Powered By Blogger

Thursday, September 1, 2011

Akhirnya, jazirah Islam di ranah Perancis :')

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Bonjour mes amis rahimakumullah! Comment ça va? 

                Masih ingat acara Jazirah Islam yang ada di trans 7, yang sempat kubahas tentang Jerman kemarin? Alhamdulillah kalau ada yang sudah baca dan masih ingat  Tepat tanggal 29 Ramadhan 1432 H kemarin, hari senin ba’da shubuh  acara itu tayang kembali dengan judul baru nan berbeda. Setelah acara Musafir  biasanya aku dan kakakku tetap stay tuned menonton Jazirah Islam, kala itu aku sedang meminta kakakku untuk memijit bahu yang terasa kaku. Dan hampir tertidur #ke-enakan# Seketika itu pula acaranya dimulai, mata yang masih 10 watt ini menatap layar kaca penuh harap. Berharap Negara ‘itu’ yang diliput.

                Opening acara dimulai, backsound kali ini sangat khas, lantunan alat musik accordion mengiringi opening acara tersebut. Seketika itu pula ada gambar yang menjadi ‘simbol’ dari Negara yang kutunggu-tunggu ‘itu’. Ya!  La tour Eiffel (Menara Eiffel). Mataku langsung mengerjap2 dan buru-buru membesarkan volume. “Un, Perancis, un Perancis!” ucapku pada kakak perempuanku, kakak satu-satunya. Dan ia hanya bicara, “Akhirnyaaaa…” (ternyata tanggal 30 ramadhan juga Jazirah Islam di ranah Perancis, berjudul ‘Islam di Pusat Peradaban Eropa.’)








Ta’aruf dulu nyok…

                Agama Islam di negara Perancis pertama kali dibawa oleh para imigran, dari Afrika utara pada tahun 1960 & 1970-an. Negara-negara di Afrika utara itu adalah Negara yang pernah menjadi  jajahan Negara Perancis, seperti: Aljazair, Tunisia, dan Maroko. Komunitas Muslim di Perancis merupakan komunitas terbesar di Eropa Barat, paling banyak dibanding Jerman, Inggris, Spanyol, apalagi Belanda. Walaupun hanya 7 juta muslim dari 62 juta jiwa, tapi agama Islam adalah agama terbesar kedua di sana. Kota yang terbanyak umat muslimnya adalah Paris (baca: Pari), kemudian Marseille (baca: Marsey) yang mana kota kelahirannya kang Zinedine Zidane.

Naah lanjuut…

Digambar menara Eiffel itu tertulis judul hari ini, “Ada apa dengan burqa…?” Aku langsung dapat menangkap maksudnya, ya tentu saja itu yang dibahas, memang itu yang paling sering  menjadi hotnews. Acara kali ini membahas komunitas Muslim di Perancis yang mengenakan Simbol Agama di Negara sekuler itu.

                Di Negara Perancis memang mengharamkan pemakaian simbol keagamaan. Baik itu salib untuk nasrani, topi yarmulke untuk yahudi, maupun burqa/niqab untuk agama Islam. Apalagi untuk burqa terdapat undang-undang pelarangan memakainya (baru saja keluar pada bulan April, 2011). Lalu bagaimana dengan hijab? Sejauh ini tidak ada undang-undang pelarangan mengenakan hijab, Alhamdulillah, Aamiin… tapi tetap saja terjadi diskriminasi yang sangat kentara pada akhwat fillah yang berjuang menutup auratnya di Negara Napoléon Bonaparte itu. Apa bedanya Burqa, Niqab, dan Hijab?











Sesuai yang ada digambar:

Burqa itu pakaian yang benar-benar menutupi seluruh tubuh, tak ada satupun bagian tubuh yang terlihat. Tapi khusus dibagian mata, kain didesain seperti jaring agar pemakainya tetap bisa melihat dunia luar.

Kalau Niqab, merupakan nama lain dari cadar. Sehelai kain yang biasanya menutupi mulai dari bawah mata hingga ke leher, biasanya. Jadi mata masih bebas melihat..

Terakhir adalah yang paling banyak dikenakan diseantero jagat raya... hijab. Hijab adalah jilbab biasa yang menutup aurat para akhwat, yang Allah SWT perintahkan harus sampai menutupi dada.

Subhanallah… berhijab bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Sang Maha Pencipta Yang Memerintahkan kita untuk mengenakannya.  Allah Menjaga aurat para kaum hawa…

                Jauh berbeda dengan paradigma berhijab di Perancis. Mereka mengira bahwa para kaum hawa yang menutup auratnya adalah kuno, hidup terkungkung suami, hidup atas keterpaksaaan perintah para orang tua. Ah non, Tu est erreur… Ah tidak, kalian salah menafsirkan. Dengan hijab, para kaum hawa bukan terkungkung melainkan terjaga, lebih tepatnya.

