagai abreviasi yang dipergunakan selama berbincang kepada siswi-siswi kelas sebelas (XI).
            Selanjutnya peneliti membuat susunan percakapan yang sudah peneliti catat saat berbincang bersama siswi-siswi kelas sebelas (XI) tersebut.


3. PEMBAHASAN

Penggunaan kata-kata informal dalam perbincangan para siswi  kelas sebelas (XI) dalam cuplikan dialog yang telah peneliti cantumkan merupakan bukti nyata bahwa siswi kelas sebelas (XI) SMAN 2 Cibinong menggunakan ragam bahasa familier karena pemakaiannya dalam situasi informal, yaitu percakapan antara teman sebaya dan terdapat pula abreviasi yang merupakan semacam bahasa gaul dalam anggapan mereka. Seperti dalam pendahuluan KBBI, yang menjelaskan bahwa ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian.
            Pemakaiannya harus disesuaikan dengan siapa (penutur dan lawan tutur), di mana (situasi), dan apa (topik) kita bicara. Bagaimana pelafalan kata yang harus diucapkan, pemilihan kata yang harus digunakan, dsb. Adapula pendapat menurut Bachman (1990), ia mengatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
            Sedangkan Dendy Sugono (1999) berbicara bahwa ragam bahasa adalah dalam situasi resmi seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
            Kemudian Fishman Ed (1968) mengatakan bahwa suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosa kata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat. Yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi) pembicaraan, pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
            Menurut Ira Maya dalam artikelnya, perbedaan nahasa dari segi pemakaianlah yang menyebabkan timbulnya ragam bahasa.
            Dalam kamus linguistik karangan Kridalaksana dikatakan bahwa ragam bahasa disebut juga sebagai register (register, manner of discourse).
            Ragam bahasa disesuaikan dengan situasi pemakaiannya juga didukung oleh pernyataan Chaedar, ia mengatakan bahwa ragam bahasa dapat dipakai bergantung pada tingkat keformalan atau tidak. Santai atau tidak, dan intim atau tidak.
            Hal tersebut juga mendapat dukungan dari Halliday, ia berkata bahwa register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang biasanya melibatkan banyak orang.
            Dengan ini dapat disimpulkan bahwa, register atau ragam bahasa adalah tergantung pada siapa (penutur dan lawan tutur), di mana (situasi), dan apa (topik) kita bicara. Bagaimana pelafalan kata yang harus diucapkan, pemilihan kata yang harus digunakan, dsb.


 4. KESIMPULAN

Dalam ragam bahasa, siswa-siswi kelas sebelas (XI) SMAN 2 Cibinong tentu saja cenderung menggunakan raham bahasa familier dilihat dari usia mereka yang masih dalam lingkup usia remaja. Ragam bahasa yang digunakan tentu tidak baku dan dalam situasi yang tidak formal/informal.
            Pemakaian ragam bahasa familier memang sangat sesuai karena mereka berbincang dengan teman sebayanya, yaitu antar kelas sebelas (XI). Topik yang dibicarakan pun seputar kehidupan sehari-hari para remaja saja, maka dari itu seringkali mereka menggunakan kata-kata baru atau disebut juga sebagai bahasa gaul dalam anggapan mereka.
            Selama siswa-siswi kelas sebelas (XI) SMAN 2 Cibinong hanya menggunakan ragam bahasa familier antar sesama mereka, peneliti tidak melihat ada masalah yang akan timbul dikarenakan kesesuaian dengan siapa mereka berbicara, topik yang mereka bicarakan , dan mereka berbicara dalam situasi yang informal.


5. DAFTAR PUSTAKA

Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pateda, Mansoer. 1987. SOSIOLINGUISTIK. Bandung: ANGKASA BANDUNG.

No comments:

Post a Comment