Powered By Blogger

Saturday, December 21, 2013

Save our GreenCampus!

Bismillah.

Wih malam minggu. Malam minggu begini paling enak berduaan dengan... #siapaya

...dengan keypad atau keyboard. Trus ngetik apa yang ingin dibagi dalam pikiran-pikiran yang tak terbendung ini :)

KISAH PEMILU KAMPUS HIJAU 2013

Pemilu kampus tahun ini benar-benar menyita waktu dan perhatian. Disadari atau tidak. Ujaran seperti ini mungkin terlontar, "ah, aku lelah", atau bahkan "ah, ya sudahlah". Begitu ujar sebagian mahasiswa.
Namun sebagian besar lainnya berkata, "Tidak! ini masalah. Dan harus diubah!".
Maka senyum ini pun merekah.
Disaat mereka yang apatis membuat pesimis, ternyata jauh di dalam kampus hijau ini masih ada yang membuatku optimis, meski mereka hanya berkomentar. Ini pertanda bahwa denyut politik kampus hijau masih ada.
Bagusnya lagi masih ada sebagian mahasiswa yanh memilih untuk menjadi penggerak (bukan penggertak) :)

Krisis kepemimpinan kampus hijau tahun ini, memunculkan banyak tanda tanya yang berputar-putar dalam pikiranku. Kudengar ada banyak pemain tidak ingin bermain lagi, alasannya bukan karena takut kalah. Tapi mereka takut MENANG.
Seperti lelucon ya?
Hingga muncul pertanyaan, di mana fungsi mahasiswa sebagai iron stock akan berlabuh? Fungsi mahasiswa sebagai cadangan pemimpin.

"Apakah generasi abad 21 kalah berani dibanding generasi abad 19 kemarin?"

"Apa kini situasi terasa begitu aman, terasa nyaman tanpa kegelisahan??"

"Apa kampus kini tidak butuh perbaikan?"

-monologku saja-

Selanjutnya lahir masalah baru, masalah klasik. Yang seharusnya kita sudah berdamai tentang ini. Pergolakan antar mahasiswa.
Ibarat nonton bola ketika para pemain maju, penontonpun riuh. Sebagian mengerti mengapa mereka harus riuh, sayangnya sebagian lain hanya ikut-ikut saja, termakan opini. Seperti nonton bola, bukan?
Terlebih rumus ini masih berlaku, pemain kalah-penonton ribut. Belum dewasa.
"Pertemukan pemain dan Wasit. Silakan buat dialog dan akhirilah dengan perdamaian" Ujarku dalam diskusi dengan beberapa rekan.
Kita, jika kita jadi pemain yang tidak puas baiknya kita memilih menuntut wasit dibanding menekan tim lawan atau mengajak penonton untuk turun menggertak :)
Jauh lebih dewasa dan tidak tergesa. Ya kan?

Ok kembali lagi.
Politik kampus hari ini, ah tidak paham banyak tentangnya. Dan tidak ingin mudah termakan gosip. Yang kupahami, aku bahagia. Mengapa?
Sebab masih ada rasa gelisah dalam diri ini dan diri-diri yang lain. Ya! Kami GELISAH akan kondisi kampus hari ini. Rasa yang patut disyukuri dan dijadikan motivasi guna melahirkan solusi.

Ini baru pemanasan, kawan. Baru miniatur sebelum bertemu dengan politik 2014 yang sesungguhnya.
Wahai jiwa-jiwa yang dirundung kegelisahan. Ini pertanda, bahwa ikatan kita melonggar! Mari kencangkan sabuk persaudaraan, cerdaskan diri, cerdaskan hati. Dekat pada illahi, dan perluas relasi.

Catatan yang bukan sekedar tulisan, tapi ujaran hati. Guna perbaikan kini dan nanti, karena sejatinya SEJARAH akan selalu berulang.

Chambre, 00.43


2 comments:

  1. Tulisan yang menggugah, Milka!
    Kita semua tahu dengan pasti, 'berkomentar' artinya peduli. Meski dibutuhkan hati seluas samudra untuk bisa menerima semua 'komentar' dengan lapang :D
    Well, pada akhirnya, yang 'bermain' lah yang akan menang :p

    ReplyDelete
  2. Yoi dun! Naah. yok jadi pemain dun :D

    ReplyDelete