Powered By Blogger

Thursday, September 22, 2011

Ketika diri telah usang... Masihkah pantas?

Yaa Rabbi… Irhamna. Yaa Ghaffar… Kasihi hamba dengan ampunanmu. Memang terlalu hina ketika hamba mengharap cinta-Mu seutuhnya. Apalagi jika hamba-Mu ini berdebu kekhilafan, berlumuran dosa, belum rapih dalam beribadah kepada-Mu. Hamba memang manusia yang tidak pandai mengisi hati dengan rasa syukur, rasa ikhlas. Ikhlas yang hanya karena-Mu… terlalu jauh dari nilai diri hamba. Jikalau memang ada, apakah itu istiqomah? Bahkan menjadi contoh yang baik saja belum bisa, menundukkan hati hingga benar-benar jatuh tersungkur ke darat saja belum mampu. Padahal tak ada alasan yang dapat membiarkan hati hamba terangkat jauh ke atas… melambung tinggi. Astaghfirullah… Apakah ilmu, prestasi, harta, orang tua, saudara, kawan, dan sahabat ini milik hamba? Masya allah… tentu mereka semua milik-Mu. Lalu adakah kezuhudan dalam pribadi ini? Adakah kesempurnaan dalam cinta hamba kepada-Mu? Apakah sujud hamba selama ini telah benar tunduk sampai ke hati? Ah, hamba macam apa aku ini…

Do’a selalu hamba panjatkan kepada-Mu, hanya teruntuk-Mu duhai Rabbi. Bahkan terlalu sering hamba kirimkan paket do’a untuk Kau dengar, untuk Kau kabulkan. Yang isi paketnya hanya permintaan hamba, tuntutan hamba, keinginan hamba, harapan hamba… namun terasa ada yang janggal. Ya, tentu saja janggal ketika diri ini banyak MEMINTA namun tak sanggup membalas segala permintaan-Mu, tak bisa memenuhi segala perintah-Mu. Hamba tahu duhai Rabb, Kau senang bila hamba meminta hanya kepada-Mu, kau senang ketika hamba berdo’a kepada-Mu… tapi pantaskah hamba banyak meminta? Ampuni hamba yang tak tahu diri wahai Rabb… Cukupkah bila air mata ini hamba tukarkan dengan ampunan-Mu? Seandainya sampai air mata ini terkuras habis, apakah cukup? Padahal air mata ini adalah kepunyaan-Mu.

                Tak bisa dipungkiri ‘permintaan’ adalah mayoritas dalam setiap do’a. Terlebih do’a hamba. Duhai Allah… Aku mohon. Yaa Rahman… Semoga aku. Wahai Rabbi… Bantulah aku. Yaa Rahim… Kasihilah aku. Namun, sesaat diri menghela nafas,merenung,memejamkan mata,meringis. Miris… Sekali lagi, apakah pantas?? Diri banyak minta dipenuhi permintaannya, tanpa memenuhi perintah-Nya? Irhamna Yaa Allah…

                Apakah hamba pantas tinggal abadi di Jannah-Mu nanti? Apakah hamba termasuk dalam tamu jamuan-Mu?  Apakah Kau mengizinkan bila hamba ingin meminum susu, mencicipi madu dari aliran sungai Jannah-Mu? Apakah hamba boleh ikut menghirup aroma wangi surga-Mu? Apakah hamba sudah rapih untuk bertemu dengan Kekasih-Mu? Apakah hamba pantas menikmati semua kenikmatan tiada tara itu? Padahal diri ini dilumuri dengan kefanaan duniawi. Astaghfirullah…

                Lalu bagaimana ketika diri sudah merasa menjadi manusia yang baik? Merasa termasuk daftar ciptaan yang Kau cinta? Merasa “inilah sebaik-baik penghambaan.”? Apakah juga baik dikacamata-Mu? Apakah tentu sama dengan pandangan-Mu? Apakah ideal sesuai yang Kau mau?

                Maka masihkah ada harapan menjadi ciptaan yang pantas, menerima kebaikan-Mu, ampunan-Mu? Adakah kesempatan untuk dijamu baik oleh-Mu di Jannah nanti? Menerima senyum bangga-Mu? Menerima peluk hangat-Mu, ketika hamba datang kepada-Mu? Hanya dengan izin-Mu duhai Rabbi. Wallahi, bi idznillah. Dengan ridho-Mu, membantu perbaikan diri hamba yang telah usang, merapihkan diri yang terlanjur kacau, membersihkan pribadi yang kotor ini. Ampuni hamba Yaa Allah… Hanya dengan satu jawaban-Mu, kuun fayakuun, Jadi! maka terjadilah.

 

No comments:

Post a Comment