                Tidak, tak ada yang merasa terkungkung dengan hijab ini, kalianlah yang mengungkung kami dengan membatasi aktivitas kami. Toleransi kami tunjukkan atas penampilan dan gaya hidup kalian, tapi tidak dengan kalian. Yang justru mengatur penampilan dan tidak suka terhadap gaya hidup kami…

Suka duka para burqaers, niqabers, dan hijabers di sana…

                Sang pembawa acara itu (sekarang aku sudah tau namanya  kak Dini Fitria) bertemu dengan salah seorang wanita berkebangsaan Perancis, seorang akhwat fillah bernama Karimah yang ber-burqa, ia mengakui bahwa hidupnya sangat dimusuhi. Ketika ia keluar rumah dan bertemu polisi, ia langsung digiring ke kantor polisi dan harus membuka burqanya (di depan polisi wanita), diminta kartu identitasnya, dan membayar denda. Ya, tentu saja… Sekarang ia hidup melanggar undang-undang (pelarangan memakai burqa), jadi kalaupun ia ditangkap polisi, ia tak bisa membela diri. Mirisnya ketika Karima mempunyai keperluan untuk keluar rumah, ia berjalan layaknya buronan, karena ia harus terus melihat ke sekeliling, ke kanan&kiri… berjaga takut ada polisi. Ketika ada sanak keluarga yang sakit, ia bahkan tak bisa menjenguknya, dan kalaupun dirinya sendiri yang sakit, tak bisa berobat ke rumah sakit. Ditolak. Masya Allah… Ia juga tak bisa melamar pekerjaan di tempat manapun karena burqanya, namun ia tak kehabisan akal… Karima menyambung hidup dengan membuka les privat sambil  berwirausaha.

 Lalu mengapa ia tak membuka ‘burqanya’ saja agar dapat hidup bebas tanpa melanggar undang-undang? 

Karima pun mengaku sangat sulit untuk melepas burqanya ketika berada di luar rumah, karena tanpa burqa saat keluar rumah ia merasa tidak nyaman. Sangat. Ia benar-benar ingin istiqomah dalam burqanya, “Aku mengenakan ini bukan untuk siapa pun, bukan untuk orang lain. Tapi untuk Allah,karena Allah, karena aku mencintai-Nya…” aku Karima. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa bentuk rasa cinta sang ciptaan kepada Sang Maha Pencipta memang berbeda-beda…

                Well, para pengguna burqa memang sangat dimusuhi di sana, karena penampilannya memang terlalu ekstrim untuk sebuah Negara sekuler. Bahkan pernah ada berita, seorang ibu-ibu di Perancis menarik burqa salah seorang akhwat fillah yang juga sedang berbelanja di pasar yang sama, karena ibu-ibu itu sangat tidak nyaman atas keberadaan wanita ber-burqa tersebut. (FYI: Kini di Perancis terdapat 2.000 pengguna burqa.)

Lalu untuk hijab… memang tidak ada undang-undang khusus yang melarang pemakaiannya, tapi seperti yang tadi kusampaikan, diskriminasi sangat kentara. Ketika para hijabers melamar pekerjaan, mereka akan ditolak tanpa alasan, selalu. Jika mereka tetap ingin bekerja, ada syarat yang harus dipenuhi, bukalah hijabmu. Ketika para hijabers muda ingin menuntut ilmu, ingin sekolah, alasan yang sama juga terjadi. Keluar dari sekolah dan tak boleh mengenyam pendidikan atau lepas hijabmu, baru kau boleh belajar. Astaghfirullah…

Tapi bagi mereka mau tidak mau… ikuti peraturan yang ada demi bertahan hidup,demi menuntut ilmu. Ada salah seorang akhwat fillah berkebangsaan Perancis yang membuka hijabnya (hanya ketika ia bekerja) demi menyambung hidup. Prihatin melihatnya… Namun pemirsa, jauh dilubuk hatinya suatu saat nanti ia mempunyai harapan yang mulia… Ia bercerita bahwa ia ingin sekali berhenti bekerja dan istiqomah dalam hijabnya. Lalu apa solusinya?  Menikah. Sebab selepas menikah nanti, ia akan tinggal di rumah dan bebas mengenakan hijabnya, karena nanti suaminyalah yang akan bekerja mencari nafkah. Aamiin…

Yaa Rabb, Maha Suci Engkau. Aku bergidik melihat perjuangan mereka…. Ada rasa ingin bertemu,berbagi pengalaman,ilmu,mau pun semangat dengan mereka. Mereka yang berjuang melebihi rata-rata. Menjalankan perintahMu diranah sekuler, ranah minoritas islam. Sudah sewajibnya kita mengambil ibrah dari kisah ini…

Oh Indonesia, yang kaum muslimnya mayoritas sedunia. Bukankah seharusnya lebih semangat dalam beribadah, karena kita bebas, kita merdeka, tak ada undang-undang yang melarang kita untuk menegakkan syari’atnya. Shalat di mana pun bisa, tak seperti mereka yang sulit mencari tempat. Masjid di Indonesia melimpah ruah, tak seperti mereka yang justru membutuhkan lebih banyak masjid lagi.  Ya, 7 juta umat muslim, dengan kurang lebih 1.600 masjid yang tersedia. Apalagi yang masih menghalangi niat ini untuk lebih dalam beribadah kepadaNya? Astaghfirullah...

