Powered By Blogger

Wednesday, November 14, 2012

Menjaga Hari

Bismillahirrahmaanirrahiim..
“Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa alasan yang jelas) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.” (Qs. An-Nisa: 95)
Bulan tak nampak indah kala itu, gelisah, ada saja yang mengganggu pikiranku.  Tersadar aku bahwa perjuangan  ini memang tak pernah berada di zona nyaman, terlebih mereka yang biasa menjagaku kini tak selalu memberikan pundaknya untuk kubersandar. Berperang sendiri adalah jalan yang suka tidak suka harus dipilih. Lalu pergilah aku bersama tekad, semangat, dan tujuan yang berarah kepadaNya.  Pergi menjaga hari yang tergambar hitam pekat dipikiranku setahun lalu, hari yang akan selalu hadir disetiap tahunnya. Bagiku hari ini adalah perubahan. Hari ini adalah cermin dihari selanjutnya. Hari penentuan warna, akan tetap gelapkah atau berubah menjadi cerah? “Semoga Allah menjaga, menjagaku, menjaga hari kami dengan rona yang indah disisi dienNya.” 
Sesekali kucoba menarik nafas panjang.. kemudian menghembuskan kembali dengan lembut. “Allah bersamaku, Allah bersamaku” kataku dalam kalbu. Tak sadar malam semakin pekat, kuhentikan kegelisahan dengan menutup mata sejenak, mempersilakan ruh ini untuk beristirahat sebentar saja.
Malam pekat berganti pagi cerah.  Aku mengajak seorang kawan untuk pergi menatap matahari pagi yang sinarnya menentramkan. Kami banyak bercerita, sejenak mengalihkan kegelisahanku. Kegelisahan akan sesuatu yang masih menjadi rahasiaNya. Kira-kira apa ya warna hari ini? Merah muda atau merah marun? Biru langit atau biru pekat? Belum tau.
Hari ini matahari terasa menyenangkan, tidak seperti bulan semalam. Angin berhembus tenang, dan Allah menurunkan berkahNya melalui hujan yang mampir sebentar kemudian pergi lagi. Hari ini cukup bersahabat, berjalan sesuai alur yang kurencanakan. Jika dianalogikan dengan warna, hari ini berjalan dalam warna pastel . Menyenangkan:) Rabb.. Merci.
Namun hidup memang tak pernah bisa seideal yang diharapkan. Hari berikutnya tercium aroma yang tidak bersahabat, aku mulai khawatir. “Jangan, jangan hitam lagi” pintaku dalam kalbu. “Tidak,kali ini  tidak boleh ada lagi warna gelap” ya, aku cukup gelisah.  Sayangnya Allah berkehendak lain, hari itu aku merasa kecolongan warna.  Aku hanya melihat warna gelap saja.
-The End-
 
Dan berakhirlah tugasku dengan hujan tanda berkah dariNya.

Hikmah:
------------- Ini menandakan kelemahanku sebagai manusia biasa, semua tak bisa ideal seperti yang diharapkan. Terlalu muluk untuk langkah awal dengan hanya membayangkan warna pastel, padahal sejatinya warna-warna gelap juga ikut bermain dalam kehidupan ini. Semua kuanggap sebagai pembelajaran, kedepannya warna-warna gelap harus diganti dengan warna-warna cerah atau softly pastel. Dan warna-warna pastel yang ada harus dipertahankan dan diJAGA.-----------
Laa hawla wa laa quwwata illa billah...
Posted 30 october by

No comments:

Post a Comment