                Haaaah… tariiik nafaaaaas, buaaaaaaaaaang ~ Masalah hijab tidak akan pernah dan tidak boleh -lagi- melemahkan niatku untuk tetap menginjak ranah sekuler tersebut. Kalau begitu aku ke sana hanya untuk jalan-jalan dan menjajaki masjid-masjid yang ada di sana saja  Kalau untuk bekerja… dengan menggunakan hijab…? Rasanya sulit, tapi… Jadi kakak mentor saja di sana kan bisa. Sekalian  berbagi ilmu dengan kaum minoritas muslimah di sana… ya ga? ya ga? ya ga? Aamiin. Mimpi, impian, harapan, keinginan boleh kaaan. 

Akhwat fillah rahiimakumullah en France, Je t’aime… Oui Je t’aime parce qu’Allah. Fait le meilleur, continu, Allah est toujours pour toi. Aamiin…

Au revoir!

Merci beaucoup pour votre attention ;)

7 comments:

  1. di perancis ditolak, gampang pindah aja ke negeri muslim terdekat.

    ReplyDelete
  2. bisa..bisa.. depend on that person :)

    ReplyDelete
  3. waah laporannya lengkap amat hehe...Kami sempat menemani Dini liputan di sini, dan nginep juga di rmh kami. Kalau liat liputannya yg di Paris sebagian muslim agak ngeri ya, tapi saya selalu ingat kata Si Patrick, selalu ada solusi...insyaAllah

    ReplyDelete
  4. he he iya mba, lebih lengkap biar lebih mantap... ouah! aku jg pgn itu berkunjung ke rumah mba ita :D
    semoga Allah mengizinkan aku kesana, Aamiin... ya mba betul, insyaAllah slalu ada solusi... karena dibalik kesulitan, ada kemudahan...

    ReplyDelete
  5. Subhanallah.. barakallahu fiik :)

    di tempatku belajar, ada 3 orang yang mumpuni sekian hal dalam per-perancisan. mereka, yang berasal dari komoro(guruku tepatnya)lalu guinea, dan dari djibouti.
    sayangnya aku belum juga belajar bahasa perancis milka., hehe

    iya di sana jalan-jalan aja :D

    kalau di mesir yang pakai burqa itu biasanya akhwat-akhwat dari benua eropa, amerika ya, yang barat2 itulah. karena rawan di sini. gaya orang indo, malay, thai, sing kalau sedang pakai cadar beda-beda loh milka, dan jadi lebih kentara perbedaannya-untuk beberapa kondisi-oh dia thai, oh dia indo..dll.. hehe

    tapiii.. sayangnya sebagian(lebih)besar orang mesir yang mengenakan niqab itu kurang bisa menjaaga kebersihan. jorok awi*banget. jadi untuk kita yang baru nih, kadang2 mikir, "ih ko gini aamaat yang pada pake cadar teh"
    kecuali, untuk mereka yang berpendidikan, dan cara berpakaian juga terlihat jelas.

    Allahua'lam bishshowab, keep on posting yooo!!!

    ReplyDelete
  6. warna warni bgt ya ma? Hehe
    nanti kalo aku udah bnr merangkai kata, kita kiriman surat pk bahasa peranciscis ya ma:')
    kmrn pas pelajaran 'production ecrite' diminta memperkenalkan kawan. Aku ngenalin KAMU loh ma:D
    Gini:
    J'ai l'amie
    Elle s'appelle Isma muhsonah
    Elle est Indonésienne
    Maintenant, elle habite à Egyptien
    Elle est belle et gentille
    Elle aime français comme moi :)
    #berantakangitudahgrammairenyatapiteteppedenulis
    heheh:p
    insyaAllah n_n keep on posting jg ma'e..

    ReplyDelete
  7. Senang sekali mendengar komunitas muslim begitu banyak di prancis dan berterimah kasih atas acara ini yang telah menyatukan sodara sodara muslim dipenjuru dunia apalagi membahas tentang mualaf. Subhanallah,walaupun beragam cara mengenakan hijab semoga kita tetep satu aqidah yang berdasarkab syariat islam.

    ReplyDelete